Setelah kejadian di taman tadi, Rara menangis dengan keras. Pintu kamarnya sengaja ia kunci dari dalam supaya tak ada yang masuk.
Keadaan Rara sangat kacau sekarang. Ia terduduk di depan gorden yang tertutup.
Sedari tadi ketukan pintu tak berhenti berbunyi. Dan Rara membiarkan itu. Meskipun Revan yang berada di balik pintu tersebut.
Karena kelelahan, Rara menangis tanpa suara. Ia menundukkan kepalanya, dan menutupnya dengan kedua tangan.
"Ra, aku mohon buka pintunya. Aku gak mau kalau kayak gini" terdengar suara Revan yang berteriak-teriak
"Rara"
"Ra, kalau kamu gak mau buka, aku dobrak pintunya sekarang juga" ancam Revan
Rara masih terdiam dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh Revan
Sedangkan Revan, ia sudah kelelahan karena sedari tadi terus berteriak. Dan itu membuat tenggorokannya sakit.
"Kenapa harus dikunci sih?" Gumam Revan sambil menyenderkan tubuhnya pada pintu.
Revan baru ingat jika ia pernah menyimpan kunci cadangan pintu kamar Rara dan menitipkannya di Bi Minah, jaga-jaga takut terjadi sesuatu seperti sekarang ini. Denganngan segera ia berlari untuk menemui bi Minah di lantai bawah.
"Eh, ai si Aden teh kunaon? Kenapa lari-larian?" Tanya bi Minah saat Revan melewatinya
" Bi, bibi masih nyimpen kunci cadangan kamar Rara kan?"tanya baik Revan tanpa membalas pertanyaan bi Minah
"Kalau gak salah ada di laci kamar bibi. Emang kenapa atuh?"
"Rara ngunci sendiri di dalam kamarnya"
"Astagfirullah. Ya udah atuh, tunggu dulu. Bibi mau ambil kuncinya di kamar" ucap bi Minah panik dan Sega menuju kamarnya.
Revan menunggu bisa Minah sambil memijat pelipisnya.
Ia merasakan jika kepalanya pusing saat ini."Den, ini kuncinya. Ayo atuh kita ke atas" ujar bi Minah sambil memberikan kunci tersebut.
Revan pun dengan segera mengambil kunci itu di tangan Bi Minah.
"Bibi gak udah ke atas dulu ya. Saya mau ngomongin sesuatu sama Rara soalnya. Gak papa kan?" Tanya Revan ragu
"Oh gitu? Ya udah, gak papa. Aden beresin dulu aja masalahnya, bibi bisa nanti temuin non Raranya" ucap bi Minah pengertian
"Makasih bi"
Setelahnya, ia segera berlari menuju kamar Rara lagi.
Saat sudah berada di depan kamarnya, Revan berharap semoga kunci kamar Rara dilepaskan. Karena itu adalah kebiasaan Rara dari dulu.
Dengan perlahan, Revan memasukkan kuncinya. Bisa!.
Ia pun membuka pintu itu pelan, hingga tak menimbulkan suara yang. Membuat Rara terganggu.
Revan dapat melihat Rara yang sedang tertidur dengan keadaan kamar yang gelap sekali. Tak ada cahaya lampu.
Mengamati wajah polos Rara yang sedang tertidur, membuatnya tidak ingin pergi dari sini. Dan akan terus melindungi gadisnya.
Tapi apa boleh buat? Papahnya sudah merencanakan ini dari ia masuk kelas XI. Dan sekarang, ia harus menurutinya, supaya kedua orang tuanya bangga.
Revan pun berjalan mendekati Rara, duduk di pinggir kasurnya dengan pelan. Mengusap lembut kepala Rara dengan sayang.
Rara yang merasakan ada gerakan di kepalanya pun menggerjapkan matanya, ia mengamati sekeliling kamar. Dan matanya tertuju pada Revan yang sedang mengelus kepalanya sambil menatapnya dalam
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesif Boyfriend (COMPLETED)
Teen Fictiondisini tempatnya typo, cerita lama, males buat revisi. kalo ada kesalahan kata atau alur maafin aja. kalo ga suka, ga usah di baca!! mau vote atau engga silahkan bebas, karena ini cuma cerita abal-abal. ga suka sana, ga usah deket-deket!! udah di in...