Suara pantofel baru saja terdengar di lobby perusahaan, sejak beberapa bulan yang lalu Rinda telah bekerja diperusahaan yang direkomendasikan oleh Papahnya.
Butuh waktu untuk Rinda beradaptasi di kantor dan menjalin hubungan pertemanan dengan rekan kerja.
Hari-harinya dipenuhi dengan tugas kantor belum lagi kalau ada deadline. Jam makan siang telah tiba.
“Rin, makan siang bareng yuk!.” Ajak Fathur salah satu rekan kerja Rinda yang disinyalir ada rasa dengan Rinda. Ini bukan kali pertama ajakan seperti itu terjadi tapi sudah berulang kali.
“Boleh Kak.” Rinda mengiyakannya.
“Berdua ngak apa-apakan?” Tanya Fathur lagi.
“Ngak apa-apa kok.” Jawab Rinda, bukannya Rinda tidak tahu maksud dari perhatian Fathur selama ini, tetapi Rinda itu orangnya kalau sudah fokus sama satu objek, objek yang lain udah kabur. Sehingga perhatian dari Fathur pun tak pernah di gubris olehnya.
Makan siang mereka berdua berjalan normal datang-pesan makanan-terus makan. Sehabis itu mereka balik lagi ke kantor dan menunaikan sholat.
“Rin kamu dapat dinas diluar kota, di Bandung jadwalnya minggu depan selama 3 hari.” Ujar Ibu Riana salah satu senior di kantor tersebut.
“Aku sendirian ya kesananya?” Ujar Rinda sambil melihat surat dinas yang berada di kubikel kerjanya.
“Iya kali ini kamu sendiri, tumben amat yah biasanya kan berdua. Ambil aja lagian ini bukan perjalanan dinas kamu yang pertama.” Ucap Ibu Riana.
“Iya deh Rinda sanggupin, demi Bos.” Ucap Rinda.
“Nah gitu dong, ayo ah lanjutin kerjaannya.” Tutup Ibu Riana sambil mengacungkan jempol.
Sore hari para pekerja kantor silih berganti untuk pulang, Rinda berjalan menuju parkiran tetapi langkahnya tertahan dengan kehadiran Fathur.
“Rinda lain kali saya antar-jemput kamu yah, ngak usah bawa kendaraan. Ngak usah capek-capek nyetir sendirian.” Mohon Fathur.
“Terima kasih untuk tawarannya Kak.” Ujar Rinda sambil tersenyum.
“Saya siap jadi sopir gojeknya kamu kok.” Mohon Fathur lagi demi sebuah kata iya dari Rinda.
“Maaf Kak, saya orangnya ngak enakan, dan ngak mau merepotkan orang lain.” Ujar Rinda.” Saya duluan kak.” Sambungnya sambil membuka pintu mobil dan meninggalkan parkiran.
‘Lo harus berusaha ekstra bro.’ Batin Fathur.
***
“Assalamualaikum.” Salam Rinda setibanya di rumah.
“Waalaikumsalam.” Jawab Mamah dari arah dapur.
“Rinda ke kamar dulu Mah mau mandi dulu.” Ujar Rinda sambil berlalu.
“Iya sayang abis magrib kita makan malam.” Peringat Mamah.
Sehabis magrib, mereka berkumpul di meja makan dan menyantap hidangan makan malam.
“Pah, Mah. Rinda lagi ada perjalanan dinas ke Bandung minggu depan selama 3 hari.” Rinda memulai obrolan.
“Wah sekalian dong jengukin nenek kamu disana.” Ujar Papah.
“Iya Pah rencana Rinda juga gitu.” Ujar Rinda.
“Partner perjalanan dinas kamu kali ini siapa?” Tanya Mamah.
“Ngak ada Mah. Kali ini Aku sendirian.” Jawab Rinda.
“Tumben sendirian.” Heran Mamah dan Rinda hanya mengedikkan bahu seolah tidak tahu.
***
Rinda POV
Aku telah sampai di bandara dan sebentar lagi pesawat yang Aku tumpangi akan terbang. Papah dan Mamah mengantarku sampai di bandara.
“Pah, Mah Rinda pamit dulu. Assalamualaikum.”Pamitku sambil mencium tangan kedua orang tuaku.
“Hati-hati disana Nak.” Ujar Papah.
“Jangan lupa jengukin nenek kamu disana, dan ibadahnya di jaga.” Peringat Mamah.
“Iya.” Ujarku sambil mengangguk dan melambaikan tangan tanda perpisahan.
Aku menaiki pesawat dan mencari nomor kursi yang sesuai dengan tiket tak lama Aku pun duduk sambil merapal doa, meskipun sudah berkali-kali naik pesawat rasanya masih seperti pertama kali naik pesawat di tambah lagi kali ini Aku naik pesawat sendirian.
Tak lama kemudian muncul seorang laki-laki bertubuh tinggi dan berkacamata, dan segera mengambil tempat duduk di sampingku, tetapi muka itu cukup familiar di penglihatanku mungkin saja Aku salah orang.
Pesawat sudah bersiap untuk lepas landas, hatiku sudah deg-degan dan gelisah karena aku takut ketinggian. Laki-laki yang di sampingku tadi terus memperhatikan gerak-gerikku dan sesegera mungkin menetralkan ekspresi wajahku agar dia tidak semakin curiga.
“Hi, mau ke Bandung juga?” tanyanya.
“Iya, mau ke Bandung.” Jawabku senetral mungkin.
“Lagi ada kegiatan?atau sekedar liburan?” Tanyanya lagi dan sedikit demi sedikit ketakutanku mulai berkurang.
“Lagi ada perjalanan dinas, Pak ...” jawabku.
“Daffa, nama lengkapnya sih Daffa Anshari. Embel-embelnya terserah mau pake pak, Mas, atau kakak!” Ujarnya dan dia cukup peka dengan ekspresi wajahku.
“Kalau Pak Daffa sendiri mau ke Bandung, ngapain?” tanyaku dan Aku memilih panggilan itu karena usianya terlihat cukup tua dariku.
“Saya mau isi acara kuliah umum di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Nama kamu siapa?” Daffa bertanya lagi.
“Saya Rinda Amalthea.” Jawabku.
“Berarti saya tidak salah orang dong, saya pangling kamu tambah cantik. Ngak ingat saya? Kalau di kampus saya biasanya di panggil Sir Anshar.” Jelasnya.
“Oh God, maaf saya tidak mengenali sir soalnya sekarang penampilannya berubah udah pake kacamata.” Ujarku tidak enak hati karna tidak mengenali duluan dosenku saat itu.
“hahaha ngak apa-apa saya maklumi. Hm.” Ujarnya lagi.
Kami saling mengobrol di atas pesawat dan saling bertukar informasi sampai pada akhirnya saling berpisah untuk melakoni tujuan masing-masing.
Author POV
3 hari telah berlalu Rinda berada di Bandung dan kegiatan dinasnya telah berakhir dan saatnya untuk mengunjungi nenek setelah itu pulang.
Drrttt, drrrttt suara notifikasi ponsel Rinda.
#Daffa Anshari : Hari ini kamu ngapain? Belum ada rencana buat balik kan?
#Rinda Amalthea : Belum Pak, rencana mau jengukin nenek.
#Daffa Anshari : Boleh ngak saya ikut?Udah bosan nih, ngak ada kegiatan lagi.
#Rinda Amalthea : Boleh kok.
Suasana rumah nenek Rinda sangat asri dan sejuk di sekelilingnya terdapat kebun teh, di temani dengan udara dingin Rinda dan Daffa menyusuri jalanan di sekitar kebun tersebut sambil sesekali mereka mengobrol menceritakan berbagai hal.
“Rencananya Kamu kapan pulang?kita barengan saja pulangnya lagian kita masing-masing jalan sendiri.” Daffa menawarkan ke Rinda.
“Rencananya besok Pak, saya setuju saja kalau kita pulang bareng.” Jawab Rinda.
.
Menjelang siang perut mereka sudah minta untuk di isi.
“Pak, yuk pulang saya udah lapar nih. Nenek juga pasti udah masakin makanan.” Ajak Rinda.
“Ya sudah, kita pulang saja.” Daffa mengiyakan.
Mereka jalan kaki pulang karena jarak rumah dan kebun tersebut lumayan dekat.
“Assalamualaikum.” Salam Rinda dan Daffa.
“Waalaikumsalam.” Jawab Nenek dari arah dapur dan menemui keduanya didepan pintu. “Kalian sudah pulang, ayo kita makan! nenek udah masak, mumpung masih panas.”sambungnya.
“Iya nek.” Jawab Rinda dan mereka menuju meja makan. Di meja makan sudah tersedia segala macam menu lauk pauk dan sayur. Mereka pun menyantap menu makan siangnya.
“Rinda umur kamu tahun ini berapa?Nenek udah lupa.” Tanya Nenek.
“Udah 22 tahun Nek, emangnya kenapa?” Jawab Rinda sambil menyuap nasinya.
“Kamu ngak kepikiran buat nikah? Karir kamu sekarang juga udah bagus, lagian kamu juga perempuan tidak baik berlama-lama. Mamah kamu juga dulu nikah muda.” Ujar Nenek yang mampu membuat Rinda berhenti mengunyah dan Daffa hanya menyimak percakapan mereka berdua.
“Apaan sih Nek, lagian calon cucu menantu belum ada, emangnya nenek punya cadangan calon A’a Bandung gitu?” goda Rinda kepada neneknya.
“Rinda belum ketemu yang tepat Nek, bukan begitu Rinda?” Ujar Daffa menengahi perdebatan kecil mereka berdua.
“Nah itu dia Nek.” Cengir Rinda.
“Banyak alasan banget kamu. Nenek tunggu kabar bahagia kamu.” Ujar Nenek mengalah. “Kamu kapan balik ke Makassar?”sambungnya.
“Rencananya besok Nek, barengan sama Pak Daffa.” Jawab Rinda.
“Jaga cucu nenek baik-baik ya Nak Daffa.” Ujar Nenek kepada Daffa seolah menaruh harapan terhadapnya.
Makan siang pun telah selesai Rinda membereskan piring kotor lalu mencucinya.
“Rinda nanti sore aja ya kamu balik ke penginapanmu, Nenek masih kangen, istirahat aja dulu.” Pinta Nenek.
“Oke siap Nek.” Rinda menyanggupi keinginan neneknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suasana Setelah Kita Pisah (Complete)
RomanceKisah ini menceritakan tentang perasaan yang kian menyiksa, tentang rindu yang mengganggu, segala macam kode yang tak pernah di gubris, kepekaan yang seolah tak ada, serta cinta yang belum sempat terungkap tetapi takdir berpihak lain. Apakah rasa it...