Chap - 21 - Kecelakaan

82 8 7
                                    

Hari ini adalah hari keempat ujian Semester 1. Gosip gosip tentang kelas 7C karena 2 kasus pertengkaran mulai reda. Skors Dehya juga sudah berakhir 4 hari lalu. Sekarang, yang dipentingkan hanyalah ujian ujian saja. Tidak perlu memikirkan hal lain.

Setelah Dehya diskors, gadis tersebut mulai pendiam. Membuat hidup Dinda sekarang tenang. Walaupun banyak yang tidak menyukainya, seandainya dia bisa hidup dengan tenang tanpa masalah pun.

Dia bisa konsentrasi pada belajarnya. Hari ini ujiannya adalah Bahasa Jawa dan SKI. Bahasa Jawa. Pelajaran yang paling tidak akan bisa dipahami olehnya yang ketiga setelah IPA, dan matematika. Mungkin dia hanya hafal hanacaraka, yang sudah dia hafalkan kemarin malam.

Namun, pelajaran tersebut sudah berlalu karena jam pelajaran pertama. Sekarang tinggal SKI. Dinda sedang membaca buku SKI. Menghafalkan tentang masa Nabi Muhammad yang berhijrah ke Habsyah, Taif, dan Madinah, dan tentang perang perang pada masa Islam.

Sekarang, Dinda tengah di perpustakaan. Wajahnya sangat serius saat membaca buku SKI. Tiba tiba seorang gadis menarik kursi lalu duduk. Dia melihat raut wajah serius dari Dinda, lalu menyikutnya.

"Aw," ujar Dinda sambil memegang lengannya lalu menoleh untuk melihat pelakunya. "Eh, Linda," sapa Dinda senang.

Linda hanya cengengesan hingga matanya benar benar menyipit. Lalu, melirik kearah buku yang dibaca Dinda. "Kau paham dengan cerita panjang lebar ini?" tanya Linda.

Dinda tersenyum lebar lalu mengangguk. "Kan bisa diringkas," ujarnya.

Linda menggeleng gelengkan kepalanya seraya mengibas ngibaskan tangannya. "Kalau aku tuh, enggak bisa ngeringkas," ujarnya sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Lah, terus. Gimana kalau kau mengerjakannya?" tanya Dinda.

"Yaa, ceritakan dari awal sampai akhir," jawab Linda.

"Memangnya kau hafal?" tanya Dinda dengan nada meledek.

"Hafal lah," ujar Linda percaya diri.

"Beneran. Jujur?" kata Dinda sambil meledek.

"Eum, itu," kata Linda tergagap

"Haa," ujar Dinda tersenyum lebar sambil menunjuk Linda.

"Apaan sih?" tanya Linda sebal.

"Ciee, marah," kata Dinda meledek Linda.

"Marah kok cie," ujar Linda mencibir. Lalu, memutar bolanya malas, "Kau kesambet apa bisa kayak gitu?"

"Aku?" ujar Dinda menunjuk dirinya sendiri. Lalu, tersenyum lebar, "Aku hidup."

Linda mengangkat tangannya seperti hendak memukul. Lalu, beranjak dari kursi. Dinda menatap punggung Linda yang menjauh dengan senyum lebar. "Lin! Jangan marah dong! Aku kan bercanda!" teriak Dinda.

Linda mempercepat langkahnya. Dia menggeleng gelengkan sambil berbicara pada pikirannya, 'bukan temanku bukan temanku'. Tiba tiba saat akan berbelok dia tertabrak seseorang, "Eh, maaf aku enggak sengaja." Linda mendongak. Matanya membelalak saat tahu itu Yusuf.

Yusuf menyunggingkan senyum tipisnya, "Enggak apa apa kok." Setelah itu, dia berjalan melewati Linda dan masuk ke perpustakaan.

Linda menepuk nepuk dahinya berusaha sadar, "Sadar Lin. Sadar. Cuma ketabrak aja kayak gitu." Setelah meyakinkan dirinya sendiri dia kembali berjalan lalu berbelok kearah taman.

Taman taman sekolahnya tampak sangat asri. Ada beberapa jenis pohon, salah satunya pohon cemara yang ada di pinggir. Ada juga beberapa bunga, salah satu bunga kesukaannya adalah bunga lili putih yang menggerumbul. Tanah tanah yang diisi oleh rerumputan tampak basah. Bahkan, tanah yang tidak ada rerumputannya tergenang oleh air. Artinya kemarin baru saja hujan deras.

𝐆adis Penyendiri [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang