Sesampainya Rara di kamar. Ia menangis kencang. Meluapkan semua rasa sakit yang ia rasakan.
"Gue benci Revan. Gue benci" teriak Rara frustasi
"Kenapa harus gue sih yang sakit hati? Kenapa?" Rara melemparkan semua benda yang berada a disekitarnya
Rara memelankan isakannya, saat mendengar suara mobil dari halaman depan. Rara pun berjalan mendekati jendela untuk melihat siapa yang datang kerumahnya. Mana mungkin papah dan bundanya karena mereka sedang bekerja. Apalagi abangnya, dia pasti sibuk sendiri
Terlihat Revan yang dengan tergesa-gesa keluar dari dalam mobilnya, dengan segera Rara berlari ke pintu kamarnya untuk mengunci pintu dari dalam.
Ia pun memilih menyimpan kunci tersebut di atas balas dekat tempat tidurnya.
Rara berjalan ke arah meja belajar, ia duduk sambil melamun. Ia sengaja menulikan telinganya. Karena sedari tadi pintunya kamarnya itu tak berhenti di ketuk dari luar, Rara yakin itu adalah Revan.
Tetes demi tetes air mata Rara mengalir membentuk aliran sungai kecil yang terdapat di pipinya.
"Ra, buka pintunya. Aku mau bicara sama kamu" ucap Revan berteriak sampai-sampai lamunan Rara buyar.
"Ganggu aja" gumam Rara pelan sambil menghapus air matanya
"Lagi pengen sendiri, jangan ganggu. Mening Lo pulang aja deh, gak guna juga" teriak Rara
"Gak akan, sebelum kamu keluar dari kamar dan dengerin semua penjelasan aku" ucap Revan dengan tegasnya
"Gak butuh penjelasan" balas Rara dari balik pintu
"Kamu salah paham Ra, aku bisa jelasin semuanya. Semua yang kamu minta buat aku jelasin secara detail" ucapnya meyakinkan.
Rara terdiam, apakah ia harus keluar dan mendengarkan semua penjelasan Revan? Tapi ia sedang marah padanya.
"Ra" panggil Revan sambil mengetuk pintunya lagi.
"Apa?" Ketus Rara
"Kamu harus dengerin penjelasan aku dulu dong Ra, aku janji bakalan jelasin semuanya"
"Janji?" Tanya Rara memastikan
"Iya janji"
"Gak percaya" ucap Rara dan berjalan menuju ke tempat tidurnya. Ia membaringkan tubuhnya dan membungkusnya seperti kepompong.
Air matanya memang sudah tak mengalir, tapi hatinya lah yang masih merasakan sakit luar biasa ini.
"Rara" teriak Revan sangat keras
"Berisik tau gak" balas Rara tak kalah keras
Setelah Rara berucap seperti itu, ia mendengar suara langkah kaki yang menjauh dari kamarnya. Sepertinya Revan sudah lelah, dan memutuskan untuk pulang saja
Rara pun tak peduli itu. Yang terpenting adalah ia harus bisa mendinginkan pikirannya dan meredam rasa sakit dihatinya
Rasa ngantuk mulai menyerangnya, Rara pun tertidur dengan lelap. Mungkin karena kelelahan menangis.
30 menit kemudian
Rara menggerjapkan matanya. Ia merasa sangat nyaman dengan posisi ini, sungguh ia tak ingin bangun sekarang.
"Hmm" gumam Rara sambil meregangkan otot-otot nya yang kaku
"Jam berapa nih?" Tanyanya pada diri sendiri tanpa membuka matanya
"Kenapa bangun? Baru jam 3 sore kok" balas seseorang dari depan Rara
Dengan segar Rara membuka matanya dan melihat siapa yang menjawab pertanyaan nya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesif Boyfriend (COMPLETED)
Teen Fictiondisini tempatnya typo, cerita lama, males buat revisi. kalo ada kesalahan kata atau alur maafin aja. kalo ga suka, ga usah di baca!! mau vote atau engga silahkan bebas, karena ini cuma cerita abal-abal. ga suka sana, ga usah deket-deket!! udah di in...