Chap - 5 - Istirahat

138 13 0
                                    

Mentari menyinarkan cahayanya. Sangat silau, hingga jika berada di bawahnya akan memanas. Langit yang begitu sangat cerah, tanpa awan awan yang menutupi ataupun menghiasinya. Angin sepoi sepoi bergerak pelan. Membuat sebuah daun pohon yang kering putus. Melayang mengikuti gerakan angin. Dan jatuh di rerumputan.

Tak jauh dari tempat daun itu berada. Terdapat sebuah lorong lorong kelas yang nampak sepi. Hanya mungkin anak anak yang izin ke toilet ataupun membolos yang berada di sana.

Sebuah pemberitahuan akan istirahat. Semua murid bersorak keriangan. Para guru pun segera menghentikan aktivitas mereka. Lalu salam dan melangkah keluar kelas. Seluruh murid pun segera berhamburan keluar kelas. Dengan perasaan riang mereka menuju ke kantin.

Di kelas 7C, ada seorang gadis yang tengah duduk sendirian. Raut wajah gadis itu terlihat serius, dan tangannya tampak menulis. Setelah tugasnya selesai, dia menghela nafasnya. Dia segera menutup buku IPS lalu memasukkannya kedalam tas.

Dia menghela nafasnya. Setelah pelajaran kadang kepala selalu terasa pening. Dia hendak beranjak dari bangkunya. Lalu mulai melangkah keluar kelas. Di luar kelas nampak ramai. Maklum, saat istirahat banyak siswa siswi.

Ada segerombolan siswi yang lewat dengan senda gurau. Ada segerombol siswi yang tengah duduk di kursi berkeramik yang terletak di depan kelas sembari memperhatikan taman yang ada di tengah sekolahan.

Dinda menghembus nafasnya pelan. Kadang, dia iri pada segerombolan siswa dan siswi tersebut, yang berteman dengan sukaria. Sementara, dirinya yang selalu sendirian. Tangannya mengepal, mengapa hal ini terjadi padanya? Mengapa semua teman-temannya membencinya?

Menggosipkan segala fitnah tentang dirinya. Menyebarkan fitnah pada anak kelas lain sehingga dia dibenci oleh semua siswa dan siswi. Dia kesal, sangat. Memang hidup ini tidak seperti yang dia inginkan. Dia merasa terbebani oleh segala gosip yang menyebar tentang dia. Apakah teman temannya tidak mempunyai perasaan? Apakah di seper itukan itu tidak menyakitkan.

Tiba tiba ada sebuah tepukan di pundaknya hingga lamunannya buyar.

"Hoi,"

Dinda melihat ke belakang, nampak seorang gadis yang tengah tersenyum ramah sampai matanya menyipit. Di belakangnya terdapat 2 siswi yang nampak kebingungan.

"Alone?," tanya Linda sambil mengangkat angkat dagunya. Dinda yang bodoh dalam bahasa Inggris lantas menggeleng gelengkan kepalanya.

"Sendiri?," tanya Linda akhirnya, tangannya menyentuh pundak Dinda. Dengan sedikit ragu, Dinda menganggukkan kepalanya dengan senyum suram. Dia melirik pada kedua siswi yang berada di belakangnya.

"Mereka temanmu?" tanya Dinda sambil menunjuk Syarna dan Hefra. Linda menoleh pada kedua temannya yang berada dibelakangnya seraya mengangguk singkat.

"Iya, mereka temanku? Mau kenalan?" tanya Linda sambil tersenyum ramah. Dinda hanya tersenyum suram, dia sendiri mungkin lupa caranya berteman.

"Nama aku!! Jahliya Syarna!! Bisa dipanggil Syarna," teriak Syarna dengan keras, hingga menjadikan mereka sebagai pusat perhatian. Hefra menyikut pundak Syarna, hingga Syarna meringis kesakitan.

"Sakit fra," kata Syarna lirih dia masih memegangi pundaknya. Linda yang melihat kelakuan mereka berdua lantas menoleh pada Dinda.

"Kau mau berteman dengan anak yang jelas jelas sudah berada di tingkat kewarasannya?" tanya Linda dengan raut wajah datar seraya menunjuk kedua temannya yang tengah bertengkar di belakangnya.

Dinda sedikit tersenyum atas pengakuan Linda, dia melirik kebelakang. Memang, kedua teman Linda sedang bertengkar. Ia iri akan pertengkaran itu. Pasti menyenangkan jika bercanda dengan pertengkaran kecil seperti itu. Linda menepuk pundak Dinda hingga lamunannya pun buyar.

𝐆adis Penyendiri [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang