8. Seeking Infos Through An Old Friend

41.6K 7.3K 788
                                    

Happy sunday everyone
Lega banget udah kelar UTS.
Semoga suka dengan cerita Sekar dan Bima.
If u dont mind, boleh vote dan leave comments di chapter ini.

Enjoy
*
*
*

Bima

Secangkir macchiato dan sandwich kupesan sambil menunggu kedatangan seorang narasumber yang kuharap dapat memberikan informasi-informasi akurat.

This is a big step, so I have to make sure that I'm not a third wheel. Anymore.

Apalagi di usiaku yang sekarang ini, rasanya trial and error sudah tidak tepat lagi. Jenis usaha seperti itu harusnya kulakukan sepuluh atau lima belas tahun yang lalu.

"Bim," sapa Kahfi dengan senyum ramah khasnya, senyum yang membuat banyak mahasiswi Indonesia yang kuliah di Birmingham dan tergabung di PPI dulu tergila-gila.

Bukan hanya ramah, dia juga sangat baik pada orang-orang. Kahfi mau membantu mereka yang mengeluh kesulitan belajar. Makanya tidak sedikit yang jadi ge-er.

Dulu aku dan teman-temanku yang lain sering menggoda Kahfi, mengatakannya casanova material. Kahfi cuma menanggapi dengan tawa.

"So, what's up?" tanyanya begitu duduk di hadapanku.

"Lo nggak pesen makan dulu? Atau kopi?" tanyaku balik.

"Ada apa aja? Langsung ke sana?"

"Lo mau apa? My treat. Kan gue yang ngajak," aku bangkit dari kursi.

Kahfi terkekeh. "Sok gentle lo. Tapi boleh deh. Jus jeruk aja deh. Less sugar. Ada, kan?"

"Seriously, Kaf."

"Renata ngelarang gue minum kopi lebih dari segelas sehari. Asal lo tahu, insting dia kuat. Gimana pun gue sembunyiin pasti ketahuan. Plus, dia galak banget, Bim. Dipelototin aja gue udah kicep."

Aku terbahak. Kahfi ikutan terkekeh.

Setelah lima menit, aku kembali dengan lemon tea dingin. "Cuma ada ini sama air mineral. Lainnya kopi sama cokelat."

"Nevermind. Thank you," Kahfi menyereput lemon tea-nya. "So, what brought us here? Lo nggak mungkin ngajak gue ketemuan cuma karena kangen gue, kan?"

"No in a million way. I have questions for you," aku jadi agak nervous.

"Tentang apa?"

Aku belum menjawab.

"Oke. Gue ganti. Tentang siapa?"

Kutarik nafas sejenak, berusaha merilekskan tubuh dan pikiran, lalu mengeluarkannya. "Sekar."

Kahfi tersenyum miring. Kepalanya menggeleng. "So the rumour is true."

"Maksud lo?"

Kahfi mengibaskan tangan. "Nanti aja. Lo mau nanya apa?"

"Ehm...dia single, kan?"

Kahfi mengangguk. "Gue belum pernah lihat dia dianter-jemput cowok ke kampus, sih."

Oke. Berarti temannya yang waktu itu di warung nasi goreng belum melakukan movement yang progresif. Good.

"Gue tertarik sama dia. Kami nggak sengaja ketemu beberapa kali. Terus waktu anak gue sakit, Sekar bantuin. Terus ketemu Nyokap. Surprisingly, Nyokap suka."

A Healing PillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang