"Iya, aku yakin," ucap Dinda mantap.
Linda mengangkat tangan dan membentuk jari jempol. "Oke, siap ya Din," ujar Linda sambil tersenyum lebar.
Tiba tiba ada seseorang yang mendekati mereka. Seseorang tersebut adalah Fara. Wajahnya sangat datar tanpa ekspresi sedikitpun. "Din, disuruh ke kelas," ucap Fara datar. Dia menatap Dinda.
"Kenapa?" tanya Dinda bingung. Biasanya kan guru guru tidak mengajar jika hari pertama seperti ini.
"Ada Bu Seri. Mau ngomongin soal MILAD. Jadi, semua disuruh kumpul," jawab Fara.
Dinda hanya ber-oh ria lalu beranjak berdiri. Dia menoleh pada Dinda, "Aku balik ke ke kelas dulu gih," ucap Dinda lalu berjalan bersama Fara keluar dari perpustakaan.
Saat akan kembali ke kelas. Tidak ada yang berbicara sedikit pun. Karena kelas 7C ada di sebelah perpustakaan maka waktunya lebih cepat. Di kelas, sudah ada Bu Seri yang berdiri di depan kelas. Dan para murid yang sudah duduk rapi di bangku mereka masing masing. Semua mata tertuju pada Fara dan Dinda yang akan masuk. Fara langsung masuk tanpa sekata apapun. Dinda pun langsung berjalan mengkori Fara. Lalu, duduk ke tempat duduknya.
"Baiklah, apa sudah berkumpul semua?" tanya Bu Seri lalu memindai semua muridnya. "Baiklah, kalau sudah selesai ibu akan mulai ya. Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh."
Dengan serempak semua murid pun segera menjawab salam tersebut.
"Baik. Ibu mulai. Disini kita akan membicarakan tentang MILAD. Di MILAD sekolah kita pasti ada macam lomba lomba antar kelas. Mulai dari bidang olahraga dan kesenian," ucap Bu Seri. Lalu, dia menulis sesuatu di papan tulis. Seperti lomba lomba yang akan diadakan. Setelah dirasa selesai dia kembali menghadap murid murid.
"Jadi, siapa yang akan mewakili dalam lomba voli?" tanya Bu Seri. Semua diam. Tidak ada yang angkat tangan.
Hingga Retno mengangkat tangannya. "Saya bu," ucapnya mantap.
Bu Seri menyunggingkan senyum ramahnya. Lalu, menulis di sebelah tulisan voli dengan nama Retno. Setelah itu, Bu Seri menanyakan semua lomba. Dan banyak juga yang angkat tangan untuk mewakili.
Dinda menundukkan kepalanya. Apakah dia yakin akan ikut. Seketika dia jadi teringat pada kata kata Linda tadi. "Aku tahu, kamu semester kemarin kamu juara 2. Dan itu pasti sangat membanggakan orang tuamu. Coba kalau kamu ikut terus menang. Gimana orang tuamu? Pasti bangga kan?" ujar Linda panjang lebar. Seketika Dinda yakin. Dia yakin pasti bisa membanggakan ayahnya dan ibunya yang sudah berada di surga dengan kemampuannya.
"Lalu, untuk lomba menulis?" tanya Bu Seri pada anak anak.
"Saya bu," ucap Dinda sambil mengangkat tangannya. Wajahnya terlihat biasa.
Spontan semua di kelas langsung menoleh. Hening. Setelah itu, anak di kelas berbisik bisik.
"Memangnya itu bisa?"
"Gak tahu tuh, kayaknya gak yakin."
"Bisa bisa dia enggak bertanggung jawab lagi."
"Kok kayaknya enggak dipercaya gitu ya?"
Dinda menurunkan tangannya perlahan lahan. Lalu, menundukkan kepalanya. Seperti itukah teman temannya tidak mempercayainya?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆adis Penyendiri [✓]
Teen Fiction[ Complete ] [] 𝘍𝘳𝘪𝘦𝘯𝘥𝘴𝘩𝘪𝘱 𝘴𝘵𝘰𝘳𝘪𝘦𝘴 [] ✎ Dinda Farihattus Najwa, seorang siswi berumur 13 tahun yang bersekolah di sebuah Mts yang jauh dari rumahnya. Awalnya, saat dia masuk di dalam Mts tersebut semua baik baik saja. Namun, karena...