23. He Deserves More

40.8K 7.1K 323
                                    

Hola everyobody
How's ur tuesday?
Semoga menyenangkan

Enjoy
*
*
*

Sekar

Air mataku mengalir begitu mendengar para saksi di akad nikah Rio dan Miranda mengeluarkan kata Sah.

Betapa bahagianya mereka sekarang. Aku juga turut senang melihat sahabatku akhirnya berhasil menikah dengan perempuan yang baik seperti Miranda.

Tiba-tiba terlintas satu pertanyaan di kepalaku. Kapan aku bisa seperti mereka?

Tapi kemudian aku menggeleng. No. Jangan rusak momen bahagia ini dengan pikiran aneh-aneh dulu.

Aku bertemu dengan beberapa teman kuliahku yang juga rekan satu kantor Rio. Ada Awang dan Dewi.

"Terharu, Neng?" goda Joshua.

Aku tersenyum. "Emang kamu nggak?"

"Terharu juga sih. Akhirnya si ngenes kawin juga. Si Miranda didandani gitu cakep banget, ya," Joshua melirik Awang. "Jangan senyum-senyum lo. Dia udah jadi istri orang."

"Apaan sih," balas Awang dengan wajah datar.

"Sekar kapan nyusul nih?" goda Dewi sambil menggendong bayinya.

"Didoakan saja ya, Wi," balasku dengan senyum kecil.

"Pasti dong. Aku selalu berdoa yang terbaik buat temen-temen. Nggak nyangka aja gitu satu persatu dari kita mulai settle down. Tahun ini Rio. Tahun depan Joshua."

"Tahun depan kamu nikah, Jo?" tanyaku.

Joshua mengangguk malu. "Iya. Nanti kamu datang ya, Sekar. Di Medan tapi."

"Insha Allah aku datang. Selamat, ya."

"Tinggal Awang nih di kantor yang masih single and available," ledek Dewi.

Awang cuma geleng-geleng.

Joshua menepuk bahu Awang. "Awang memang single, tapi dia unavailable. Kan lagi ribut-ribut manja sama orang PPK proyek FO di Jatinegara."

"Oh. Tau tau. Rio cerita juga. Awang yang kalem jadi emosi loh kalau udah berhadapan sama dia," lanjut Dewi.

Aku memilih mendengarkan cerita mereka. Sepertinya seru.

"Emang anaknya berisik. Bukan berisik sih. Sotoy lebih tepatnya," sambung Awang. "Kayaknya anak kemaren sore deh. Taunya teori doang."

Joshua dan Dewi senyum-senyum.

"Tapi cantik kan, Wang?"

"Cantik tapi berisik sama aja boong."

"Berarti cantik. Gitu aja kok repot," celetuk Dewi lagi. Dewi melirikku. "Dulu kan Awang sukanya sama yang kalem-kalem ya kan, Sekar? Sekarang kena batunya. Dia berhadapan sama cewek petasan banting."

Aku terkekeh geli. "Good luck, Wang."

"Apaan sih. Jangan dengerin mereka, Sekar. Becanda mulu kerjaannya," ucap Awang.

"Kali aja jodoh," aku ikut-ikutan menggoda Awang.

Joshua bertepuk tangan pelan. "Wah. Sekar sekarang berani godain orang loh. Tadi pas lihat kamu rambutnya warna cokelat aja aku udah shocked. Kamu banyak berubah, ya."

"Ini...saran dari Kak Renata."

"What?" Dewi kemudian menutup mulutnya saat beberapa ibu-ibu melirik dia. "Udah akrab banget. Luar biasa."

A Healing PillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang