22. The Best For Her

41K 7.8K 854
                                    

So happy karena Indonesia dapat 3 titles di Indonesia Masters 2020. Semoga meningkat di turnamen-turnamen berikutnya 😊

Silakan leave ur votes and comments di chapter yang...hem...sulit diungkapkan ini.

Enjoy
*
*
*

Bima

Tubuhku sudah sedikit lebih fit. Walaupun suara masih bindeng dan kepala masih agak pusing, tapi aku masih sanggup beraktivitas kembali.

Balasan chat dari Sekar kuanggap sebagai hal yang positif. Artinya dia masih peduli padaku. Di pagi hari aku membalas pesannya.

To : Sekar
I'm good.
Kita harus ketemu.

Bodoamat dianggap terlalu ngegas. Tapi aku memang paling tidak suka buang-buang waktu. Aku harus menjelaskan pada Sekar bahwa tidak semua keluargaku membencinya.

From : Sekar
Aku hari ini ngajar sampai sore, Mas.

To : Sekar
It's ok.
Kita bs ketemu malam.
Saya jg baru bs balik dr Depok jam 3 sore.
Saya tunggu di kafe dpn apart km jam 7 malam.
I'll be waiting 4 u.
Jam brp pun.

Mama sibuk menanyakan soal hubunganku dengan Sekar apakah sudah membaik atau belum. Dia bahkan mengatakan mau menjelaskan pada Sekar kalau memang diperlukan.

Ck. Aku jadi serasa ABG saja. Hubungan percintaan seperti ini sampai menggegerkan satu keluarga besar.

Ini karena mulut tante dan beberapa sepupuku yang perlu diajari sopan santun!

Nasi bakarku sudah habis. Berikut air mineralnya. Aku memesan kopi sambil menunggu Sekar yang nggak muncul-muncul padahal sudah jam delapan malam.

Kafenya juga sudah sepi. Apa kafe ini sebentar lagi tutup? Kenapa pengunjungnya sedikit sekali? Kalau begini terus cashflow-nya pasti ngadat.

Astaga. Ngapain aku mikirin cashflow kafe ini. Bukan urusanku. Bangkrut atau tidak yang penting aku ketemu dulu dengan Sekar.

Pintu kafe terbuka. Sekar muncul di sana sambil memeluk laptop.

God. Aku kangen banget sama dia. Kangen melihatnya memakai pakaian bermotif bunga-bunga seperti sekarang. Dress bermotif bunga daisy selutut.

"Malam...Mas Bima," ucapnya gugup lalu duduk di hadapanku.

Rasanya aku ingin memeluknya sekarang.

"Sini," aku menepuk space kosong si sebelahku.

"Ngapain?"

"Sini," aku mengulang.

Sekar duduk di sebelahku. Dia memberi jarak.

Aku menarik pinggangnya mendekat. Wajah Sekar langsung pucat. Aku tidak peduli.

Tubuh kecilnya yang kaku langsung kupeluk. This is where I belong in the first place.

"Mas," ucapnya lirih.

"Don't you miss me, Sekar?"

Sekar tidak menjawab, tapi kudengar dia mulai menangis.

Berapa kali gadis bertubuh kecil ini sudah menangis di pelukanku? Ya Tuhan.

"Kamu sering banget nangis. Nggak capek nangis terus?"

"Maaf, Mas."

"Nggak perlu. Just...don't cry too often."

"Maaf."

A Healing PillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang