Four.

3.8K 465 15
                                    

04

Chaeyoung masih berada di samping Lisa. Menatap lekat wajah yang sedang dirundung pilu.

"Aku memaklumi jika kau masih belum mau bercerita, karna aku juga sama sepertimu dulu" Chaeyoung kembali membuka suara saat keheningan begitu mengikat di ruang kamarnya.

Ini masih berat bagi Lisa untuk bercerita tentang hidupnya, ia hanya takut, setelah ia bercerita tentang masalahnya, gadis di hadapannya ini malah tertawa mengejek. Tapi Lisa berfikir dua kali, sebab gadis berpipi seperti chipmunk ini justru rela terjun juga ke sungai han tanpa pelampung, menerjang dinginnya air yang terasa sampai tulang tulangnya hanya untuk menyelamatkan dirinya.

Biaya rumah sakit yang juga di tanggung oleh Chaeyoung, dia bahkan terjaga hanya untuk bisa terus terbangun dan memastikan bahwa dirinya tidak melakukan hal hal yang di takutkan lagi. Dan sekarang, di rumah ini, dia memperlakukannya dengan sangat baik.

Tapi lagi lagi perseteruan antara hati dan logikanya kembali beradu. Semua orang sama saja, pengkhianat. Semua orang sama saja, jahat tak punya hati. Bagi Lisa.

Wajah ketus adalah yang di perlihatkan oleh Lisa pada seseorang di hadapannya. Ini adalah cara untuk Lisa tidak termakan lagi oleh kata kata manis dari seseorang yang memberikannya. Cara agar lisa tidak semakin merasa terpukul oleh kepercayaan yang sudah ia beri.

"Baiklah, mungkin kau merasa risih aku ada di sampingmu, aku akan ke ruang tengah" setelah Chaeyoung berkata seperti itu, ia berdiri dari sisi ranjang Lisa dan mulai meninggalkan Lisa di kamar sendiri.

Lisa hanya menatap datar punggung yang sudah menghilang bersamaan dengan pintu yang tertutup. Menghela nafas panjang. Masih merutuki diri yang masih hidup.

Tak di undang, kenangan buruk hadir menghiasi setiap titik pemikiran Lisa saat ini. Semua di penuhi oleh hal hal yang sangat ingin ia enyahkan.

Kedua tangan Lisa memegang kepala kuat kuat.

"AAARRGGGHHH" meringis ketika semua begitu memenuhi isi kepalanya. Tolong, ini sangat sakit.

Lisa berdiri dengan kaki yang belum bisa berdiri kokoh, tapi kembali, ia paksakan diri untuk bisa berdiri, dia berjalan mendekati sebuah dinding.

Kepalanya ia pukul dengan keras pada dinding itu, suara kepala yang bertubrukan dengan dinding terdengar keras, Lisa lakukakan itu untuk menghilangkan memori buruk dalam pikirannya.

Suara jeritan terdengar lirih keluar dari mulut Lisa.

Chaeyong yang sedang bersandar pada sofa langsung menegakkan badannya saat teriakan itu memasuki indra pendengarannya.

Tergesa gesa Chaeyoung kembali memasuki kamarnya yang sedang terdapat Lisa.

Braakk..

Pandangannya langsung melihat pada gadis sedang meraung raung di samping pintu, mencengkeram rambutnya sendiri dengan kuat dan membenturkannya pada dinding. Sperti terlihat sudah gila.

Hal itu Lisa lakukan untuk menghilangkan rasa pikiran buruk yang dengan kejamnya menjajah pikirannya.

"Apa yang kau lakukan?" tatapan kepanikan menghiasi wajah Chaeyoung, tanpa ijin Chaeyoung langsung memeluk tubuh ringkih Lisa.

Lisa tidak menerima dengan baik, ia berontak dalam dekapan Chaeyoung, menolak tubuhnya untuk di peluk.

Walau tangan dan dadanya mendapat pukulan keras dari Lisa, Chaeyoung tidak berniat untuk melepas pelukannya, justru pelukan itu terasa lebih erat menangkap tubuh Lisa.

Perlahan Lisa mulai berhenti, posisi yang tengah berdiri itu kini merosot ke bawah, Chaeyoung terus memeluknya dengan lutut yang kini menjadi penahannya.

Keadaannya menjadi begitu mencekam membekap dua orang yang saling berpelukan ini.

Tangisnya mengalir deras, mengeluarkan semua luka dan kesakitannya. Memegang erat baju belakang Chaeyoung, menelusup masuk semakin dalam pada dekapan yang ia butuhkan.

Bohong, jika Lisa tidak membutuhkan dekapan yang seperti ini.

Chaeyoung turut merasakan kepedihan yang Lisa salurkan melalui pelukannya. Ini begitu menyakitkan. Air di matanya kini juga sudah mengalir.

"Kenapa?? Kenapaaaa semuanya jadi seperti ini??? AARRGGHHH"

"TUHAN TIDAK ADIL"

"KENAPA DIA JAHAT PADAKU"

"KATAKAN PADAKU APA ALASANNYA?!!"

Kalimat itu yang Lisa lontarkan saat sesak didadanya terus terasa. Membabi buta menyerang hati yang luka.

Perkataan Lisa membuat Chaeyoung melonggarkan pelukannya dan melihat wajah Lisa yang sudah banjir dengan air matanya sendiri.

Ditangkupkannya pipi Lisa dan Chaeyoung memberanikan lagi menatap mata yang menyiratkan kesedihan mendalam.

"Tuhan tidak pernah jahat, Dia akan menolong setiap umat-Nya yang sedang kesusa..."

"Tidakk!!! Aku tidak percaya, Dia tidak menolongku, rasa sakit ini terasa sangat perih" Lisa memotong langsung perkataan Chaeyoung tanpa jeda.

"Kau salah. Tuhan telah menolongmu, Tuhan tidak ingin kau pergi, maka Tuhan membuatku menyalamatkanmu dari mati konyol yang akan kau perbuat. Dan sekarang, Tuhan telah mengirimku untuk membantumu" Chaeyoung menarik nafas saat dirasa hidungnya sedikit tersumbat.

"Tuhan telah membuat skenario terbaik untuk kita. Jika kau merasa kesulitan, seseorang akan datang untuk mempermudah jalanmu. Itu yang aku pelajari dari seseorang yang ku rindukan"

Lisa tak memotong lagi perkataan Chaeyoung. Dengan sesegukan ia berusaha untuk meresapi semua perkataan Chaeyoung yang ada benarnya juga.

"Aku tidak tau masalahmu. Tapi melihatmu yang seperti ini aku tau. Lukamu sangat sakit. Pedihmu begitu memilukan" Chaeyoung kembali memeluk Lisa. Membiarkan Lisa kembali menangis dengan hebat.

Mungkin dengan seperti ini, Lisa akan merasa jauh lebih tenang, dan nanti Lisa bisa memberitahu tentang sakit yang ia rasakan.

"Kuharap kau mau bercerita nanti"

_____

"Sudah merasa tenang?" Lisa mengangguk. Kini mereka sudah berada lagi di ranjang milik Chaeyoung setelah beberapa menit yang lalu kamarnya di penuhi oleh suara yang menyayat hati.

"Keluarkan saja apa yang ingin kau katakan" Lisa menatap Chaeyoung dengan tatapan ragu yang masih belum percaya.

Tapi, tatapan Chaeyoung seolah memberi keyakinan bagi Lisa.

Painful ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang