Chap - 27 - Novel

83 7 0
                                    

Sudah 2 hari sejak juara Dinda. Memang, ada yang memujinya karena kemenangannya. Ayahnya dan Kak Salwa yang juga ikut senang akan juara Dinda. Lalu, Linda yang memujinya terus terussan dan selalu mengejeknya penulis penulis. Walaupun begitu, ia pasti sangat senang. Namun, tidak bagi teman kelasnya. Tidak ada yang memujinya sama sekali. Justru mereka malah tetap mengucilkan Dinda. Membuat Dinda murung dengan duduk di bangku sendirian.

Saat ini, dia sedang sendirian di perpustakaan sembari menulis sesuatu di buku diary-nya. Tugas saat jam kosongnya sudah ia kerjakan tadi. Sekarang, dia malah sibuk mengarang cerita di dalam buku bersampul pink-nya.

"Selamat," ucap seseorang.

Dinda mendongak. Dahinya langsung bertautan saat tahu itu adalah Yusuf.

"Makasih," ucap Dinda tergagap. Yusuf mengangguk. Lalu, dia berjalan pergi menuju rak rak buku. Dinda tetap melihat gerak gerik Yusuf. Lalu, dia menepuk kepalanya untuk sadar. Setelah itu, dia melanjutkan menulis lagi.

"Waktunya jam ketujuh," seru guru dari meja piket.

Dinda mendongak. Lalu, menatap jendela. Setelah ini, masih jam-nya Pak Fauzal guru PPKN yang katanya tidak masuk. Dia langsung menunduk lagi. Baginya di perpustakaan lebih menyenangkan daripada di kelas.

"Nulis apa Nak?" tanya seorang wanita paruh baya.

Dinda mendongak kaget. Dia tersenyum kaget sambil menatap guru itu. "I-itu," ucap Dinda tergagap. Lalu, dia menatap name tag guru itu yang ternyata Bu Helza, petugas perpustakaan sambil membawa sebuah dokumen.

"Boleh Ibu lihat?" tanya Bu Helza sambil tersenyum ramah.

"Bo-boleh bu," ucap Dinda tergagap lalu dia menyerahkan buku diary-nya.

Bu Helza pun duduk di sebelah Dinda. Lalu, dia membaca tulisan demi tulisan. Dinda menggigit bibirnya. Ini pertama kalinya ada seseorang yang membaca karangannya selain Linda.

"Kamu yang juara 2 kemarin?" tanya Bu Helza setelah membaca karangan Dinda.

"Iya bu," jawab Dinda sambil menyunggingkan senyum ramah.

Bu Helza pun menatap buku diary Dinda lagi. "Kamu yang kemarin pernah di buli itu? Yang pernah masuk BK 2 kali?" tanya Bu Helza tanpa memalingkan kepalanya.

Dinda menggigit bibir bawahnya takut. "Iya bu. Saya korban bulli itu," jawab Dinda sesopan mungkin.

"Bagus lho Nak," ucap Bu Helza sambil menoleh. Lalu, menatap buku bersampul pink itu lagi. "Kisahmu itu jika di jadikan tulisan kayak gini bagus lho," puji Bu Helza.

Sontak Dinda tersenyum sangat lebar. "Terima kasih bu," ucap Dinda senang. Namun, dia masih berusaha sesopan mungkin menjaga perilaku di depan Bu Helza.

"Seumpama kamu saya tawarkan buat novel gimana Nak?" tanya Bu Helza sambil menoleh kearah Dinda.

Mulut Dinda menganga. Lalu, dia menutup mulutnya untuk sadar. "I-i-itu," ucap Dinda tergagap. Dia menggigit bibir bawahnya, "Em-itu," katanya tergagap lagi.

Tiba tiba Bu Helza memegang pundak Dinda sambil tersenyum. "Kamu bisa pikirin dulu Nak. Lagipula kamu juga baru memiliki pengalaman buruk yaitu dibuli kan," ucap Bu Helza.

"Saya akan coba pikirkan bu," ucap Dinda mantap.

• • •

Suasana kantin saat istirahat sangat ramai. 5 stan yang menyajikan berbagai makanan sangat ramai dipadati oleh para siswa dan siswi. Banyak siswi yang berjejer rapi untuk antri di salah satu stan. Tidak seperti para siswa laki laki yang cenderung ruwet dan dengan bergerumbul membuat pedagang di stan tersebut kewalahan.

𝐆adis Penyendiri [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang