Jeng Jeng Jeng!!!
Semoga suka
Enjoy
*
*
*Telinga Bima sakit mendengar teriakan dari Bara, Deryl dan Dimas yang sedang main PS di ruang keluarga. Nggak ada bosan-bosannya main PS. Heran.
Padahal sekarang masih pagi banget. Semenjak tetanggaan, Bara dan Dimas memang sering sekali main ke rumahnya tanpa kenal waktu.
Dia memilih duduk di teras rumah, membaca koran sambil ngopi saja.
Bogor pagi ini diguyur hujan. Tidak terlalu deras, tetapi sepertinya tidak akan reda dalam waktu dekat. Benar-benar momen yang pas untuk menghabiskan waktu di rumah saja.
"Rotinya, Nak," si Mbak muncul sambil membawa dua potong sandwich dan secangkir kopi.
"Makasih, Mbak."
Bima mengambil sepotong, mengunyahnya lalu kembali membaca koran. Bibirnya menyunggingkan senyum saat membaca berita pendidikan.
Seorang mahasiswa asal Indonesia memenangkan kompetisi karya tulis tentang safety plan se-Asia Tenggara. Tetapi bukan nama mahasiswa tersebut yang membuatnya tersenyum, melainkan dosen pembimbingnya.
"Kamu keren," gumam Bima pelan.
Dia kembali membaca koran hingga Deryl muncul di teras lalu menyodorkan ponsel padanya.
"HP Papa bunyi terus."
Deryl lalu kembali masuk ke rumah sambil berlari begitu mendengar Bara berteriak," Yes. Om menang!".
Bima mengedip-ngedipkan matanya saat melihat nama kontak si penelepon. Sepagi ini?
"Halo, kamu beneran OTW ke sini?...Hah? Udah di Citayam?...Astaga. Jangan. Dijemput aja di stasiun. Tunggu di sana. Oke?"
Setelah melipat korannya asal-asalan, Bima masuk ke dalam rumah, mengganti pakaian rumahnya dengan jins dan polo berwarna marun.
"Mau ke mana, Mas? Buru-buru amat," tanya Bara yang mendapat giliran istirahat karena sekarang yang bermain PS adalah Deryl vs Dimas.
"Ke stasiun."
Bara tersenyum jail. Dia sudah tahu siapa gerangan yang akan dijemput oleh kakak sepupunya itu.
Dasar aki-aki. Udah tua masih aja pengin pacaran, ucap Bara dalam hati.
Tanpa memanaskan mobilnya lebih dulu, Bima melaju meninggalkan komplek tempatnya tinggal.
***
"Terima kasih," ucap Sekar pada remaja yang membantunya menurunkan barang dari atas tempat penyimpanan di kereta.
Setelah menempelkan e-money pada gate, dia keluar dari stasiun Bogor. Matanya mencari si penjemput di antara puluhan orang di stasiun.
Bibirnya tak kuasa menahan senyum saat melihat Bima melambaikan tangan padanya dengan tangan kiri memegang payung. Pria itu kini berjalan tergesa ke arahnya.
"Kalau mau ke sini mestinya bilang. Biar Mas jemput ke apartemen," ucapnya begitu mereka berhadapan.
"Langsung diomelin?" Sekar mengerucutkan bibir. "Tebet-Bogor lumayan jauh loh, Mas. Tadi hampir ketiduran di kereta karena masih ngantuk. Itu kereta pertama tau."
"Maaf, Sayang. Abis kamu sok surprise gini," Bima mengusap-usap rambut lurus Sekar yang sudah panjang dan berwarna hitam. "Ayo ke mobil. Eh ini kamu pegangin kunci mobil biar gampang unlock-nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Healing Pill
RomanceThey made mistakes in the past. Sekar membuat hubungan kedua dosennya yang saling mencintai merenggang hingga mereka putus terlebih dahulu sebelum kemudian menjalin hubungan kembali. Rasa bersalah baru hilang dari dadanya setelah mereka mengikat jan...