Sixteen.

2.8K 364 40
                                    

16

"Ceritakan awal pertemuanmu dengan Chaeyoung" wajah Chanyeol terlihat begitu serius kali ini. Menatap Lisa yang akan mulai menceritakan awal mulanya.

Menarik nafas panjang.

"Chaeyoung adalah penyelamatku. Saat aku ingin bunuh diri. Melompat di Sungai Han, tapi Chaeyoung menolongku. Dia memegang tanganku saat tubuhku sudah berada di ambang kejatuhan. Aku melihat wajahnya yang ku rasa dia ragu menatapku. Aku benar benar tidak ingin hidup. Sungguh. Jadi ku lepaskan genggamannya padaku lalu aku merasa tubuhku terjatuh pada kolam air raksasa yang dinginnya luar biasa. Dan aku merasa seperti ada seseorang juga yang turut ikut terjun kedalam air ini. Dan setelah aku sadar aku sudah ada di rumah sakit. Dengan chaeyoung yang sudah ada di sampingku. Sepertinya dia menemaniku semalaman. Dan aku di bawa kesini. Karna jujur aku sudah tidak mempunyai rumah lagi sekarang "

Penjelasan panjang lebar dari Lisa membuat Lisa memejamkan sebentar matanya. Membayangkan kebaikan kebaikan Chaeyoung yang ternyata teramat berarti bagi lisa.

Membuka mata saat merasa matanya seperti sudah di penuhi dengan air. Dan benar, satu tetes air keluar dari kedua matanya.

Chanyeol yang dari tadi menyimak dengan seksama setiap penjelasan dari Lisa, benar benar tidak percaya sekarang.

Cerita dari Lisa membuat hati Chanyeol teriris sakit. Bagaimana dengan keadaan hati adiknya itu.

"Chaeyoung-aa"

"Kenapa? Ada apa? Coba tolong jelaskan padaku apa yang terjadi dengan Chaeng? Kenapa Oppa seperti itu ekspresinya?"

"Chaeyoung memiliki masa lalu yang buruk"


*Flashback On.

Lahirnya anak ke dunia adalah suatu anugerah dari Tuhan. Keinginan terbesar bagi para sepasang suami istri untuk dapat segera menerima momongan.

Dan tentu saja ini yang di harapkan oleh sepasang suami istri Park. Menggendong bayi saat pulang kantor, menyuapi bayi yang sudah terlihat gemuk, bermain bersama dengan bayi di akhir pekan, merawat hingga sang anak di bawa oleh seseorang yang mengucapkan janji suci di depan tamu undangan yang hadir.

Keinginan keinginan itu lah yang ingin keluarga park ini wujudkan jika sang buah hati sudah lahir ke dunia.

Hari ini, jam 11.45 malam, sang istri sedang bertarung antara hidup dan mati. Mempertahankan agar sang anak dapat keluar dengan selamat.

Suara teriakan menggema diruangan bernuansa putih. Sosok yang akan disebut sebagai appa berada disisi sang istri, menggenggam erat tangan seseorang yang berjuang disampingnya.

"Ayo sayang kau pasti kuat" ucapan ucapan penguat terus terlontar dari bibir tuan park. Doa doa juga turut menyertai ketegangan ini. Menghapus keringat yang berada di wajah sang istri dengan tangan satunya lagi.

Keringat dingin juga keluar dari wajahnya tak kuasa melihat sang istri kesakitan.

Hingga suara tangis dari sang bayi yang sudah berhasil keluar, membuat tuan park bernafas lega, senyumnya tulusnya melihat anaknya yabg sedang di gendong oleh suster.

Namun, sesuatu buruk terjadi. Sesuatu yang tidak terbayangkan hadir.

Di tengah kebahagiaan yang dirasa, suara dokter menghentikan senyum tuan park. Dan tuan park langsung melihat istrinya yang berada disamping.

"Sayang.. Sayang bangun" tuan park memukul mukul pelan pipi sang istri. Namun tak mendapat respon hingga dokter harus memeriksa lebih lanjut kondisi nyonya park.

Tuan park di persilakan menunggu di luar. Sedikit susah hingga dua suster membantu membawa tuan park keluar.

Dengan berat dan penuh kepanikan tuan park menunggu. Beberapa menit kemudian dokter keluar.

"Maaf tuan Park" memulai dengan kata maaf, berarti ada sesuatu buruk yang terjadi.

"Wae? Ada apa?" suaranya sedikit terdengar tidak sabar.

"Kami sudah melakukan semampu kami tapi Tuhan berkendak lain" ah sial. Kalimat ini. Kalimat yang menunjukkan hal buruk tak diinginkan terjadi.

Tuan Park menerobos dokter yang sedang ada di depannya dengan kasar. Memasuki ruangan sang istri dengan tangis yang sudah mengalir deras.

Menatap sedih pada istri yang sudah tidak bernyawa.

"ANDWE!!! Bangun sayang BANGUUN!!!"

"AAAARRRGGGGGGHHHH"

______

10 tahun kemudian.

Usia seorang anak yang sedang banyak bertingkah, mengekspresikan tentang isi hatinya. Ada yang yang biasa, bermain dengan teman atau sendiri sewajarnya. Tapi ada juga yang terlalu over melakukan seseuatunya.

Namun ada seorang anak cantik jelita seperti princess yang sedang duduk di meja tempat ia sekolah. Memerhatikan lincahnya teman temannya yang berlari kesana kemari, mengejar salah satu temannya saat berbuat jahil.

Kebisingan di jam istirahat ini wajar terjadi.

Memilih untuk menyendiri. Membuat teman temannya sedikit menjauh karna dia tidak suka di ganggu. Alhasil teman akrab pun dia tidak punya.

Setiap harinya selalu di lewati dengan biasa. Tidak ada yang istimewa.

Pulang kerumah, langsung menghampiri seseorang yang sudah menyambutnya saat dia sudah keluar dari mobil.

"Eommaaa" berbeda dengan di luar. Di rumah gadis ini bisa tersenyum dan tertawa dengan seseorang yang di panggilnya 'Eomma'

Memeluk erat.

"Makan dulu yuuk" mengajak sang anak untuk menuju ke dalam tepatnya ke ruang makan agar si anak bisa makan sesuai dengan yang sudah siap di meja makan.

"Apa anak cantik ini bermain dengan senang di sekolah bersama teman teman?" ia hanya mengangguk sebagai jawabannya, fokusnya masih tertuju pada makanan yang sedang ia kunyah.

Masih kecil. Anak berusia 10 tahun ini ternyat sudah pandai berbohong, menutupi kebenaran. Sepertinya bukan dari usia 10 tahun, tapi dari 7 tahun. Saat dia sudah masuk sekolah di tingkat awal.

"Jjinjja?" sang Eomma bertanya, seolah tidak percaya. Dia tau apa yang terjadi anak cantik ini di sekolah.

Tau kebohongan yang terus terucap dari bibirnya saat menanyakan kebahagiaannya di sekolah.

Yang di tanya mengangguk semangat seolah yang di ucapkannya adalah benar.

"Masakan ini bena benar lezat Eomma"




"Jangan panggil dia Eomma Chaeyoung! Dia bukan Eommamu"

Painful ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang