#4

750 97 12
                                    

Chang wook keluar dari mobilnya dengan sedikit tersenyum ia mengamati bangunan tinggi nan menjulang yang berada dibelakang rumah makan Nambong tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chang wook keluar dari mobilnya dengan sedikit tersenyum ia mengamati bangunan tinggi nan menjulang yang berada dibelakang rumah makan Nambong tersebut. Tidak lama lagi proyek besarnya itu akan terealisasikan, hanya menunggu sedikit waktu untuk bernegosiasi dengan Tuan Nambong, dengan berhasilnya pembangunan Towers town of Seoul tersebut akan menjadi pelengkap kesuksesan karirnya, Korea akan menjadi perbincangan Dunia. Yang tentu dirinya, Ji chang wook sebagai maskotnya.

Chang wook memasuki lebih dalam tempat makan tersebut, ia sedikit tersenyum kala di dapati-nya Tuan Gong yang saat ini berdiri di depan seorang pelayan wanita.

"Tuan Gong.."

Sepertinya lelaki gempal itu tidak mendengar suaranya iapun melangkah lebih dekat, namun ia menghentikan langkahnya sejenak kala dirasakan Ponselnya bergetar di genggamannya.

Ada sebuah panggilan masuk, namun kali ini nomor pribadi. Ia tampak berpikir sejenak sebelum mengangkatnya, karna cukup penasaran ia pun menerima panggilan tersebut.

"Halo?"

"Chang wook-ssi... kau mengingatku?"

"Tidak, bisa lebih cepat? Aku tidak punya banyak waktu untuk menebak-nebak kau siapa"

"kau memang seharusnya tidak memiliki banyak waktu jika terlambat sedetik saja Putra kesayanganmu itu akan... lenyap? Entahlah siapa yang tau"

"Kau siapa, brengsek!! Apa maksudmu? Kau mencoba mengancam ku, eoh?"

"Ah tenang Direktur Ji. Kau harus mengendalikan emosimu, pikirkan kesehatanmu yang lemah itu, aku akan sangat menyesal jika aku membuatmu sakit. Santai... kita berbicara sesuai porsi kesehatanmu, setuju?"

Chang wook mengepalkan tangan kirinya begitu kuat, terlihat jelas wajahnya memerah padam. Jantungnya mulai bekerja lebih cepat, ia tidak memperdulikan jika keberadaannya kini menjadi pusat perhatian semua Orang. Suara berat dan samar di ujung sana begitu memicu emosinya, apalagi jika itu menyangkut anaknya. Pikirannya mulai berkecamuk tak karuan.

"Aku akan membantumu mengingatku dengan perlahan, dan sangat berhati-hati.. aku akan memulainya lebih lembut agar kau tidak terguncang... aku menyesali tingkahku yang dahulu terlalu gegabah dalam bertindak... aku sangat menyesalinya"

"Apa kau masih menjalani pengobatan rutin? Ahh apa kau masih bermimpi buruk?"

Pria diseberang sana terus berbicara panjang lebar, mencoba mengguncang pikiran lawan bicaranya.

"Kau siapa brengsek! Apa yang kau lakukan kepada anakku?"

"Aish kau masih sama kasarnya, hyungnim? Tapi aku menyukainya."

When Love Passes | [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang