"Bagaimana keadaannya dok ?"
"Sama seperti seminggu yang lalu belum terlihat kemajuaannya malah semakin memburuk, mari ikut keruangan saya biar saya jelaskan penyakitnya, kebetulan hasilnya telah keluar"
lelaki paruh baya itu melangkah mengikuti saran dokter untuk masuk ke dalam ruangan, dilihatnya sekeliling ruangan tersebut tampak luas dan segar di depannya telah ada sebauh map plastik yang berisikan data diri dan riwayat penyakit shania, sekilas ia pandangi wajah sang anak dalam foto tersebut yang tapak tersenyum sumringah. Aaah.. ia ingat foto itu diambil saat ia ingin mendaftar ke SMA kejadian yang tak berapa lama sebelum merenggut nyawa ibunya.
"Apa anda ada masalah dengannya ?"
"Entahlah dok semua terasa kacau saat ibunya pergi" key menatap sendu pada foto itu, ia tak habis pikir dengan apa yang telah ia lakukan kepada anak sulungnya itu.
"Meskipun anda baru bertemu saya seminggu ini, apabila anda berkenan anda bisa menceritakan apa yang terjadi padanya. Dia gadis yang cantik tetapi memiliki luka yang begitu pedih tatapannya seperti mengimpan luka yang dalam"
"Saya masih kurang yakin untuk menceritakan ini dok, boleh saya tau tentang kondisi anak saya saja" key yang nampak ragu untuk berbagi kisah dengan dokter muda di hadapannya ini memilih untuk menyimpan sendiri kepenatannya.
"yasudah besok saya akan hubungi senior saya untuk konsultasi dengan anda, mungkin kalau dokternya seumuran dan telah berkeluarga akan lebih mengerti" saran si dokter muda yang bernama sakti itu.
"Baik dok.."
"Tunggu sebentar saya ambil hasil tesnya dulu ya pak"
________
Shani tertegun sebentar melihat melihat gadisnya dikejauhan tampak sedang melamun, menggores-goreskan kayu ketanah sembari tatapannya tertuju pada kandang ayam yang besar di halaman kosan nya, ya kosannya memang unik di tengah petak kostnya terdapat kandang yang sangat besar mungkin berukuran 7x5 meter yang isinya ada sedikit ayam tetapi kebanyakan burung kakak tua serta burung-burung cantik yang di pelihara oleh pemilik kostannya.
"Udah seminggu gitu terus mana pas mau magrib gini lagi, apa kesambet ya ?" shani bergidig sendiri.
Suara adzan magrib berkumandang gracia yang sedang duduk termenung tiba-tiba tersadar dari lamunannya ternyata ia cukup lama juga ia melamun sembari ditemani udara sejuk dan senja yang indah, ia memandang langit sembari menatap langit meneteskan air mata yang menyesakkan.
"Gee.." ucap shani setelah sholat magrib melihat gracia yang berbaring memunggunginya, membuka mukena lalu mendekap gracia yang memunggunginya.
"Hmm.." berbalik dan langsung ndusel-ndusel pada leher shani tempat paling nyaman dan harus yang memabukan ingat kata mamahnya dulu kalo kamu di dekap seseorang dan kamu nyaman berada dilehernya berarti jodohmu kata veranda
"Kenapa aku liat-liat seminggu ini ko banyak ngelamun pas sore-sore terus udahnya nangis, ada apa hmm ?" yang mulai membelai surai panjang gadis didekapnya.
"Gapapa cuma kangen mama aja"
"Kalo mau nangis, nangis aja ge" mendekapnya lebih erat.
"Ciya kangen mama Ve sama mama Yona ci.." terisak yang begitu menyayat hati.
Ah shani jadi teringat sesuatu saat ia diusir dari rumah dengan dalih orang tuanya menitipkannya pada yona yang notabene nya adalah tantenya sendiri, di seminggu pertama ia menangis sendiri dalam kesunyian, rindu suasana rumah dan dekapan ibunya. Ya itulah homesick yang shani rasakan dalih dalih dititipkan padahal diusir oleh keluarga karena disangka membunuh veranda yang setelah diselidiki oleh kepolisian memang bukan ia pelakunya, shani jadi sedih sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak Kelas
RomanceCara gracia mendapatkan si adem Cara Shani menaklukan si gembil Terinspirasi lagu JKT48