Part 20

2.1K 129 17
                                    

"Bodoh banget sih lo, shani shani" shanju menyeringai miring

saat mobil berlalu membawa ia dan key menuju sebuah villa di bandung, key yang berada di samping shanju pun tertawa melihat betapa bodohnya manusia so pahlawan seperti shani seolah ia dapat memecahkan berbagai masalah dengan kepintarannya ia melupakan satu hal bahwa orang pintar akan kalah oleh orang yang licik, shani itu terlalu banyak teori sehingga gerak geriknya pun dapat sangat mudah di tebak.

"Dia seharusnya tidak se enak jidatnya mengancam kita, sahabat kamu itu teramat bodoh san" mengeluarkan smirk yang begitu meremehkan seorang shani.

Flashback

Sepeninggalan shani dari rumah shanju setelah pertengkaran mereka shani mengatakan bahwa shanju adalah seorang pengecut yang membiarkan pembunuh bahkan melindungi pembunuh ibunya begitu saja, shanju marah shanju murka tak taukah shani betapa terpukulnya shanju saat ia melihat ibu dan tantenya sisil tergeletak begitu saja saat pergi ? Hati anak mana yang tak hancur bahkan shanju harus mengikuti serangkaian terapi untuk memulihkan depresi dan ketakuatannya, tak tau kah shani seberapa menderitanya shanju berada dalam belenggu di depan matanyanya orang yang ia sayangi mati sia-sia, bahkan mengingat hal tersebut membuat rasa ketakutan shanju muncul kembali, tak tau kah shani betapa mengerikannya itu ? TIDAK! shani tak tau karena pada saat ia hancur shani tak ada di sampingnya kematian ibu dan tantenya harus di pertanggung jawabkan dan harus ada yang di persalahkan yaitu shani.

Gadis yang hanya melintas dan malangnya ia harus berhenti di depan kamar ibunya setelah ia mengambil minum karena lelah setelah balapan mobil, ia hanya shani kenapa aku tidak tertangkap ? Alasannya mudah karena hanya terbukti shani yang terlihat di cctv itu tak ada orang lain lagi, bahkan aku yang berada di sana sebelum shani datang pun tak terekam di cctv itu.

Mengingat hal tersebut membuatku marah pada diriku sendiri dan pada orang yang telah membunuh ibu dan tanteku, marah pada diriku karena aku harus rela membiarkan sahabatku di persalahkan dengan kesalahan yang tidak dia perbuat, aku kalut
Bahkan hanya untuk bertatap muka dan berkata pun aku tak berani, disana aku berjanji untuk mengubur semuanya dan menyalahkan siapapun yang membuka lubang itu.

Shani melakukannya setelah pertengkaran kami aku langsung menelfon ayah, mengatakan bahwa shani mengancamku memasukan kepenjara dan akan membawa gracia pergi dari kami, mendengar hal tersebut membuat ayah emosi dan mengatur berbagai rencana agar membuat shani tak berkutik dengan ancamannya.

Ayah memberi tau segelintir rencana dari pura-pura penculikan brielle dan aku yang berpura-pura sakau agar dapat ngalihkan fokus shani dan pada akhirnya shani yang akan dipersalahkan kembali.

Sebenarnya aku tak tega berbuat seperti ini padanya tapi apa boleh buat ia yang membuatku seperti ini dia yang memaksaku untuk membuat dia terjerat kedua kalinya, aku hanya tak ingin kesalahanku harus membuat aku dipenjara dengan aku mengalami depresi berkepanjangan itupun sudah merupakan suatu hukuman untukku, dan tak ada yang boleh memberikan hukuman lagi padaku.

Flashback end

"Yah, sekarang brielle dimana, udah sampe di villa ?" Shanju yang fokus memainkan ponselnya.

"Iya tadi anak buah ayah udah suruh bawa ke villa, nih kita udah sampai" key yang mematikan mesin dan membuka safebelt bergegas keluar menuju villa itu, key yang bergegas telah disambut oleh sumringah anak bungsunya berlari menghambur pelukan pada ayahnya.

"Ayaaaah..." brielle yang berlari memeluk ayahnya sembari membawa boneka kesayangannya.

"Sayaang, udah lama ? Gimana seru ga ketemu nenek tadi ?" Mengendong anaknya menuju sofa.

Kakak KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang