Happy weekend
It seems like Sekar and Bima haven't got that much spotlight from you. But it's okay. I really enjoy writing their story for in my opinion everyone deserves a second chance to have a happy life. Thank you for those who always stay tuned in this work and keep waiting for the update. I really appreciate it. May you love Sekar and Bima as much as I love them.
Enjoy
*
*
*Sekar
Buat apa aku nangis? Toh yang dibilang Pak Bima nggak salah. Mestinya aku bersyukur dengan begitu aku tahu gimana sebenarnya Pak Bima menandangku.
Namun tetap saja rasanya sedih. Buktinya, walaupun sudah sampai apartemen lalu membersihkan diri di kamar mandi dan bergelung di balik selimut untuk tidur pun aku masih menangis.
Saya bisa kasih kamu lebih dari yang Jenaro kasih.
Hatiku nyeri karena kata-kata tersebut berputar terus di kepalaku.
Astaghfirullahaladzim.
Aku mengambil ponsel yang sejak tadi berdering. Nama Pak Bima tertera di sana. Pesan Whatsapp-nya masuk berkali-kali. Kuabaikan.
Semoga Ibu belum tidur.
"Halo, Sayang?"
"Halo, Bu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Ada apa, Sekar? Tadi siang kan kita baru telfonan. Kamu sakit?"
"Nggak. Sekar kangen Ibu sama Bapak. Pengin ketemu."
Aku menggigit bibir menahan tangis.
"Oalah. Ya kalau ada rejeki pulang aja, Nak. Berangkat jumat balik lagi Minggu. Kalau Bapak sama Ibu yang ke sana kan berat di ongkos."
"Pengin ketemunya sekarang."
"Kamu nangis, Sayang? Kamu kenapa, Nak? Ada yang jahatin? Cerita sama Ibu."
Aku malah menangis sesenggukan.
"Astaghfirullah. Kamu bikin Ibu ikutan sedih. Kenapa sih, Nak? Nggak tega Ibu lihat kamu kayak gini."
"Sekar...Sekar kangen Ibu Bapak."
"Iya. Ibu sama Bapak juga kangen banget sama Sekar. Terus Sekar maunya gimana, Nak? Terakhir kamu kayak gini waktu dosen walimu itu nikah. Kamu masih suka sama Pak Kahfi? Nggak boleh ya, Nak. Dia kan sudah berkeluarga."
"Nggak, Bu. Sekar nggak ada rasa lagi kok sama Pak Kahfi."
Memang hanya pada Ibu aku menceritakan semuanya. Kegalauanku saat tahu Pak Kahfi menyukai Kak Renata dulu, berita pernikahan mereka, rasa insecurity-ku, semuanya.
"Alhamdulillah. Ibu yakin kok anak Ibu ini anak baik. Nggak akan mengganggu kebahagiaan orang lain. Jadi Sekar maunya gimana sekarang, Nak? Mau cerita?"
"Nggak mau cerita sekarang. Cuma mau dengar suara Ibu aja."
Kudengar Ibu tertawa di ujung telepon. Hatiku menghangat. "Kamu nyuruh Ibu nyanyi? Wah, yang ada Bapak malah protes."
"Bapak mana, Bu?"
"Udah tidur nih. Mau ngomong sama Bapak emang?"
"Nggak usah deh. Mau ngobrol sama Ibu aja."
"Anakku satu-satunya ini kalau lagi manja bikin ibunya kepikiran, ya. Yaudah sekarang dengerin Ibu cerita, ya. Tadi Bapak kan kedatangan tamu. Terus..."
Aku mendengarkan Ibu bercerita hingga tak kudengar Ibu menguap di telepon. Sepertinya Ibu sudah mengantuk.
"Ngantuk ya, Bu? Yaudah Ibu tidur deh. Sekar udah ngerasa baikan. Makasih banyak, Bu."
![](https://img.wattpad.com/cover/202238941-288-k127293.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Healing Pill
RomanceThey made mistakes in the past. Sekar membuat hubungan kedua dosennya yang saling mencintai merenggang hingga mereka putus terlebih dahulu sebelum kemudian menjalin hubungan kembali. Rasa bersalah baru hilang dari dadanya setelah mereka mengikat jan...