Dinda menolehkan kepalanya, dia hafal betul pada gadis yang selalu menyapanya dan mengajaknya mengobrol saat dia sendirian seperti ini. Lantas, dia menyunggingkan senyum ramah padanya. Linda yang tengah membawa buku paket prakarya, buru buru duduk di sebelah Dinda. Menatap taman taman yang berjejer rapi.
"Lama lama aku makin kenal kamu," kekeh Dinda pelan, senyumnya terkembang. Linda menoleh, lantas tersenyum ramah sampai matanya menyipit.
"Hahahaha kan kita jadi sering ketemu," kekeh Linda sampai matanya menyipit.
"Iya ya, bahkan aku malah sudah sempet curhat," Dinda meletakkan telunjuknya di pipi sembari mengingat curhatan sampai dia menangis.
"Enggak apa apa. Kamu pasti butuh teman curhat," kata Linda sambil memiringkan kepalanya, senyumnya masih terukir di bibirnya. Wajah Dinda yang semula ceria, berubah menjadi kusut. Dia sama sekali tidak mempunyai teman satu pun, atau pun teman curhat.
"Udahlah enggak apa apa. Ini aku kasih nomorku. Bentar aku tulis dulu," Linda membuka buku paket prakarya nya, meletakkannya di samping. Lalu, mengambil buku tulisnya, dan membuka halaman paling belakang. Dia menyobek kertas kecil, lalu menuliskan nomor nomor disana.
"Ini," Linda memberi secarik kertas pada Dinda. Disana, tertulis nomor nomor yang ada 12 digit.
"Jangan lupa chat ya nanti. Nanti aku save back," kata Linda mengingatkan. Dinda mengangguk antusias, dia benar benar menyukai jika dikasih nomor telepon seperti ini.
"Makasih," kata Dinda lirih dengan senyum tipisnya. Linda menepuk pundak Dinda seraya tertawa.
"Biasa aja kali," kata Dinda sambil memiringkan kepalanya senyumnya masih tercetak. Tiba-tiba seorang pemuda keluar dari kelas Dinda. Tangannya ditaruh di saku, dan kepalanya menghadap ke depan. Linda tersenyum cerah lalu melambaikan tangannya.
"Hei Yusuf!" panggil Dinda. Yusuf menoleh ke belakang, tatapannya sangat datar.
"Kau siapa?" tanya Yusuf dengan dahi mengkerut. Sontak senyum yang terukir Linda dan tangannya pun surut. Dan berganti tatapan kesal.
"Dasar, teman MI aja dilupain!" teriak Linda kesal bibirnya memoncong ke depan, dan dahinya mengkerut.
"Oh maaf tapi beneran deh, aku lupa sama kamu? Kamu siapa ya?" tanya Yusuf dengan senyum yang terkembang hingga matanya menyipit.
"Thalita Sahwara Linda, kelas 6B, dan bernomor absen 29!!" teriak Linda keras tangannya mengepal menahan kesal. Yusuf tersenyum lebar sampai matanya menyipit, dia benar benar lupa pada Linda.
"Oh, Linda toh, pacarnya Ilham," kata Yusuf sambil mengangkat telunjuknya. Linda bangun dari kursi keramik, dia hendak memukul Yusuf, tetapi Yusuf sudah berlari sekencang mungkin.
"Ish, dasar anak aneh," kata Linda kesal. Dia berbalik, lalu duduk di kursi keramik yang bersebelahan dengan Dinda.
"Satu sekolahan dulu sama Yusuf?" tanya Dinda sambil tersenyum, terkekeh akan kelakuan Linda dan Yusuf tadi, macam anak anak saja.
Biasanya, Yusuf jarang tersenyum. Dia hanya bisa bermuka datar menanggapi kata kata teman temannya yang bercanda. Namun tadi saat bercanda dengan Linda, senyumnya terukir beserta matanya yang sipit makin menyipit hingga terlihat unyu unyu dilihat. Membuktikan bahwa dahulu mereka berteman akrab.
"Iya, aku dulu satu sekolahan sama dia. Bahkan, dulu aku juga dekat sama dia. Wuh, dia dulu itu ya udah nakal, rame an, sukanya ngomong kotor gitu, dan agak mesum gitu juga," kata Linda yang bersemangat menceritakan tentang Yusuf. Seolah, Yusuf seperti sahabatnya sendiri.
Mereka saling bercakap cakap dengan antusias. Tapi, yang pasti Linda lah yang bercerita saat ini. Dan Dinda mungkin hanya menanggapinya dengan gumaman dan senyum tipis. Tanpa mereka ketahui, jika banyak siswi perempuan yang menggosipkan tentang Dinda. Mereka menggosipkan tentang Dinda yang mulai mencari perhatian dengan mengajak salah seorang siswi dari kelas sebelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆adis Penyendiri [✓]
Roman pour Adolescents[ Complete ] [] 𝘍𝘳𝘪𝘦𝘯𝘥𝘴𝘩𝘪𝘱 𝘴𝘵𝘰𝘳𝘪𝘦𝘴 [] ✎ Dinda Farihattus Najwa, seorang siswi berumur 13 tahun yang bersekolah di sebuah Mts yang jauh dari rumahnya. Awalnya, saat dia masuk di dalam Mts tersebut semua baik baik saja. Namun, karena...