Flashback on
Alid POV
Aku ingin memberikan undangan pernikahanku kepada Rinda, dia adalah sosok yang ku anggap adik selama ini orang yang dekat denganku akhir-akhir ini.
Aku menyambar ponselku dan mengirimkan pesan singkat kepadanya.#Khalidi Abimana : Sore ini kita ketemu di taman kota.
#Rinda Amalthea : Oke kakDan Rinda pun menyanggupinya. Aku segera menuju ke taman kota. Setibanya disana Aku mencari keberadaan Rinda, rupanya dia duduk di bawah pohon rindang.
”Udah lama?” Tanyaku sambil menyodorkan minuman greentea kesukaannya.
“Ngak kok.” Jawabnya.
“Rinda saya mau ngasih undangan nikahan saya.” Ucapku sambil memberikan undangan tersebut kepadanya.
“ Cie nikah, calon istrinya?” Tanyanya kepadaku.
“Dia adalah salah satu anak teman Ibuku, dan 2 tahun yang lalu saya pernah bertemu dengannya kemudian akhir-akhir ini kami dekat.” Jelasku kepadanya.“Akhirnya kakak andalan Rinda udah mau nikah toh.” Ucap Rinda dengan nada sedikit kecewa.”Udah saatnya cari andalan yang lain.”Sambungnya.
‘Saya tau Rin, kamu punya rasa sama saya, tapi hatiku tidak memilihmu, kamu orangnya baik tapi saya tidak nyaman sama kamu’ batinku.“Harus dong kamu mesti cara yang special dan saya harap kamu bisa datang, kalau begitu saya duluan.” Putusku dan beranjak pergi.
“Iya kak saya usahain datang.” Ucapnya.
Rinda POV
Hatiku seketika jatuh mendengar kabar tersebut. Akhir-akhir ini Aku selalu mendengar kabar bahwa dia akan menikah tapi Aku tidak serta merta memercayainya sebelum ada bukti. Tapi hari ini dia sendiri yang membuktikannya.
“Aku yang terlalu baper sama kamu kak, Aku yang selalu menganggap setiap perhatian yang kau berikan itu berarti kamu peduli sama Aku kakak, mana mungkin kamu tidak tahu atas perasaanku.” Lirihku.
Aku merogoh ponselku di tas dan segera menghubungi Lista.
#Rinda Amalthea: Jemput gue di taman kota.
#Azana Calista : Tunggu gue disana.
Beberapa menit suara klakson mobil Lista sudah terdengar, Aku langsung naik dan diam seribu bahasa sambil memandang keluar di jalanan melalui kaca jendela mobil, di mobil ternyata ada Khayla juga dan Lista menyetir menuju rumahku.
“Kak Alid akan menikah.” Aku membuka percakapan.
“Seriusan?” pekik Lista kaget. “pastiin dulu, cari buktinya, jangan langsung ngejudge gitu,ngak baik loh.”sambungnya.
“Nih.” Ujarku sambil menyodorkan undangan yang baru saja Aku terima dan setitik air mata sudah menetes.
“Udah ah Rin, jangan nangis kita sedih ngeliatnya.” Ucap Khayla sambil mengusap lenganku yang saat itu duduk di jok depan.“Sebaiknya lo harus ngungkapin perasaan lo sekarang, ini adalah waktu yang tepat buat ngelakuin semuanya, mumpung Kak Alid masih lajang. Meskipun undangannya udah ada.” Saran Lista.
“Gue ngak bisa, mau ditaruh di mana mukaku ini.” Ucapku sambil terisak-isak.
“Yang gue tangkap sih, dia itu udah tau kalau lo ada rasa sama dia, yah cuman dia ingin membesarkan hatimu dengan cara seperti ini.” Ujar Lista.
“Rin udah ya jangan nangis lagi, let it flow, percaya takdir dan gue setuju tidak setuju lo datang ke nikahannya.” Ujar Khayla.
Di sepanjang perjalanan aku terus menangis, rasanya sedihku hari ini hanya bisa kuluapkan melalui tangisan.
“Khay, gue ngak tega ngeliat dia.” Sayup-sayup ku mendengar ucapan Lista.
“Malam ini lo nginap di rumah gue ya!gue takut nanti terjadi apa-apa sama lo, gue takut lonangis semalam suntuk hanya gara-gara seorang lelaki.” Tawar Khayla.
“Iya Rin lo nginap aja di rumah Khayla, nanti gue juga ikutan nginap deh. Gue takut lo bunuh diri terus jadi headline news, ngak enak loh.” Ucap Lista.
“Kita ke rumah lo dulu minta izin dan ambil pakaian lo secukupnya. Lis, ke rumah Rinda dulu ya.” Perintah Khayla. “Udah dong ngak usah nangis.” Sambungnya.
“gue sakit ngeliat lo berjuang sendirian, berjuang lalu pergi.” Lirih Lista.
Ditinggal sesaat sebelum sempat memiliki itu sakit, kegiatan yaang pernah dilakukan bersama-sama serasa hilang semua, hati yang hampir utuh kini hancur lagi.
Author POV
Acara hari ini telah selesai, sehabis dari kondangan mereka memutuskan untuk nongkrong dulu sebelum pulang ke rumah masing-masing.
“Jangan sedih lagi, katanya kalau datang dinikahannya bakalan tambah kuat.” Khayla menyemangati Rinda.
“Iya ini juga udah senyum.” Ujar Rinda sambil tersenyum.
“I don't know how to celebrate it. By smile or by tears.” Ungkap Khayla.
“Semua yang terjadi biarkanlah, anggap saja ini sebuah pembelajaran dan ambil hikmahnya.” Ujar Lista.
“Tahun lalu niatnya mau jalan-jalan ke rumah, tahun ini malah ngundang kenikahannya. Waktu bisa mengubah segalanya .” Lirih Rinda.
“Ada alasan kenapa Allah mematahkan hatimu. Allah tidak sekedar memberi sakit tapi akan menggantinya dengan hal yang jauh lebih baik.” Nasehat Khayla.
“Lupakan yang melupakan, jangan menyesali semuanya namanya juga proses.” Ujar Lista.
“Kita tau sakit lo gimana, kasus lo tuh ditinggal nikah sebelum kalian saling tahu perasaan masing-masing, belum ada yang ngungkapin, beda dengan orang yang di luar sana ditinggal nikah oleh mantannya.” Lirih Khayla.
Setidaknya Rinda sudah merasa lega, karena cinta yang selama ini dia perjuangkan telah berakhir meskipun pada akhirnya dia yang terluka, bukankah hati harus patah dulu baru bisa dibagi dan pohon biasanya dipangkas dulu agar tumbuh dengan baik.
Selamat atas keberhasilanmu, biarkan kita saling bertegur sapa sambil Aku mundur secara perlahan. Bertahun lamanya ku jalani cinta sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suasana Setelah Kita Pisah (Complete)
RomanceKisah ini menceritakan tentang perasaan yang kian menyiksa, tentang rindu yang mengganggu, segala macam kode yang tak pernah di gubris, kepekaan yang seolah tak ada, serta cinta yang belum sempat terungkap tetapi takdir berpihak lain. Apakah rasa it...