"Aisha, kenapa kamu datang ke rumah sakit? Kamu bisa menyuruhku datang ke rumah atau dimana kamu bisa." ujar Ibnu dengan napas terengah-engah, setelah berlari menemui Rumaisha di koridor samping rumah sakit.
"Maaf Aisha meminta mas bertemu mendadak di sini. Sepertinya Aisha datang di waktu yang nggak tepat."
"Tidak apa. Kebetulan aku sedang istirahat. Ada apa kamu datang menemuiku?"Mau berbicara diruanganku aja?"
Rumaisha menggeleng dan tersenyum. "Nggak perlu. Kita bicara di sini aja. Nggak apa kan?"
"Baiklah."
"Soal pembicaraan kita waktu itu, di pemakaman, Aisha minta maaf." ujar Rumaisha tulus. "Tidak seharusnya Aisha berkata seperti itu sama mas Ibnu. Seharusnya Aisha bisa mengerti. Niat yang mas ungkapkan itu pasti punya tujuan yang baik. Dan Aisha bisa memahami itu sekarang."
Ibnu hanya menatap Rumaisha tanpa berkata apa-apa. Rumaisha melanjutkan kata-katanya.
"Tujuan Aisha datang ke sini salah satunya untuk mengatakan itu. Permintaan maaf. Dan..." Rumaisha menggantungkan kalimatnya. Ia menghela napas pelan. "Aisha juga udah memutuskan dan memohon petunjuk kepada Allah. Maaf. Aisha nggak bisa menerima niat baik mas Ibnu itu."
Rumaisha bisa melihat Ibnu mengerjap kaget. Raut wajahnya terlihat kecewa.
"Aisha tak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Tapi, saat ini, yang Aisha tahu, Aisha hanya ingin hidup bersama cintanya mas Rafi di dalam hati dan juga cinta yang ia titipkan lewat Mahveen. Mas Rafi sudah memberikan segalanya. Mana mungkin Aisha bisa meminta lebih?"
"Aku bisa menunggu sampai kapanpun. Kapanpun. Sampai kamu benar-benar siap."
Ibnu menatap Rumaisha dengan penuh harap. Rumaisha hanya tersenyum.
"Jangan, mas. Mas Ibnu nggak perlu melakukan itu." tolak Rumaisha. "Aisha nggak bisa menjanjikan apapun untuk mas Ibnu. Jadi jangan menunggu Aisha. Berharap pada sesuatu yang tidak pasti itu menyakitkan, mas. Aisha nggak ingin menyakiti mas Ibnu. Mas Ibnu harus menemukan kebahagiaan lain." tambahnya.
Hening sejenak. Ibnu menunduk sesaat, lalu mengangkat wajahnya dan tersenyum kepada Rumaisha.
"Baiklah. Aku bisa mengerti. Tapi aku harap setelah ini hubungan kita tetap baik ya. "
Rumaisha hanya tersenyum dan mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Yang Hilang (Completed)
General FictionRumaisha Mahira, atau Aisha, harus mengubur impiannya untuk menikah dengan sosok yang sudah sejak lama ia kagumi, Ibnu Abbas, senior di kampusnya. Demi menikah dengan lelaki yang ia ketahui 'berandalan' semasa SMA, Muhammad Araafi Kurniawan Souhail...