Three.

4.8K 477 26
                                    

03
.
.

Chaeyoung belum berani untuk menanyakan apa alasan dari seorang gadis bernama lisa ini, mencoba melakukan bunuh diri.

"Lapar?" Lisa mengangguk. Tentu saja, dari kemarin dia belum makan dan ini sudah siang. Ditambah beban masalah yang masih menyelimuti pikirannya sekarang, membuat dia semakin merasa lapar.

Chaeyoung bangkit dari duduknya, ia akan membeli makanan untuk Lisa dan untuk dirinya. Chaeyoung juga sama merasakan lapar. Dia ingat, semalam dia belum makan, rencananya dia akan makan setelah sampai di apartemennya, tapi sesuatu buruk terjadi.

Ketika chaeyoung membuka pintu, dokter yang menangani Lisa datang bersama satu suster di belakangnya membawa nampan yang berisi makanan untuk pasien.

"Selamat siang" sapa dokter berkaca mata dengan stestoskop yang menggantung di lehernya.

Chaeyoung mempersilakan dokter masuk, dan Chaeyoung mengurungkan kembali niatnya untuk membeli makanan. Dia akan mendengar penuturan dokter ini atas kesehatan Lisa dulu.

Dokter memeriksa lisa dengan lihai, warna putih sedikit yang ada di rambutnya menandakan dia sudah senior, dan dia sudah lama berkecimpung di dunia kesehatan. Tentu saja dengan pengalaman yang membuatnya menjadi lebih baik lagi.

"Kondisinya sudah mulai membaik, beruntung air tidak banyak memasuki paru parunya" tutur dokter, chaeyoung merasa senang. Tidak ada hal buruk yang ia khawatirkan.

"Sore ini juga sudah bisa di bawa pulang"

Dokter bersama susternya itu pergi setelah selesai dengan urusannya.

Chaeyoung bersyukur dia tidak jadi keluar karna suster sudah membawa makan untuk Lisa. Dan untuk dirinya, Chaeyoung bisa membeli di kantin rumah sakit. Nanti.

*Lisa pov

Aku menatap gadis di hadapaku yang katanya dia bernama Chaeyoung, dia akan menyuapiku.

"Aku bisa sendiri" mengambil alih apa yang dipegang olehnya.

Aku bisa melakukan ini sendiri dengan tanganku yang tak luka. Tidak perlu memperlakukanku seperti seseorang yang tak berdaya.

Dan tolong jangan tatap aku dengan tatapan yang membuatku semakin terlihat lemah.

Dia menundukkan kepala saat aku memberikan tatapan tak suka.

Makanan ini, bubur ini. Hambar. Tak ada rasa, manis asin gurih tidak terasa sama sekali.

Tepat sekali untuk hidupku yang sama juga terasa hambar. Tak usah ada rasa manis. Biar saja terus seperti ini.

Satu hal yang aku sesali.

Kenapa dia harus menyelamatkanku?

Ah tidak apa, dia hanya menunda kematianku saja.

*Lisa pov end

Setelah Lisa menghabiskan setengah makanan yang dirasa hambar, Lisa tertidur kembali. Lisa benar benar terlihat lelah.

Chaeyoung hanya duduk saja, memainkan ponsel yang sudah tidak di cek olehnya sejak kemarin malam.

Sebenarnya tidak ada hal yang istimewa di ponselnya, hanya saja dia mau menghubungi seorang teman untuk menanyakan sesuatu terkait pembelajaran di kampusnya, karna hari ini Chaeyoung tidak masuk dan kabarnya bahwa hari ini dosen killer itu memberikan kuis. Sudah dipastikan, Chaeyoung tidak akan mendapatkan nilai. Biarkan saja.

Setelah menelpon temannya, Chaeyoung kembali menelpon seseorang, menanyakan kembali perkembangan yang terjadi di butiknya.

Chaeyoung sedikit tenang, karna tidak ada masalah sama sekali, dan butiknya juga semakin ramai.

Senang. Tentu saja.

Setelah lama menunggu dan Chaeyoung hanya bermain game di ponselnya, akhirnya seseorang yang ditunggu kesadarannya bangun juga.

Sengaja Chaeyoung tidak ikut tidur juga, dia masih khawatir jika dia tidur, Lisa bisa melakukan hal senekat itu lagi pada hidupnya. Tentu saja Chaeyoung tau.

Lisa melengguh saat ia sudah membuka matanya penuh, pening sedikit masih terasa di kepala bagian depan dan belakangnya.

"Sudah baikkan?" Lisa hanya mengangguk tanpa membuka suara.

"Rumahmu di mana?" Lisa yang baru saja tersadar tampak bingung dengan pertanyaan Chaeyoung. Rumah? Rumah siapa? Sejak saat itu, ia sudah tidak punya apa apa lagi, ponsel yang dia miliki satu satunya saja sekarang tak tau dimana keberadaannya.

Setaunya, terakhir kali ada di saku celananya sebelum ia menceburkan diri ke dinginnya Sungai Han. Mungkin ponsel itu sudah hilang di bawah air sana.

Sedari tadi tidak ada jawaban dari Lisa, Chaeyoung mengerutkan kening. Apa Lisa tidak mau pulang ke rumahnya karna ada suatu masalah? Pikirnya.

"Kau bisa tinggal di apartemenku" karna Lisa masih belum menjawab pertanyaannya dan sorot mata yang terlihat bingung membuat Chaeyoung memberanikan diri untuk menawarkan bantuan pada Lisa.

Tapi detik itu juga Lisa menggelengkan kepalanya. Tidak mau. Dia belum tau seseorang yang ada di hadapannya ini baik atau tidak. Dan Lisa tidak mau sesuatu buruk terjadi lagi padanya jika dia menerima bantuannya.

"Aku tidak berniat jahat, aku hanya menawarkannya padamu. Tapi aku sedikit memaksa" Lisa semakin membuat kerutan pada keningnya.

Lisa tidak tau apa yang ada di fikiran gadis berambut blonde ini.

"Ku anggap kau sudah menjawab iya" Chaeyoung berdiri dan mengambil sebuah jinjingan yang berisi pakaian baru di sofa samping ranjang Lisa.

"Ini. Aku sudah membelikan baju untukmu" Chaeyoung menyimpan jinjingan itu di samping meja kecil yang ada tepat di sebelah ranjang Lisa.

Chaeyoung sudah meminta bantuan pada salah satu karyawan butiknya untuk membawa mobil dirinya yang masih ada di Sungai Han, dan membawa baju 2 pasang dari butiknya untuk dirinya dan Lisa.

Dan tadi saat Chaeyoung sedang bermain game karyawannya mengantarkannya.

Lisa masih berbaring, belum mau untuk mendudukkan dirinya sendiri.

Dan Chaeyoung hanya menunggu, mungkin rasa pusingnya masih terasa, atau badannya masih sakit. Atau gadis ini masih ragu.

___

"Tidak usah takut, aku bukan orang jahat yang akan melukaimu" Chaeyoung masih memberikan pernyataan itu, agar Lisa tidak usah lagi takut padanya. Sungguh, Chaeyoung bukan orang jahat.

Setelah menunggu jawaban Lisa yang cukup lama, akhirnya mereka sudah sampai di kediaman Chaeyoung. Apartemen yang terlihat luas dan sangat bersih. Barang barang tersusun rapih dan tidak ada yang berantakan.

Lisa dibantu oleh Chaeyoung karna jalannya Lisa yang masih sedikit sempoyongan. Bejalan perlahan menuju kamarnya

Lisa kembali merebahkan dirinya di kasur berwarna abu-abu milik Chaeyoung yang ukurannya cukup luas untuk di tempati oleh dua orang.

Keheningan memasuki ruang kamar Chaeyoung yang bernuansa monokrom. Benda yang berwarna cerah disini hanya sedikit, bisa di hitung dengan jari. selebihnya berwarna hitam, putih, dan abu.

Entahlah, Chaeyoung menyukai warna ini. Baginya warna ini telah menyampaikan suasana hatinya yang hanya hitam, putih, dan juga abu abu.


 Baginya warna ini telah menyampaikan suasana hatinya yang hanya hitam, putih, dan juga abu abu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Painful ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang