Chapter 18

374 19 0
                                    

Hari yang ditunggu telah tiba, setelah kurang lebih 4 tahun mengenyam pendidikan di kampus akhirnya hari ini adalah hari wisuda mereka.

Mereka sangat berbahagia karena apa yang diinginkan selama ini telah tiba. Euphoria wisudawan-wisudawati sangat meriah ada yang berswafoto, bertukar buket bunga dan lain-lain.

“Selamat guys atas pencapaiannya.” Ucap Khayla.

“ululu, selamat untuk kita semua.” Ucap Lista, kemudian mereka bertiga berpelukan satu dua detik.

“Kalau gitu gue ke papah dan mamah dulu yaa, udah dari tadi nungguin gue.” Pamit Rinda.

“Iya nih gue juga.” Ucap Lista.

“Aku pun.” Susul Khayla.

Mereka bertiga masing-masing menemui orang tuanya

“Pah, Mah.” Sapa Rinda sambil menyalami tangan kedua orang tuanya.

“Selamat Nak, Papah bangga sama kamu, ternyata anak Papah udah gede yaa.” Ujar Papah yang mampu membuat Rinda menyeka air matanya.

“Mamah ngak nyangka kamu bisa sampai di titik ini sayang, Mamah harap kamu tidak cepat puas, perjuangan kamu masih panjang.” Ujar Mamah.

“Mau ke perusahaan atau ke pelaminan?” Tanya Papah.

“Mau kantor atau dapur?”  Tanya Mamah dengan nada menggoda.

“Emang udah boleh?hehehe. Kalau Rinda sih ingin berkarir dulu, tapi rezeki ngak ada yang tau Mah, Pah!” jawab Rinda.

“Udah dewasa anak Papah, kami dukung apapun keputusanmu.” Ucap Papah.

“Udah yuk pulang.”Ajak Mamah.

“Yuk, Rinda udah lapar.” Rinda mengiyakan ajakan Mamahnya.

Selang beberapa hari setelah acara wisuda, Rinda mengundang beberapa teman seperjuangannya makan malam bersama dirumahnya sebagai rasa syukur pencapaiannya selama ini.

“Rin kedepannya lo mau ngapain?” Mulai Khayla.

“Palingan mau cari kerja dulu. Kalau kalian?” Ucap Rinda.

“Sama, kita juga mau cari kerja dulu.” Jawab Lista.

“Gitu dong Sist, move on nya yang full jangan setengah-tengah.” Canda Khayla.

“Betul tuh, mending cari cowok ditempat kerja saja.” Tambah Lista.

“Gimana sih kalian, wong belum dapat tempat kerja malah kasih saran aneh-aneh.” Ucap Rinda.

“Kita tuh maunya yang terbaik, pokok e kita tunggu undangan saja.” Ucap Khayla.

“Iya, panjang perjuangan Rin.” Tambah Lista bergaya ala-ala pejuang.

“Nah gitu dong my strongwoman.” Imbuh Khayla.

***

Satu bulan, dua bulan, tiga bulan tak satu pun perusahaan yang menerima lamaran pekerjaan Rinda. Lamaran kerja sana-sini dia masukkan ke perusahaan tapi respon perusahaan bermacam-macam ada yang ngak digubris, katanya tidak menerima karyawan baru, janji panggil wawancara tapi ngak ada panggilan, intinya keras kehidupan gengs.

“Huft.” Keluh Rinda yang baru saja pulang dan duduk di sofa rumahnya.

“Hasilnya bagaimana Rinda? Udah ada respon belum?” Tanya Mamah.

“Belum ada Mah, ini juga udah usaha tapi mungkin belum waktunya.” Pasrah Rinda.

“Khayla dan Lista apa kabarnya? Lama ngak jalan-jalan ke rumah.” Tanya Mamah.

“Kalau mereka berdua lagi sibuk, Khayla lagi sibuk urus berkas mau lanjut studi lagi sedangkan Lista udah kerja.” Jawab Rinda.

“Alhamdulillah.” Syukur Mamah.

Malam hari, mereka sekeluarga makan malam.

“Rin bagaimana lamaran kerja kamu udah ada respon?” Tanya Papah
.
“Belum Pah, masih nunggu.” Jawab Rinda.

“Papah punya loker, kebetulan teman Papah kerja disana.” Papah menawarkan pekerjaan.

“Ih Pah, kok ngak ngomong dari awal sih, kan Rinda ngak usah bolak-balik kirim CV dan berkas. Papah mah gitu orangnya.” Ujar Rinda.

“Papah mau liat perjuangan kamu Rin, Pengaruh orang dalam dan betul-betul perjuangan dari nol itu berbeda. Papah ngak mau suatu saat kamu jadi korban bullying di kantor. Papah ingin liat kamu diterima di perusahaan karena skill kamu bukan karena adanya orang dalam.” Nasehat Papah.

“Iya Pah makasih udah diingetin, Rinda paham kalau cari tempat kerja itu ngak semudah minta uang jajan.” Ujar Rinda merasa bersalah.

“ Papah juga ingin liat respon kamu kala perusahaan menolak lamaran kerjamu, apakah mau lanjut atau malah menyerah.” Kekeh Papah.

Papah ngak tau aja, Aku pernah ditolak sesaat sebelum memiliki, masa iya cuman segini Rinda bakal menyerah.’ Batin Rinda.
“Siap lanjutkan komandan hehehe.” Balas Rinda. “Loker yang Papah tawarin masih berlaku kan?”Lanjut Rinda.

“Masih dong, portofolionya ada dimeja nanti diambil ya.”

“Terima kasih Papah tersayang.”

Keesokan harinya, Rinda menyiapkan segala berkas yang diperlukan untuk lamarannya kali ini dilengkapi dengan setelan yang rapi khas orang kantoran. Sekali lagi dia mengecek berkasnya sebelum mengantarkannya ke alamat tujuan.

Begitu banyak tahapan seleksi yang dilalui mulai dari seleksi berkas, tes tertulis hingga wawancara. Rinda melewati segala tahap tersebut dan tinggal menunggu hasilnya saja yang akan diumumkan pada hari yang telah ditentukan.

Suasana Setelah Kita Pisah (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang