Nineteen.

2.6K 376 53
                                    

19

Waktu sudah semakin larut, gadis berpipi chipmunk ini sudah kembali berada di dalam khayalnya lagi setelah merasa baik.

Gadis lain dengan poni yang terlihat lucu justru sedang ada di balkon apartemen, duduk pada sofa yang tersedia disana. Melihat langit malam yang tidak menampilkan cahaya cahaya kecil dari bintang di atas sana. Bulan sabit yang terlihat menyunggingkan senyumnya menjadi cahaya satu satunya di langit malam.

Air mata itu jatuh lagi. Entah sudah keberapa kalinya Lisa menangis. Rasa sesak di dadanya mencuat, memori buruk sebelum bertemu dengan penolongnya kembali terputar. Di tambah mengingat bagaimana kuatnya Chaeyoung dengan semua masa lalu yang sangat kelam.

.

Chaeyoung terbangun karna keinginannya untuk buang air kecil, dan berjalan ke dapur untuk mengambil minum yang sudah habis.

Ketika sedang berjalan menuju dapur, Chaeyoung melihat pintu balkon terbuka, dan angin yang tanpa permisi masuk begitu saja pada ruangan ini, membuat Chaeyoung merasakan dingin saat hembusan angin itu menyentuh kulitnya.

Berjalan mendekat, Chaeyoung melihat seseorang sedang duduk di sofa, tanpa melihat lebih jelas Chaeyoung sudah tau bahwa itu adalah Lisa.

Mendengar ada yang mendekat, Lisa buru-buru menghapus deras air matanya.

"Lisaa..." panggilan itu membuat Lisa melihat ke arah gadis yang sudah duduk di sampingnya.

"Kenapa belum tidur?" chaeyoung belum melihat ke arah lisa, matanya fokus pada langit malam.

"Belum mengantuk"

"Apa kau tidak lelah seharian ini?" tidak ada jawaban dari Lisa. Dia membisu. Merasa tak ada jawaban, Chaeyoung melihat ke arah Lisa. Tepat pada matanya.

"Bagaimana keadaanmu?" Lisa mengalihkan pertanyaan Chaeyoung dengan pertanyaan lagi saat sorot mata Chaeyoung begitu menusuk untuk ditatap.

"Aku sudah lumayan"

"Ada apa Lisa?.." meringis kecil saat pusing di kepalanya masih terasa. Melihat sosok di depannya memasang wajah sedih membuat Chaeyoung sedikit terkejut, ia baru sadar.

Benar, Lisa sudah menghapus air matanya, tapi ia tidak bisa menghapus rona merah di wajahnya ketika dia menangis tadi.

"Tidak apa apa" menunduk, Lisa membuang pandangannya pada apa pun, asal tidak melihatkan wajahnya di depan Chaeyoung.

"Jangan berbohong Lisa, ada apa denganmu?"

"Jangan berbohong?" Lisa mengulangi lagi kalimat awal Chaeyoung, kalimat itu terasa pas untuk orang yang mengatakan itu sebelumnya.

"Iyaa jangan berbohong padaku, ceritakan padaku ada apa?"

"Harusnya aku yang bertanya itu padamu." menatap kaget pada lisa, Chaeyoung merasa ada yang aneh pada Lisa.

"Maksudmu?" mencoba menetralkan suara yang masih terdengar lemah agar terdengar biasa.

"Harusnya kau yang jangan berbohong!"

"Aku tidak mengerti Lisa, aku berbohong apa?" Lisa menatap tajam pada gadis di depannya dengan air yang kembali menggenang di pelupuk matanya.

"Tentang keadaanmu! Harusnya kau jaangan bohong, Chaeng! Mengatakan kau baik baik saja"

"Aku memang baik baik saja Lisa"

"Bohong!" nada tinggi Lisa membuat Chaeyoung terkejut. Dan Lisa juga sudah berdiri di ikutin oleh Chaeyoung.

"Kenapa kau masih berbohong seperti itu hah?! Katakan kau sakit saja kau tidak mau? Berlagak kuat iya? Menyembunyikan sesuatu yang sudah ku ketahui, iya?!" nadanya semakin meninggi.

"Kau pikir aku bisa di tipu sekarang dengan kau mengatakan 'baik baik saja'?!"

"Tidak Chaeng tidak!"

"Aku sudah mengetahui semua masa lalumu, dan keadaan perasaanmu saat ini!!!" Lisa benar benar membuat Chaeyoung menjadi takut. Kali pertamanya setelah sekian lama, ia kembali mendapat sentakan.

"Lisaaa..." suara lirih Chaeyoung menyadarkan Lisa, air mata Chaeyoung sudah tidak bisa disembunyikan lagi.

Lisa tersadar, nada tingginya yang sudah membuat Chaeyoung takut. Ia lupa, Chaeyoung tidak suka di bentak. Tanpa sadar, Lisa sudah mengingatkan kembali Chaeyoung dengan Appanya yang selalu berbuat kejam pada Chaeyoung.

"Chaeng, maafkan aku, aku- aku tidak bermaksud" Lisa memegang kedua pundak Chaeyoung yang ternyata sudah bergetar, kepala yang menunduk membuat Lisa menjadi panik.

"Chaeng... Chaeng sungguh aku tidak bermaksud membentakmu" suara tangis itu kini sudah terdengar jelas di pendengaran Lisa. Lisa langsung membawa Chaeyoung dalam pelukannya. Menenangkan Chaeyoung atas ulahnya sendiri.

"Aku yang harusnya minta maaf Lisa" di sela tangisnya Chaeyoung berusaha berbicara dengan jelas.

"Tidak, aku yang salah Chaeng. Aku sudah mengetahui masa lalumu dari Chanyeol Oppa" usapan itu tidak pernah berhenti mengelus punggung yang bergetar.

"Maaf aku tidak terbuka padamu, sengajaku lakukan, karna jika aku bicara sedikit tentang masa itu, itu benar sakit Lisaa..." Lisa semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh ringkih yang terasa lemah.

"Cukup Chaeng, aku sudah tau.. Yang ku mau kita melewati ini bersama. Dan berhenti berpura-pura" sungguh. Lisa sangat tau perasaan Chaeyoung. Jadi tolong jangan bicarakan itu karna itu juga menyakitinya.

"Berjalan bersama di tengah ribuan duri lebih baik bukan, daripada melewati semua sendiri. Jadi, tolong sandarkan kepalamu di bahuku jika kau merasa lelah dan sakit itu kembali muncul"

"Lisaa..." sikap lembut Lisa mampu membius Chaeyoung. Memberi kenyamanan untuk Chaeyoung dengan segala kelembutan.

Lisa yang biasanya diperlakukan baik oleh Chaeyoung kini berganti. Dan tampaknya Lisa harus lebih ekstra melindungi penolongnya yang jauh lebih terluka.

Lisa menghapus air mata yang juga sudah membasahi wajahnya. Terpaan angin di wajah yang basah semakin terasa dingin.

"Chaeng, kita masuk yaa. Sudah semakin dingin disini" masih dalam pelukan Chaeyoung mengangguk, tanpa melepas.

Lisa tersenyum.

"Mau masuk dengan masih berpelukan?" Chaeyoung tersipu malu, dia melepas pelukannya dan menghapus tangisnya.

"Ayo" Chaeyoung berjalan lebih dulu menunggu Lisa di dekat pintu untuk menutup pintunya.

Lisa merangkul tubuh Chaeyoung sambil berjalan memasuki kamar bernuansa monokrom.

Bersandar rebahan pada headboard, dua orang gadis ini tengah larut dalam pikirannya masing masing.

Dan Chaeyoung tiba tiba saja menyandarkan kepalanya di bahu Lisa.

"Aku sedikit pusing Lisa" mendengar itu Lisa sedikit panik, ingin menegakkan badannya untuk melihat Chaeyoung tapi tangan Chaeyoung menahan Lisa agar tidak bergerak.

"Kau bilang sandarkan kepalamu di bahuku jika kau merasa lelah dan sakit itu kembali muncul"

"Jadi, tetap seperti ini Lisa, aku.. Sedikit pusing dan lelah"

 Sedikit pusing dan lelah"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Painful ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang