1. Reflection

119K 8.8K 498
                                    

Ini bukan project baru. Suwer. Ini draft lama yang selama ini takut-takut aku publish hahahaha.

Apakah bakal jadi short story saja? I'm not sure. Apakah bakal jadi cerita seperti Sorry Not Sorry dan Denial? I'm not sure. Apakah bakal diterbitkan seperti Over The Moon dan Progresnya Berapa Persen? Sudah pasti nggak.

Ini cuma selingan sembari outline untuk next project rampung dan bisa dieksekusi 😊

Enjoy
*
*
*

Sekar

Nothing changes much in me since I am coming back to Indonesia. Maksudku, Jakarta tidak banyak berubah. Kampus tempat dulu aku mengambil gelar Sarjana dan sekarang menjadi tempat aku mengajar juga begitu-begitu saja. Ya, sekadar pembaruan fasilitas. Bahkan tidak ada dosen baru kecuali aku.

Sedikit banyak, aku menikmati profesi baru yang juga impianku ini. Menjadi seorang dosen. Menyiapkan presentasi materi kuliah, penelitian, rapat di dekanat, dan menjadi advisor untuk mahasiswa-mahasiswa yang rajin mengikuti kompetisi.

I feel so grateful to be here, pursuing my childhood dream. Segala upaya aku lalukan untuk bisa ada di titik ini.

Kalau boleh jujur, sebenarnya aku merasa canggung kembali ke kampus ini. I had an unpleasant history here. Walaupun aku yakin semua orang sudah lupa, tapi perasaan bersalah itu selalu muncul di dalam dadaku.

Aku selalu berusaha menutupinya dengan tersenyum dan meyakinkan semua orang bahwa aku sudah melupakannya.

I did forget them, but the memory stays forever in my mind.

Stop overthinking, Sekar. You're doing the best you can now.

Buktinya aku bisa melewati semuanya. Sekarang begini lah aku. Seorang dosen. 27 tahun. Single. Dan tidak sedang dekat dengan laki-laki mana pun. Padahal sejujurnya, aku menunggu sekali momen tersebut.

Momen saat seorang pria menerima aku yang cuma gadis kampung dan pernah berbuat salah di masa lalu ini apa adanya.

Ah. Kalau dipikirkan malah menambah beban pikiran. Setidaknya untuk perjalanan Cawang-Depok ini, biarkan kepalaku bebas dari masalah jodoh.

Sekarang aku memang tengah berada di commuter line menuju Depok. Aku mendapat undangan untuk mengikuti diskusi terbuka mengenai ide pemindahan ibu kota dari sudut pandang akademika.

Berhubung konsentrasiku adalah Manajemen Proyek, bego sekali rasanya kalau aku tidak hadir pada diskusi terbuka ini. Apalagi diskusi ini melibatkan bukan hanya orang-orang dengan background engineering sepertiku. Akan ada dosen-dosen ahli dari Hukum, Ekonomi, dan Fisip.

Ponselku bergetar. Grup dosen di kantor. Beberapa dosen telah tiba di lokasi. Aku memasukkan ponsel ke dalam tas begitu mendengar pemberitahuan bahwa kereta akan tiba di stasiun Universitas Indonesia.

Sebuah pesan dari Bu Anita, salah satu dosen senior di kampusku, masuk.

From :Bu Anita
Naik bis kuning aja, Sekar. Tanya sama mahasiswa yang nungguin di halte kalau mau ke Teknik naik bikun yg mana

Kuturuti saran Bu Anita. Hampir sepuluh menit kemudian aku tiba di depan Fakultas Teknik.

Saatnya membagi sedikit ilmu yang kumiliki untuk kepentingan bangsa.

Setidaknya dengan begitu, aku bisa menjadi gadis kampung yang lebih berguna.

***

"Daripada diliatin mulu, mending langsung ajak kenalan," Bu Anita menyenggol bahuku pelan.

A Healing PillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang