SEMBILAN

110 9 0
                                    

Araafi mendatangi kantor perusahaan tempatnya bekerja. Ia akan menemui pak Malik Nugroho di ruangan pribadinya, pemilik sekaligus direktur di perusahaan properti yang cukup terkenal di Indonesia. Malik Nugroho juga ayah dari Monica, wanita yang pernah dekat dengannya. Alasan ia bertemu pak Malik tentu saja menyerahkan surat pengunduran dirinya sebagai CEO dan juga dari perusahaan tersebut.

Araafi menjelaskan alasan pengundurkan dirinya bukan untuk bekerja lagi ditempat lain, melainkan ingin mengembangkan bisnis pribadi. Selain itu tentu saja prioritas utamanya adalah ibunya. Ia tidak ingin mengecewakan ibunya untuk kesekian kalinya.

Keputusan untuk mengundurkan diri di perusahaan yang sudah mengajarkannya banyak hal selama 3 tahun sempat membuatnya dilema. Sebab, pekerjaan ini sesuai dengan kemampuan dan keinginannya selama ini. Ia juga sudah banyak mengembangkan perusahaan properti tersebut. Disinilah ia bisa mengikuti kata hatinya sendiri tanpa harus merasa terbebani. Tapi saat ini, ia tidak bisa lagi mengikuti kehendaknya. Araafi tidak ingin lagi. Sekalipun pak Malik berusaha menahannya untuk tetap berada di perusahaan itu dan menyuruhnya mempertimbangkannya kembali.
Araafi bisa melihat kekecewaan yang begitu dalam dari wajah pak Malik. Tapi ia bukan seseorang yang menarik kata-katanya kembali setelah ia mengatakannya. Begitu juga, ucapan Monica. Harga dirinya begitu tinggi. Ancaman Monica akan memecatnya jika ia memutuskan hubungan mereka tidak mempengaruhinya. Tapi bertemu dengan pak Malik, sepertinya Monica belum menceritakan apapun tentang masalah mereka. Meskipun pak Malik mengetahuinya, Araafi sangat yakin pak Malik sangat profesional terhadap pekerjaan.

Setelah mengemasi barang-barangnya, memasukkannya ke dalam kardus. Dengan nafas berat ia keluar dari ruangan pribadinya. Saat berjalan di koridor utama, ia berpapasan dengan Monica. Ia melihat Monica begitu terburu-buru sampai tak melihat bahwa mereka sudah begitu dekat. Araafi lalu berhenti dan menghalangi jalannya.

"Apa yang membuatmu terburu-buru?"

Suara Araafi menghentikan langkah Monica ketika yang sudah berdiri dihadapannya. Araafi bisa melihat Monica terkejut saat melihatnya. Seperti sedang ketakutan.

"Araafi, kamu ternyata ada di kantor?" tanyanya dengan suara gemetar. Lalu matanya teralihkan pada kardus yang di peluk Araafi.
"Kenapa kamu bawa barang-barang kantor kamu? Tunggu, jangan bilang kamu..."

"Ya. Aku mengundurkan diri." sela Araafi.

Mata Monica melebar karena kaget. "Mengundurkan diri? Kenapa?"

"Saya pikir sudah seharusnya saya mengundurkan diri."

"Apa ini karena kata-kata aku di rumah sakit waktu itu? Ayolah Rafi, aku cuma bercanda. Saat itu aku cuma terbawa emosi dan..."

"Tidak. Ini atas keinginan saya sendiri. Dan demi mama." ujar Araafi mantap.

Monica menyeringai. "Demi mama kamu? Atau karena wanita itu? Udah jelas kan dia itu cuma memanfaatkan kamu sama mama kamu aja."

"Ini sama sekali nggak ada hubungannya dia. Sekali lagi, ini keputusan saya sendiri."

"Tapi Rafi..."

"Permisi." Araafi melewati Monica tanpa mendengar komentarnya.

"Tunggu Rafi." sergah Monica.
Araafi menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya dengan malas.

"Dengar! Cepat atau lambat kamu akan sadar siapa wanita yang udah kamu nikahi itu. Dia tidak sebaik yang kamu kira. Dan jika suatu saat nanti kamu sadar, kembalilah padaku. Aku akan tetap menunggu kamu sampai kapanpun."

Araafi hanya menyunggingkan seulas senyum yang terkesan di paksakannya itu. "Jangan buang-buang waktumu, Monic." jawabnya lalu membalikkan badannya dan pergi.

Senja Yang Hilang (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang