Baru sempat update karena beberapa kesibukan pekerjaan.
Afwan yaa 🤗.
Semoga masih setia menunggu.-----------------------------------------------------------------
Akhirnya sore itu, Rumaisha pulang ke rumah ibunya. Membawa sebongkah kerinduan di dalam hatinya. Ternyata ibunya sudah menunggunya di teras rumah. Ia memang memberitahukan kepada ibunya bahwa ia akan pulang ke rumah. Ibunya memeluknya seraya tak kuasa menahan isak tangisnya. Ibunya tampak sehat. Terlihat gembira melihat kedatangannya kali ini.Araafi mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan mertuanya itu. Bu Dewi menyambutnya seraya mengelus puncak kepala Araafi dengan lembut. Bu Dewi sangat prihatin terhadap Araafi semenjak kehilangan sosok ibunya.
Setelah mengantar Rumaisha, Araafi ingin berpamitan pulang."Kalau gitu saya pamit dulu ya, Ummi."
"Loh, jadi Nak Rafi nggak menginap disini?"
"Mungkin lain kali aja, ummi. Karena masih ada beberapa urusan di Restoran yang harus dikerjakan."
Araafi terpaksa membohongi mertuanya. Karena ia tidak ingin membuat mertuanya khawatir dengan masalah keluarganya.
"Hmm. Yaudah Nak. Tapi kalau urusan Nak Rafi sudah selesai jangan lupa ke rumah ummi ya."
Araafi mengangguk sambil tersenyum. "Insyaa Allah, Ummi."
Araafi dan Rumaisha saling menatap beberapa detik. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Kalau gitu, saya pamit dulu. Kalau ada apa-apa hubungi saya ya." ujar Araafi pada Rumaisha.
Rumaisha mengangguk tanpa berkata apa-apa. Setelah Araafi berpamitan kepadanya dan ibunya, Rumaisha terus menatap punggung Araafi yang perlahan hilang di dalam mobil. Tiba-tiba saja airmata sudah berkumpul dikelopak matanya. Ia segera menghapusnya sebelum ibunya sempat melihatnya. Tapi ternyata ibunya sudah melihatnya lebih dulu.
Rumaisha menggamit tangan ibunya. "Ayo masuk, ummi. Aisha udah lapar nih. Rindu sama masakan ummi." serunya sambil tersenyum lalu menoleh kebelakang.
Maafkan Aisha, Mas. Kita memang membutuhkan waktu untuk tahu apa yang sebenarnya kita inginkan. Ini hanya untuk sementara. Batinnya
®®®®®®®®®®
"Kenapa pagi-pagi sekali kamu ke sini?" Tanya Araafi pada Andrew saat mereka sedang berjalan di halaman restorannya.
Mereka berjalan santai sambil menikmati udara pagi yang cerah dengan sinar matahari yang masih mengintip.
"Aku cuma ingin memastikan kalau temanku ini baik-baik aja setelah ditinggalkan oleh istrinya." goda Andrew yang berjalan disamping Araafi. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celana.
"Kalau kamu kesini cuma untuk mengganggu saya. Sebaiknya kamu pulang aja." gerutu Araafi.
Araafi berhenti dan duduk disalah satu kursi dekat halaman restorannya. Kemudian Andrew mengikutinya dan duduk di kursi depan Araafi.
Andrew membuat suasana hatinya buruk lagi. Araafi sudah merasa tidak bersemangat. Tidak melihat Rumaisha sehari saja sudah cukup membuatnya uring-uringan. Dan dua hari ini benar-benar menguji kesabarannya. Penyebabnya karena Rumaisha tidak bisa dihubungi. Beberapa kali Araafi mencoba menelponnya tapi nomor Rumaisha tidak aktif. Belum lagi ia sudah mencari keberadaan Monica tapi ia tidak tahu dimana wanita itu. Wanita itu harus bertanggungjawab atas masalah yang ia buat. Tapi bak hilang ditelan bumi, Monica tidak ditemukan dimana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Yang Hilang (Completed)
General FictionRumaisha Mahira, atau Aisha, harus mengubur impiannya untuk menikah dengan sosok yang sudah sejak lama ia kagumi, Ibnu Abbas, senior di kampusnya. Demi menikah dengan lelaki yang ia ketahui 'berandalan' semasa SMA, Muhammad Araafi Kurniawan Souhail...