Eighteen.

2.6K 364 71
                                    

18/2


Chaeyoung berhenti, saat tenaganya dirasa semakin menipis. Membiarkan tubuhnya di peluk oleh orang asing.

Tak sadar seseorang yang memeluk Chaeyoung juga ikut menangis. Hantaman kecil mengenai hatinya, merasakan juga kesedihan dari gadis yang ada di pelukannya

*Flashback Off.

Menarik nafas dalan serta menyeka air mata yang ada di pipinya. Gadis di depannya sudah sesegukan mendengar cerita menyayat hati dari gadis yang selalu terlihat kuat.

"Irene adalah orang yang menolongnya saat Chaeyoung hampir melayangkan dirinya kebawah. Irene yang telah membuat hidup Chaeyoung sedikit berubah. Walau hanya beberapa tahun, dampak Irene yang diberikan pada Chaeyoung cukup positif. Dengan kasih sayang dan sikap lembut serta ucapan halusnya membuat Chaeyoung selalu mendengarkan perkatannya. Bagi Chaeyoung Irene adalah Unnienya yang sempurna. Aku melihat itu. Bagaimana keduanya saling menyayangi"

Chanyeol memejamkan matanya, membiarkan ingatannya terkumpul mengingat kenangan indah Irene dan Chaeyoung yang ia saksikan sendiri kejadiannya.

"Irene sangat menyangi Chaeyoung, menjaga dan melindungi Chaeyoung layaknya seorang kaka yang tidak mau terjadi apa apa pada adiknya"

Lisa setia mendengar cerita gadis penolongnya ini dengan rasa sakit di dada. Tolong. Lisa merasakan apa yang chaeyoung rasakan. Dan ini sangat sakit.

*Flashback On.

Pertemuan Irene dengan Chaeyoung dulu di rumah sakit ternyata menjadi pertemuan terakhirnya juga di rumah sakit.

Irene yang dulu keluar dari salah satu ruangan, ternyata ia sedang berkonsultasi tentang penyakitnya yang sudah ia idap selama bertahun tahun dengan dokter di dalam ruangan itu.

Gagal ginjal. Penyakit yang di derita Irene sama sekali tidak pernah Chaeyoung ketahui. Selalu terlihat sehat dan normal Irene di hadapan Chaeyoung. Memberi tawa terbaik saat bersama Chaeyoung.

Membuat Chaeyoung merasa sangat bersalah ketika mengetahui semuanya baru baru ini. Penyesalan pun sedikit terjadi ketika sesuatu hal terpenting dalam hidup orang tersayangnya tak ia ketahui.


Duduk disamping Unnienya membuat air mata Chaeyoung terus mengalir. Tidak tau bagaimana caranya menghentikan tangis yang tak bisa dihentikan walau sebentar.
Tangan terus menggenggam kuat jemari yang terasa rapuh.

Di sebelahnya ada Chanyeol, dia melihat semua air mata milik Chaeyoung tertumpah mengaliri pipi mulusnya, mendengar isakan serta ucapan lirih terhadap Unnienya yang mengalun sendu di pendengaran Chanyeol.

Ini juga menyakitkan bagi Chanyeol, tak kuasa juga menahan segala gejolak resah di dada.

Irene yang melihat adiknya dan Chanyeol terus menangis, merintih sakit. Rasanya ingin terus hidup. Tapi Irene tidak tau bagaimana skenario Tuhan terhadapnya.

Tangan yang terpasang infus itu terangkat untuk menghapus air yang membanjiri pipi mulus adiknya.

"Jangan menangis, Unnie tidak bisa melihatmu menangis" ucapan irene hanya didengar. Tidak di terapkan.

Siapa yang tidak kuat melihat orang yang dia sayang sedang bertaruh hidup. Melihat wajah lemahnya saja mendobrak pertahanan sedihnya.

Menangkup pelan pipi Chaeyoung dengan satu tangannya. Irene berucap...

"Tetap hidup"

"Tetap hidup Chaeng. Tetap hidup untuk Unnie"

Setelah ucapannya itu entah apa yang terjadi dengan Irene, nafasnya terlihat gelagapan, membuat Chanyeol terburu-buru keluar ruangan untuk memanggil dokter.

*Flashback off.

"Kau tau, Irene hanya bercerti padaku semua tentang Chaeyoung, hingga aku mengetahui masa lalu Chaeyoung perlahan"

"Sosok Appanya kini tak tau dimana, Chaeyoung pernah memberi tau alamat rumah Appanya, dan Irene mengunjunginya. Disana ada penghuni baru yang menempati rumah tersebut"

Chanyeol meminum air di depannya. Tenggorokannya terasa kering setelah bercerita panjang lebar tentang sosok Irene.

Penjelasan terakhir dari Chanyeol tentang Unnienya yang meninggalkan Chaeyoung sendiri sangat menyedihkan bagi Lisa.

Bagaimana Chaeyoung harus kembali menerima fakta kehilangan dari orang terkasihnya, itu pasti sangat berat.

"Setauku, Chaeyoung tidak punya teman dekat. Mungkin karna kisahmu yang meruntuhkan memori kelamnya, ia tidak mau kau merasakan hal yang sama sepertinya. Dan ingin menunjukkan bahwa ada orang yang tidak mengenali kita sama sekali, tapi mampu membuatmu hidup kembali dan merasa ada. Seperti yang dilakukan Irene terhadap Chaeyoung"

"Jagalah Chaeyoung, layaknya kau sudah mengenal lama sosoknya"

<><><><><>

Menatap pada gadis di depannya. Gadis yang masih tertidur lemah. Wajah pucat itu, astaga. Membuat Lisa semakin melihat sedih.

Chanyeol sudah kembali lagi ke butik, setelah memastikan keadaan Chaeyoung. Dia sedang sibuk.

Kata-kata Chanyeol tadi masih terngiang di benak Lisa.

"Dan saat Irene menghembuskan nafas terakhirnya. Aku ada disitu, melihat gadis yang sudah ku anggap sebagai adikku sendiri terbujur lemah tanpa pergerakan sedikitpun"

"Chaeyoung mengalami frustrasi berat setelah kematian Irene. Tapi aku bersyukur, Chaeyoung tidak melakukan sesuatu buruk bagi dirinya. Perkataan terakhir Irene, mampu membuat Chaeyoung bertahan sampai saat ini"

"Dan ini semua, titipin Irene untuk diberikan pada adiknya, apartemen baru di beli setelah kematian Irene. Aku yang membelinya, sebab aku tidak mau melihat Chaeyoung yang terus menangis jika berada di apartemen yang lama"

Kata kata yang tak bisa dihentikan suaranya dalam ingatan.

Melihat ke atas. Menampung air yang lagi lagi ingin terus menyeruak keluar. Menyeka sedikit bulir air telah berhasil jatuh membasahi pipi.

Kembali melihat pada Chaeyoung. Ada pergerakan dari kelopak matanya, sepertinya Chaeyoung akan kembali bangun. Cepat cepat Lisa menetralkan wajahnya yang terlihat sendu.

"Chaeng" yang di panggil belum merespon. Sosok rapuhnya terlihat jelas sekarang. Kau tidak bisa menyimpan semuanya sendiri Chaeng -Lisa

Mengambil air yang ada di meja kecil samping tempat tidur.

"Minum dulu" Chaeyoung bangun di bantu oleh Lisa, setelah ia bersandar pada headboard, segera Lisa memberikan segelas air padanya.

"Bagaimana? Sudah mendingan?" deheman pelan adalah jawaban yang Lisa dapatkan. Melihat chaeyoung masih meringis kecil membuat Lisa semakin tidak tega melihatnya.

Setelah minum, Chaeyoung memberikan lagi gelas yang ada di tangannya pada Lisa, dan langsung  disimpan di tempat semula oleh Lisa.

"Terimakasih"

"Untuk?"

"Menemaniku"

"Hmm, tidak usah berterimakasih" tatapan matanya masih terlihat lemah.







"Hmm, tidak usah berterimakasih" tatapan matanya masih terlihat lemah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Painful ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang