Kantin seperti biasa ramai dikunjungi oleh banyak murid. 5 stan kantin yang ada disana, ramai oleh antrian panjang. Tempat duduk pun banyak dipadati oleh siswa siswi yang bercanda ataupun bercerita sembari memakan makanan mereka.
Dinda memegang erat buku yang ia pegang. Ia menoleh ke segala arah. Mencari tempat duduk Lia yang katanya bersama Salfa, Sasa dan Sifa. Dia menoleh ke kanan maupun kiri hingga pundaknya tertabrak oleh sesorang.
"Aduh," kata Dinda sakit.
"Oh, maaf," ujar orang yang menabraknya melainkan Yusuf. Wajah Yusuf yang bisa dibilang agak sedikit tampan. Membuat Dinda tidak agak tidak menoleh. Yusuf memalingkan wajahnya lagi kearah depan.
"Yusuf," kata kata itu entah keluar dari mulut Dinda.
"Kenapa?" tanya Yusuf menoleh lagi. Ia menaik naikkan dagunya.
"Hahaha enggak apa apa," kata Dinda malu lalu melangkah cepat meninggalkan Yusuf. "Ya Alloh lupakan lupakan dosa. Zina mata," kata Dinda pada dirinya sendiri seraya menggeleng gelengkan kepalanya, sangat malu. Dia pun mencari cari lagi ke segala arah. Dan akhirnya, ia menemukan bangku mereka. Dinda berhenti sebentar, ia menarik nafas lalu mulai melangkah lagi.
"Eum Lia," ujar Linda saat berada di depan bangku mereka. Lia, Sasa, dan Sifa yang tengah bercanda langsung terhenti karena Dinda. Ia menatap Dinda dengan raut wajah kebingungan.
"Aku hanya mau ngembalikan ini," ujar Dinda tersenyum seraya mengangkat tangannya yang memegang buku Lia. Lia memelotot pada Dinda. Dan Dinda hanya tersenyum suram.
"Jadi kau yang mengambilnya?!!!" teriak Lia sangat keras sambil berdiri. Semua anak yang ada di kantin melihatnya. Bahkan, ada yang bisik bisik juga.
"Puas lo ngambil buku gue!!" teriak Lia lagi. Dia menendang kaki Dinda dengan keras sampai dia mengaduh kesakitan.
"Maaf," kata Dinda tercekat. Lia tadi benar benar marah karena kehilangan bukunya. Dia sangat sensitif jika ada seseorang mengambilnya. Dan sekarang orang yang ia benci adalah orang yang mengambilnya. Rasanya ia sangat marah.
"Arghh," ujar Dinda kesakitan saat Lia menjambak kerudungnya. Semua anak yang disana berusaha menahan tawa karena penampilan Dinda yang amburadul.
"Awas aja ya Lo!!" teriak Lia keras lalu menjambak dengan sekuat tenaganya.
Syarna, Hefra, dan Linda baru saja masuk ke kantin. Ia melihat banyak kerumunan siswa maupun siswi. Mereka bingung lalu melangkah menuju kerumunan itu. Linda dan teman temannya berusaha melihat apa yang terjadi dengan melewati beberapa siswa maupun siswi. Mata Linda membelalak saat tahu jika yang dibuli disana adalah Dinda.
"Lin, itu Dinda kan?" tanya Hefra sambil menunjuk Dinda yang tengah dijambak kerudungnya oleh Lia.
Linda tidak mampu berkata kata. Matanya tetap lurus ke depan. Tangannya menyentuh tangan Hefra yang ada disebelahnya. "Laporin. Ayo laporin ke BK," kata Linda takut lalu segera menarik tangan Hefra dan Syarna. Setelah itu, mereka keluar dari kerumunan dan menuju ke ruang BK.
Dehya, Deli, dan Fara sedang melihat kejadian tersebut. Deli seperti biasa melipat tangannya seraya tersenyum penuh kemenangan. Dehya yang tersenyum lebar melihat kejadian tersebut. Dan seperti biasa, Fara hanya bisa melihat kejadian itu tanpa ekspresi, datar. Dehya menoleh, dia melihat ke segala arah. Seketika, pandangannya tertuju pada Linda yang menatap kejadian tersebut dengan mata memelotot. Setelah itu, berlalu pergi bersama teman temannya. Mungkin dia khawatir pada temannya itu, batin Dehya.
Tiba tiba ada seseorang kakak kelas 8 yang tiba tiba maju dan langsung menampar Lia. Lia sontak menoleh pada kakak kelas tersebut dengan raut wajah marah. Kakak kelas tersebut menatap tajam kearah Lia. Dia melirik sekilas kearah Dinda lalu menatap tajam Lia lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆adis Penyendiri [✓]
Подростковая литература[ Complete ] [] 𝘍𝘳𝘪𝘦𝘯𝘥𝘴𝘩𝘪𝘱 𝘴𝘵𝘰𝘳𝘪𝘦𝘴 [] ✎ Dinda Farihattus Najwa, seorang siswi berumur 13 tahun yang bersekolah di sebuah Mts yang jauh dari rumahnya. Awalnya, saat dia masuk di dalam Mts tersebut semua baik baik saja. Namun, karena...