Dinda tengah duduk sendirian di kantin. Di hadapannya sudah ada sebuah pop ice. Tangannya menggenggam gelas-nya. Kepalanya menunduk ke bawah.
"Bruk,"
Dinda mendongak, mukanya sangat datar. Dehya, Deli, dan Fara, seperti biasa datang ke bangkunya. Mereka mulai duduk di bangku. Deli duduk di sebelah Dinda. Sementara, Dinda hanya celingukan.
"Beli!" perintah Dehya dengan muka datar. Deli menepuk lengan Dinda dengan keras hingga Dinda merintih.
"Cepat beli!" teriak Deli agak keras. Dinda hendak berdiri, lalu menuju ke kasir. Saat di kasir dia segera memesan pesanannya. Saat makanannya sudah siap, dia merogoh sakunya.
Tidak ada uang di dalam sakunya. Dia merogoh di saku sebelahnya, tidak ada juga. Dia pun segera mengembalikan makanannya. Dan berjalan menuju bangku dengan tangan kosong.
"Buak.." tangan Dehya memukul meja. "Mana makanannya!!" teriak Dehya sambil berdiri. Matanya menyorot kebencian. Mulutnya bergetar karena marah.
"Gue sekarang lagi badmood, dan lo malah buat amarah gue memuncak!," teriak Dehya dengan sangat keras.
"Maaf, aku tadi tidak di kasih uang saku. Jadi, aku tidak bisa membeli makanannya," kata Dinda agak bergetar.
"Lo yang bayar!!" teriak Dehya. Dia mendorong tubuh kurus Dinda hingga terjatuh ke lantai. Dehya mengangkat Dinda dengan mengangkat bajunya.
"Ikut aku," kata Dehya. Dia menarik Dinda hingga keluar kantin. Saat dia menarik Dinda, banyak siswa siswi yang melihatnya. Dan berbisik bisik.
Mereka sampai di sebuah taman. Dehya langsung menjatuhkan Dinda. Hingga Dinda tersungkur di tanah. Dinda menatap Dehya, wajahnya meringis kesakitan. Dehya menatap Dinda tajam. Deli melipat tangannya seperti tidak peduli. Dan Fara hanya menatap datar, tidak cuek dan tidak sedih. Hanya diam yang bisa dilakukannya.
"Gara-gara lo aku ditolak kan?" tanya Dehya sambil berteriak. Dahi Dinda berkerut. Memang, apa masalah dirinya dengan masalah pribadi Dehya.
"Looo," teriak Dehya sambil menunjuk Dinda. Dia menginjak kaki Dinda, hingga Dinda meringis kesakitan.
"Aku tidak tahu masalah pribadimu!! Mengapa kau meluapkannya padaku," teriak Dinda histeris. Dehya masih dengan wajah amarahnya. Deli yang tangannya terlipat maju menyanding Dehya.
"Kau enggak tahu. Apa yang kau lakukan?" kata Deli dengan suara yang agak menyebalkan. Dinda menggelengkan kepalanya. Dia tidak tahu maksud Dehya.
"Kau itu seperti batu yang dilemparkan. Jadi, kau semacam orang yang dapat mengisi keluapan marah orang lain. Kami enggak suka jika Dehya marah marah ke kami. Jadi, ya ke kamu aja," kata Deli dengan suara yang menyebalkan. Mulutnya seperti diubah-ubah, seperti orang yang sok.
"Tapi, dia tidak bisa meluapkannya pada-" perkataan Dinda terpotong saat Dehya menginjak kakinya lagi.
"Bruk.." Dinda pun meringis kesakitan, dia memegangi kakinya yang menjadi sasaran Dehya.
"Lo bisa diem enggak?" tanya Dehya mengancam. Dia menunjuk Dinda, matanya menyorot tajam.
"Hey kalian!!" terdengar teriakan seorang gadis yang melangkah cepat ke arah mereka. Semua memalingkan kepala
"Dehya," kata gadis itu sendu. Dehya menatap gadis itu seperti tidak kenal. Matanya melotot saat mengetahui jika itu adalah Linda, sahabatnya.
"Siapa kau?" tanya Deli dengan suara menyebalkan.
Linda menatap tajam gadis yang baginya sok itu. Mungkin, Dehya berubah karena gadis tersebut. Linda memalingkan kepalanya dan berdecih. Deli yang mendengarnya melotot bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆adis Penyendiri [✓]
Teen Fiction[ Complete ] [] 𝘍𝘳𝘪𝘦𝘯𝘥𝘴𝘩𝘪𝘱 𝘴𝘵𝘰𝘳𝘪𝘦𝘴 [] ✎ Dinda Farihattus Najwa, seorang siswi berumur 13 tahun yang bersekolah di sebuah Mts yang jauh dari rumahnya. Awalnya, saat dia masuk di dalam Mts tersebut semua baik baik saja. Namun, karena...