Twenty.

2.6K 352 29
                                    

20

Kejadian kemarin benar benar membuat Chaeyoung kembali pada masa lampau. Kematian dari seorang ibu yang habis melahirkan benar benar mendobrak pertahanan yang coba ia lupakan kejadiannya.

Tak bisa ditutupi lagi, Chaeyoung tidak kuat menahan semua sakit saat mendengar teriakan keras dari suami, istri tersebut. Hingga pelukan hangat dapat Chaeyoung rasakan dari Lisa, dan sejurus kemudian Chaeyoung tak tau lagi apa yang terjadi setelah itu.

Tidur bersama lagi dengan Lisa. Seseorang yang telah membuat Chaeyoung nyaman, kembali seperti menemukan seseorang yang di butuhkan selama ini. Pelindung.

Bisa di bilang, Lisa sekarang menjadi pelindung Chaeyoung. Entah apa Chaeyoung mengatakannya seperti itu. Tapi ia merasa kehadirannya seperti Irene Unnie. Yang akan terus bersama. Melakukan banyak hal berdua untuk seterusnya.

Padahal, baru saja Lisa Memperlakukan Chaeyoung baik tadi, tapi sekarang ia sudah menyebutnya sebagai 'pelindung'. Lucu memang. Tapi itu yang Chaeyoung  rasakan saat Lisa memeluk dengan penuh kasih. Rasanya, Lisa seperti tameng bagi Chaeyoung.

Sejujurnya, kehadiran Lisa di awal benar benar mengingatkan Chaeyoung dengan masa-masa kelamnya. Menarik tangannya yang akan terjatuh dari pembatas itu mengingatkan Chaeyoung pada sesuatu yang juga ia lakukan dulu. Sorot matanya menarik Chaeyoung untuk menolongnya.

Jika saja Lisa sadar, bahwa ia kini tengah merasakan sayangnya sosok penolong Chaeyoung, yaitu Irene. Karna Perlakuan yang Chaeyoung berikan pada Lisa pada saat itu, sama persis dengan perlakukan Irene pada Chaeyoung.

Caranya yang lembut dan juga hangat Chaeyoung tiru untuk memperlakukan Lisa sebaik mungkin. Tentu, Lisa sama persis dengan Chaeyoung (dulu). Keadaan yang hancur menjadikannya sedikit terkesan dingin.

Tapi perlahan dinginnya itu berubah jadi hangat. Dan sekarang Lisa memperlakukan Chaeyoung dengan baik.

Sekarang Lisa masih terlelap lelah saat sinar sudah bersinar cerah di luar. Chaeyoung menatap Lisa yang sedang tertidur. Ada sesuatu yang ia rindu. Irene.

"Kuat Chaeng, jangan menangis" jika sudah mengingat Irene pasti akan terasa sedih. Dan akan mengundang juga kesedihan lain untuk mengingat sosok yang disebutnya 'Eomma'. Keinginan bertemu selalu muncul. Tapi mau bagaimana lagi. Nafas masih diberikan oleh Sang Pencipta.

Chaeyoung merasa nyaman melihat wajah seseorang yang penuh masalah sedang tertidur. Seakan ia melepas sebentar sesuatu yang membuatnya tak tenang.

Saat sedang asiknya memandangi wajah Lisa yang damai, Chaeyoung melihat kerutan-kerutan kecil mulai muncul dari wajahnya. Nafasnya berat, seolah sedang berlari ratusan meter.

Chaeyoung menepuk pelan pipi itu agar Lisa tersadar. Dan benar saja, dia membelalakkan matanya seperti sesuatu telah terjadi. Chaeyoung tau. Pasti bunga tidurnya buruk.

"Ada apa?" suara kecil setengah berbisik. Lisa berusaha menormalkan kembali pandangannya, nafasnya masih memburu oksigen yang tidak masuk pada pernafasannya.

Tatapan itu kini berganti dengan tatapan ketakutan.

Tiba-tiba Lisa menarik tubuh Chaeyoung untuk mendekat, lalu memeluk erat, menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Chaeyoung. Dengan cepat Chaeyoung membalas pelukannya erat.

"A-aku.. Tidak mau kehilanganmu.. Jadilah sahabatku, saudaraku untuk selamanya"

Ada apa ini? Nada bicaranya bergetar. Dan kalimat itu. Apa dia bermimpi bahwa Chaeyoung akan meninggalkannya? Oh ayolah. Chaeyoung tidak akan meninggalkan seseorang yang sama sepertinya. Chaeyoung tau rasanya di tinggal seseorang.

Tertawa kecil "Aku tidak akan menghilang"

Lisa semakin mengeratkan pelukannya.

"Dan dari awal kau memang sahabatku, saudaraku. Lisaa.."

➖➖➖

Meja makan sudah terisi dengan makanan yang hanya bisa Lisa masak. Nasi goreng kimchi dan bubur. Bubur tentu saja di peruntukan untuk Chaeyoung yang kondisinya belum pulih betul.

Makanan sudah siap, tapi Chaeyoung masih berada di ranjangnya. Belum beranjak turun walau wangi makanan sudah tercium.

Menghampiri kamar yang bernuansa monokrom, Lisa duduk di tepi ranjang.

"Makan yuk" ajak Lisa dengan senyum di wajah dan membuat Chaeyoung juga ikut tersenyum.

Lisa menunggu Chaeyoung yang sedang membersihkan muka dan lainnya di kamar mandi. Sebenarnya Chaeyoung menyuruh untuk Lisa pergi lebih dulu, tapi Lisa tetap menunggu hingga mereka bisa berada di meja makan bersama.

Berjalan bersama menuju meja makan. Dan duduk berhadapan setelah sampai di meja makan.

"Kau makan bubur yaa Chaeng" Chaeyoung hanya berdehem pelan. Makanan yang tidak terlalu Chaeyoung sukai harus masuk kedalam perutnya lagi. Mau bagaimana lagi.

"Lisaa.."

"Hmmm" tanpa melihat seseorang yang memanggilnya, Lisa fokus dengan makanan yang akan disuapkan pada mulutnya.

"Kau... Tidak kuliah?" Chaeyoung bertanya dengan hati hati. Tapi itu sukses membuat Lisa terdiam sebentar lalu dengan cepat Lisa menetralkan lagi keterkejutannya. Bersikap normal seolah pertanyaan itu adalah pertanyaan biasa.

"Lisaa..."

"Ah iyaa Chaeng, hmmm gimana yaa" tentu saja Lisa bingung, pasalnya bagaimana dia membayar biaya kuliahnya yang mahal, secara kampusnya adalah kampus elite.

"Tidak usah khawatir soal biaya Lisa. Aku akan membiayaimu" Chaeyoung tau kegelisahan yang Lisa rasakan. Keterdiamannya pasti memikirkan soal biaya.

"Tidak Chaeng, tidak usah, aku tidak akan kuliah"

"Kau harus kuliah Lisa. Menuntaskan masa pendidikanmu yang sudah setengah jalan" Chaeyoung peduli dengan masa depan Lisa. Ia ingin seseorang yang disayangnya mendapatkan hal terbaik.

"Aku sudah sangat merepotkanmu jadi aku tidak mau menambahnya lagi"

"Apa yang kau katakan, aku sekarang sahabat, dan keluagamu,  jadi biarkan aku bersikap sewajarnya" Lisa menyimapan sendok dan mendiamkan diri lagi. Memikirkan sesuatu yang memang harus di pikirkannya matang-matang.




 Memikirkan sesuatu yang memang harus di pikirkannya matang-matang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Painful ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang