"Aku seneng banget kalau kamu mau ikut summer camp. Nanti kita cari kayu bakar bareng ya? Kalau kamu mau juga kita boleh kok satu tenda" ujar perempuan itu centil.
Rara yang penasaran pun mengintip dari balik tembok.
Saat Rara melihat siapa orang yang berada di sana. Tubuhnya mendadak menegang, menjadi kaku.
Ternyata bukan satu orang yang berada disana. Tetapi dua orang, lebih tepatnya laki-laki dan perempuan yang sedang terduduk di bangku.
Rara ingin menangis, hatinya sakit melihat itu semua.
Saat Rara akan berbalik, ia tak sengaja menginjak kaki Azra. Azra berteriak karena kesaktian.
"Sakit ogeb, kaki gue" pekik Azra
"Sorry, gue gak sengaja barusan" ucap Rara sambil memegang pundak azra
yang sedang berjongkok mengelus kakinyaSaat Azra menatap Rara, ia bingung apa yang terjadi dengan Rara sehingga ia menitikkan air mata di pipinya.
"Ra? Lo nangis?" Tanya Azra khawatir
"Enggak kok. Yuk pergi, gak jadi minta ijinya. Takut ganggu" ujar Rara setelahnya pergi meninggalkan Azra
"Maksudnya? Takut ganggu Kunti yang lagi ketemuan sama pocong gitu?" Tanya Azra
Azra semakin dibuat bingung dengan sikap Rara yang tiba-tiba pergi.
Saat Azra menengadahkan pandangannya. Ia bertemu dengan Rinja dan..
Revan?
Apa jangan-jangan Rara pergi meninggalkan nya karena melihat Revan bersama wanita ini?
Azra menatap Revan tajam. Ia yakin jika Rara melihat kedua orang ini tadi
"Ngapain Lo disini?" Tanya Rinja
"Cuman mau nganterin temen gue, namanya Raina. Yang pernah Lo labrak waktu itu. Tapi gue gak tau dia kenapa main pergi gitu aja, mungkin liat kalian berdua"
"Dia baik kan? Gak mau gangguin kalian yang lagi mesra-mesraan"
Azra menatap Revan tajam.
Ia yang awalnya memuja Revan karena ketampanannya dan kepopuleran nya disekolah. Sekarang lenyap begitu saja, karena ia telah menyakiti hati sahabatnya."Huh, panas banget sih disini. Van aku pergi dulu ya?" Rinja pun berlenggang pergi meninggalkan Revan dan Azra
"Maksud Lo? Rara tadi disini?" Tanya Revan
"Iya, gue mau nganterin dia ketemu sama Lo. Tapi kayaknya dia liat kalian berdua deh, terus dia langsung pergi. Kalau gak salah dia nangis tadi" Azra mengulang lagi perkataan nya.
Revan menundukkan kepalanya, ia harus segera meminta maaf kepada Rara. Ia takut jika Rara salah paham nantinya.
"Dia kemana sekarang?" Tanya Revan tak sabaran
"Mana gue tau. Orang gue ditinggal disini"
Dengan segera, Revan berlari menuju luar atap. Untuk menemui gadisnya.
-
Saat ini, Revan sedang berlarian untuk mencari Rara. Revan tak ingin jika Rara salah paham padanya. Maka dari itu, ia harus meminta maaf dan menjelaskan semuanya."Ra, tunggu!!"
"Rara!!"
Rara pun memberhentikan langkah kakinya, ia dengan segera membalikkan badannya ke arah Revan yang sedang mengatur nafas.
"Ada apa?" Rara menatap Revan dengan tatapan tak bersahabat
"Kamu dengerin penjelasan aku dulu Ra, jangan main pergi gitu aja"
"Terus?"
"Ikut aku!" Revan dengan segera menggenggam tangan Rara supaya berjalan mengikuti langkah kakinya.
Sedangkan Rara, ia hanya bisa diam. Dan mengikuti Revan saja.
Sesampainya di ruang OSIS. Revan menyuruh Rara untuk duduk di sofa yang tersedia disana.
Ia hanya diam, menatap manik mata indah milik Rara yang selalu membuatnya merasa bahagia."Ada apa?" Rara memecahkan keheningan di antara keduanya. Membuat Revan menjadi Salah tingkah sendiri, Karena ia sedari tadi sedang menatapnya.
"Oh ini, yang tadi itu-- yang kamu liat, bahwa aku lagi berduaan sama Rinja, itu cuma salah paham kok. Aku gak Deket sama dia. Dia nya aja yang tiba-tiba dateng ke roftoop terus nempelin aku. Aku juga udah berusaha usir dia, tapi dia ttp aja keras kelapa!! Kamu percaya kan sama aku? Kamu gak akan nangis kan?"
Rara menangis dalam diam, ia bingung. Tapi, dia harus lebih percaya kepada Revan, karena ini menyangkut hubungan keduanya. Jika di hubungan ini sudah tidak ada kepercayaan, buat apa?
"Heem" balas Rara sambil menunduk
"Heem apa? Yang jelas dong!" Revan mengangkat dagu Rara menggunakan jari telunjuknya.
"Iya, aku percaya" cicit Rara
Revan mengembangkan senyumannya "Serius?"
Rara hanya menganggukkan kepalanya, ia harus berusaha percaya dengan sepenuhnya terhadap Revan, karena ia yakin jika Revan tidak akan membuatnya menangis.
"Tapi dengan satu syarat!" Ucap Rara tiba-tiba
"Apa? Semuanya akan aku lakuin demi kamu" ujar Revan sambil tersenyum manis.
"Ijinn aku ikut camping ya?" Senyum Revan langsung hilang begitu saja saat mendengarkan ucapan Rara tersebut.
"Gak bakal!" Revan menatap Rara tajam
"Katanya bakal lakuin apapun itu? Gimana sih?!!" Bentak Rara penuh emosi. Tetapi itu terlihat sangat menggemaskan di mata Revan.
"Pengecualian!"
"Gak bisa lah, kalau gak di ijinin, aku bakal marah sama kamu!" Rara memalingkan wajahnya dari hadapan Revan.
"Jangan gitu dong Ra, pilihannya yang lain aja. Kalau yang lain, pasti aku bisa wujudkan kok!"
"Aku gak mau yang lain pengennya kamu ijiinin aku aja, udah cukup"
Setelah mengatakan itu, Rara melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut, ia sangat kesal. Sangat!!
Liat aja nanti, bakal ada saatnya kamu harus ijinin aku!! Batin Rara tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posesif Boyfriend (COMPLETED)
Fiksi Remajadisini tempatnya typo, cerita lama, males buat revisi. kalo ada kesalahan kata atau alur maafin aja. kalo ga suka, ga usah di baca!! mau vote atau engga silahkan bebas, karena ini cuma cerita abal-abal. ga suka sana, ga usah deket-deket!! udah di in...