26. Clean Slate

62.3K 8.1K 443
                                    

Chapter terakhir!!!
Bismillah

Enjoy
*
*
*

Bima

Holycrap! Kenapa Sekar bisa ada di rumahku sekarang? What the hell brought her here?

Kenapa sih dia mesti muncul dengan rok bermotif bunga dan rambutnya kembali hitam? Hal itu bikin kepalaku jadi makin sakit.

Kalau menuruti ego, harusnya kubiarkan saja Sekar menunggu lama di depan. Tetapi aku malah mandi secepat mungkin dan mengganti kemeja dan celana licin ini dengan kaos dan celana kargo.

Dia kurusan. Keliatan dari pipinya yang makin tirus. Tapi kurasa wajahnya lebih segar. Apa Sekar mulai sering memakai make up?

"Udah lama di sini?" Aku membuka percakapan.

Sekar tersentak kaget. Dia menoleh ke arahku.

"Dari abis Ashar," jawabnya.

Aku duduk di sebelah Sekar. Kami terpisah oleh meja kecil.

"Apa kabar, Mas?"

"Baik."

"Alhamdulillah."

"Kamu gimana? Terapi kamu lancar?" tanyaku to the point.

"Alhamdulillah. Mas kenal Bu Marissa, kan? Ibunya Kak Renata."

Aku mengangguk.

"She does help me a lot. Dia kasih banyak masukan untuk aku, Mas. Dia nyuruh aku nulis. Dia juga saranin aku untuk masak. Katanya hal-hal positif kayak gitu bagus untuk mengalihkan aku dari overthinking."

"Good, then."

"Sorry for being a coward. Menghindar, menangis sendirian, meratapi nasib sendirian. Maaf, Mas."

"It's okay."

"Banyak banget yang aku sesali. Tapi penyesalan terbesarku adalah meminta Mas menjauh padahal Mas mau membantuku."

Chill, Bima. Jangan langsung luluh. Biarkan Sekar mengeluarkan semuanya.

"Mas bilang Mas dapat pelajaran dari aku. Aku juga begitu, Mas. Aku belajar bagaimana untuk tetap confident berada di tengah orang-orang yang kuanggap berada di atasku. Itu nggak gampang. Tapi aku tetap salah dengan mengabaikan Mas."

Jangan bilang Sekar masih berpikir—

"Kata-kata sepupu dan tante Mas sangat menyakiti aku. Mereka menganggap aku harus sekaya dan secantik mereka. Mereka pikir aku cuma mau harta kamu. Mereka takut aku nggak sayang sama Deryl. Tapi aku sadar. Mungkin mereka kayak gitu karena mereka takut Mas dikecewakan lagi."

"Akhirnya kamu paham."

"Tapi aku tetap nggak membenarkan treatment mereka ke aku," lanjutku lagi. "Aku mau bilang makasih juga karena Mas mau membela aku di depan keluarga. Kata Ibu, itu juga salah satu bentuk perjuangan. Makasih banget, Mas."

"Sama-sama."

"Selain insecure, aku juga agak kesulitan ngungkapin apa yang ada di kepalaku, Mas. Cuma pada Ibu dan sekarang ditambah Bu Marissa aku bisa seterbuka ini. Kata mereka ini yang menghambat hilangnya insecurity dari dalam diriku. Makanya sekarang aku mau nyampein semuanya ke kamu, Mas."

"Silakan."

"Maaf karena pernah bilang Mas salah satu sumber insecurity-ku. That was rude. Tapi itu bentuk pertahanan diriku. Aku takut kecewa lagi. Mas pasti nggak habis pikir sama isi kepala aku, kan? Tapi ya begini lah aku."

A Healing PillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang