Chapter 16

339 14 0
                                    

Rintik hujan membasahi tanah pagi ini, membuat kita enggan untuk beranjak dari tempat tidur.

Hujan di pagi hari hadir untuk mengajarkan arti ikhlas, ketika melepas rintik hujannya kepada tanah, langit ikhlas, karena langit tau ketika bersama tanah rintik hujan akan membawa banyak manfaat.

Ikhlaskan! Percayalah dibalik ikhlasmu itu ada hal baik yang telah menunggu untuk datang.

Ketika langit ikhlas melepas hujan, Allah menggantikan dengan hadirnya pelangi.

Hari itu Rinda bersiap-siap menuju kampus, telah banyak kegiatan yang menanti salah satunya bimbingan dengan dosen pembimbing. Rinda memilah-milah berkas yang akan didiskusikan dengan dosen pembimbingnya.

Mereka bertiga memiliki dosen pembimbing yang berbeda-beda sehingga jadwal mereka tidak sama tergantung dari waktu luang masing-masing dosen.

Sesampainya di kampus tak sengaja Rinda berpapasan dengan Alid, dia sendiri masih aktif menjadi asdos jadi tidak heran kalau masih berkeliaran di kampus.

“Eh Kak, lagi ada jadwal mengajar ya?” Tanya Rinda basa-basi.

“Iya, kamu kok sepagi ini udah ada di kampus?” Alid tanya balik ke Rinda.

“Mau bimbingan kak.” Jawab Rinda dan Alid hanya ber oh-ria. Setelah itu mereka masing-masing pergi dan berlalu.

Rinda telah selesai bimbingan waktunya untuk pulang begitu banyak revisi yang dia dapat berhubung dosen pembimbingnya adalah dosen yang super duper detail. Tapi tak lama kemudian Lista datang.

“Rin, temenin gue bimbingan ke sir Anshar dong.” Ajak Lista.

“Iya udah deh, gue temenin. Terus Sir Anshar dimana?” Rinda mengiyakan ajakan Rinda.

“Tuh masih ngajar diruangan sana.” Ujar Lista sambil menunjuk ruangan tersebut.”duduk aja dulu sambil nunggu dia keluar.” Lanjutnya.

“Ayok.” Ujar Rinda.

Beberapa menit berlalu, dari arah tangga Alid berjalan menuruni tangga.
“Ngapain kok belum pulang?” Alid menghampiri mereka berdua.

“Lagi temenin teman untuk bimbingan kak.” Ujar Rinda, lagi dan lagi hanya dibalas dengan oh-ria sambil meneruskan jalannya.

“Moveon Rin, dia udah beristri.” Sergah Lista.

“Gue cuman jawab pertanyaan dia, ngak baik loh kalau kita diajak bicara terus ngak dijawab.” Ujar Rinda.

“Kirain kamu masih ingat yang lalu.” Ucap Lista.

“Iyasih masih ingat, tapi dikit.” Cengir Rinda.

Intensitas pertemuan Rinda dan Alid dapat menjadi penghambat untuk saling melupakan. Bagi Alid ini adalah hal biasa-biasa saja berpura-pura tidak terjadi apa-apa adalah hal yang mudah baginya, tapi bagi Rinda ini adalah boomerang baginya masih tersisa kepingan-kepingan luka yang belum kering, dia masih sering ingat pertemuan dan hal yang pernah dilakukannya bersama.

***

Tidak mudah bagi Rinda untuk sesegera mungkin melupakan seseorang yang pernah mengisi hari-harinya, butuh waktu untuk pulih.
Jadwal rutin setiap minggu mereka bertiga adalah nongkrong, hanya sebatas menceritakan kegiatan mereka selama seminggu atau sekedar curahan hati.

"Hatiku tidak gampang melupakan sosok pria yang gue cintai selama 3 tahun terakhir hanya dalam hitungan hari." Lirih Rinda, "melupakan kenangan itu tidak segampang membuang sampah pada tempatnya.”

Sejak Rinda merelakan semua itu, hatinya telah bersabar untuk menanti sesuatu yang indah, meskipun hatinya masih nyeri.

"Lo itu udah tegar, udah ikhlas, buktinya lo datang menyaksikan dia di pelaminan." Ujar Khayla.

“Tapi kemarin adalah pengorbananmu yang terakhir dan lo mampu melihatnya bahagia dengan orang lain.” Ucap Lista. “buktinya pas di nikahan dia tuh ngak ada adegan menye-menye lo nangis atau apalah, malahan nafsu makan lo bertambah hampir setiap menu lo embat hahaha.” Sambungnya.

“yeey, gue cuman makan bakso ya.” Ujar Rinda tak mau kalah.

“Lo itu wanita kuat, semoga suatu saat nanti ada laki-laki yang jauh lebih baik dari dia, aamiin.” Ujar Khayla menguatkan.

“Aamiin.” Ucap Lista dan Rinda bersamaan.

Suasana Setelah Kita Pisah (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang