(12) kamus dan buku cetak

36 10 1
                                    

Jam pelajaran amtematika tengah berlangsung. Bu siska menyuruh dara untuk pergi keperpustakaan mengambil buku cetak matematika.

"Saya permisi sebentar bu," Ucap dara sopan.

Setelah guru mempersilahkan, dara bergegas keluar menuju keruang perpustakaan sesuai yang diberitahukan oleh siswa tadi. Karena langkahnya yang terburu-buru tak sengaja ia menabrak siswi lain yang tengah berjalan didepannya.

Bruk!

"Eh so-sorry, gue gak sengaja.. maaf ya?" Ucap dara merasa tak enak karena menabraknya hingga terjatuh.

"Gapapa, santai aja." Singkatnya sambil tersenyum. Dara pun membantunya berdiri.

"Sekali lagi maaf ya? gue buru-buru sih tadi."

"Santai aja, gue duluan ya?" Siswi itu pun pergi lebih dulu sementara dara langsung melanjutkan langkahnya menuju perpustakaan.

Sesampainya disana, sudah ada bu damia yang tengah duduk disalah satu bangku disana lengkap dengan tumpukan buku yang ada diatas meja.

"Permisi bu, ibu manggil saya?" Tanyanya dengan sopan namun terselip rasa heran dengan tumpukan buku yang ada diatas meja tersebut.

"Iya, tolong bawa buku ini kekelas kamu terus bagiin setiap siswa. Sebelum itu, data dulu untuk jaga-jaga kalau ada siswa yang kehilangan bukunya."

"Siap, bu. Langsung dibawa kekelas kan?" Bu damia mengangguk namun dara nampak kebingungan. Ya, dengan buku tebal yang bertumpuk-tumpuk itu bagaimana ia membawanya? sedangkan jarak kelas dengan perpustakaan tidak bisa dibilang dekat.

"Ada apa?" Bu damia heran melihat dara yang nampak kebingungan.

"Gapapa bu," Dara hanya tersenyum dan berusaha membawa semua tumpukan buku cetak tebal itu. Namun....

Brak!

Tumpukan buku itu jatuh kelantai. Alhasil, dara harus menyusunnya kembali dan mendapat semprotan dari bu damia.

"Kalo gak bisa bawanya itu bilang, dara. kan bisa minta tolong siswa lain." Ucap bu damia sambil membantunya menyusun buku-buku tersebut.

"Masalahnya siapa bu? ya kali saya balik kekelas minta bantuan yang lain terus balik lagi kesini? kan menguras tenaga:' " batinnya dalam hati.

Tok! tok..

"Permisi, bu.." Bu damia menoleh kesumber suara. Begitu pun dengan dara.

"Ada apa reza?"

"Mau minjem kamus bahasa indonesia, bu.." Jawabnya. Bu damia menunjuk ke-rak khusus kamus yang bertuliskan 'kamus bahasa indonesia'.

"Terimakasih,bu.." Ucapnya lalu beranjak pergi.

"Tunggu!" Sontak, reza langsung menghentikan langkahnya mendadak mendengar suara bu damia yang terdengar berteriak.

"Ke-kenapa bu?"

"Tolong bantu dara bawain buku-buku ini kekelasnya, ya? kasian terlalu banyak, jadinya kesusahan."

"Eh??" Refleks dara kaget dan langsung menoleh ke bu damia yang tengah menunggu jawaban dari reza.

"O-oh, oke.." Reza masuk keperpus kembali dan langsung turun tangan membantu dara dan juga bu damia menyusun buku-buku tebal tersebut.

"Eh kak, ta-tapi itu hampir semuanya kakak bawa?"

"Udah gapapa, tolong bawain aja kamus gue 3 biji itu." Ucapnya lalu dengan santainya membawa semua tumpukan buku cetak yang sangat tebal itu sendirian dengan sekali angkat.

"Kalo gitu, saya permisi ya bu?assalamualaikum.." Ucapnya lalu pergi meninggalkan perpustakaan.

"Eh, assalamualaikum bu..!" Dara pun ikutan pamit lalu segera mengejar reza.

Kini langkah dara dan reza pun telah sejajar. Hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka berdua. Tak ada satupun kalimat yang keluar dari mulut keduanya. Dengan santainya reza tetap berjalan lurus sambil membawa tumpukan buku tersebut. Sementara dara diam-diam melirik kearah reza. Bukan karena maksud tertentu, hanya saja dara takut reza kelelahan karena membawa buku cetak sebanyak itu.

"Emm, kak, biar gue aja yang bawa. soalnya..." Ucapnya dengan penuh hati-hati. Tunggu, kenapa harus hati-hati?memangnya reza hewan buas?

"Kenapa? udahlah. Lagian kan sebentar lagi sampe." Ucapnya lalu mempercepat langkahnya.

Sesampainya didepan kelas X IPA 4 reza langsung masuk kedalam kelas tersebut setelah mengucap salam. Ya, itu kelasnya dara. Dan tentunya semua siswa yanga da didalam kaget. Beribu pertanyaan bermunculan diatas kepala mereka. Terutama sela dan juga tania yang sudah tak tahan ingin mengintrogasi dara.

"Kok bisa kamu yang bawa?" Tanya bu siska heran.

"Kebetulan tadi ada diperpus jadi sekalian bantu bawain." Jawabnya. Sementara dara hanya diam sambil menggigit bibir bawahnya.

"Oh, yasudah. Terimakasih, silahkan kamu kembali kekelas." Reza mengangguk lalu melangkah pergi meninggalkan kelas.

Dara langsung duduk dibangkunya semula sambil memegang dadanya yang entah kenapa sedari tadi jantungnya berdetak tak karuan. Bukan berarti dara punya penyakit jantung ya:)

Sementara kedua temannya, sela dan juga tania sudah memandangnya dengan tatapan tajam ingin mengintrogasi.

"Lo ngapain bawain kamus?kan sekarang bukan pelajaran bahasa?" Tanya tania heran.

"Eh?" Dara lupa kenapa tiba-tiba ia membawa kamus. Dara terus mengingat, dari mana kamus itu?

Pluk!

Dara langsung menepuk keras jidatnya karena lupa akan suatu hal.

"Kamusnya kak reza!!" Ucapnya sedikit teriak.

"What?kok bisa?" Sela makin heran begitu juga dengan tania.

"Aiisshh!!" Dara langsung beranjak dari tempat duduknya dan berlari kedepan meminta izin pada bu siska untuk mengembalikan kamus yang reza titipkan padanya.

Setelah mendapat izin, dara langsung berlari menuju kelasnya reza. Sebenarnya tidak perlu sampai berlari karena kelasnya dan kelas reza bersebelahan hanya dibatasi oleh rak sepatu.

"Permisi, pak. " Ucapnya yang sudah berdiri didepan pintu kelas XI IPA 1.

"Iya?ada apa?"

"Ini pak, mau ngasih kamus bahasa ke kak reza. Tadi ketinggalan. tepatnya  lupa balikin pak," Ucapnya yang ia lanjutkan dalam hati.

Guru tersebut pun mengangguk paham lalu memberi isyarat pada reza untuk keluar menemui dara. Ralat, mengambil kamus yang ia titipkan pada dara.

"Maaf kak, gue kelupaan.." Ucap dara merasa tak enak.

"Eh, seharusnya gue yang minta maaf. Lupa kalo nitip kamus sama lo. Makasih juga ya," Balas reza ikut merasa tak enak.

"I-iya.. kalo gitu, gue balik kekelas ya kak?" Reza mengangguk. Dara pun langsung berlari menuju kelasnya.

"Dara!!" Sontak, dara langsung menghentikan langkahnya mendadak setelah namanya dipanggil oleh reza.

"Kenapa?"

"Nanti, kalo mau balikin buku cetak panggil aja gue. Sebagai ucapan terimakasih."

"Eh?" Reza hanya tertawa kecil sembari menunjukan senyum nya pada dara.

Reza pun langsung masuk kekelasnya meninggalkan dara yang kebingungan. Kenapa harus panggil reza untuk mengembalikan buku? bukankah manusia berwujud siswa yang ada dikelas dara banyak?

Jangn lupa tinggalkan jejak setelah membaca:)❤

#typobertebaran

Love in Silence[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang