(22) Detakan

25 7 10
                                        

Bel istirahat telah berbunyi sepuluh menit yang lalu, namun kelas X IPA 4 masih setia berada didalam kelas bersama dengan Pak Jaja selaku guru Kimia tengah mengoreksi hasil ulangan harian yang barusan selesai diadakan yang kemudian akan diumumkan nilai hasilnya.

"Ulangan kali ini benar-benar mengecewakan. Tidak ada yang mendapat nilai diatas 70, yang terbesar hanya 68." Ucap Pak Jaja seraya menggelengkan kepalanya.

"Tanggung amat pak cuma kurang dua angka lagi." Sahut Putra, siswa bermulut ceplas ceplos bak anak perempuan yang suka berbicara nyablak.

"Ini adalah bukti kejujuran kalian selama mengerjakan ulangan. Tidak ada nilai tambahan kali ini, bapak sudah memberitahu kalian sebelumnya!" Tegas pak Jaja.

Raut muka para murid pun beragam, rata-rata menunjukan raut muka yang kecewa, ada juga sebagian yang terlihat masa bodo bahkan ada yang masih sempatnya mengoleskan liptint kebibirnya disaat masih ada Pak Jaja yang masih berdiri didepan.

"Terus siapa pak yang dapet nilai 68?" Tanya Sela kepo.

Pak Jaja menghela napas sejenak, "Adara Leysha."

Sang pemilik nama pun sedikit terkejut. Hanya sedikit, karena ia juga menyayangkan hanya mendapat nilai dibawah 70.

"Tingkatkan lagi belajarnya, Dara. Bapak sedikit kecewa kamu mendapat nilai segitu."

"Baik, pak." Dara mengangguk lemas. Raut mukanya tak berubah, murung seperti tak ada semangat hidup.

"Ini nanti dibagikan kertas ulangannya oleh ketua kelas. Sampai rumah silahkan ditandatangani oleh orang tua, hari berikutnya kumpulkan kembali pada saya. Mengerti?"

"Mengerti pak!!" Sahut semua siswa serempak.

Pak Jaja pun keluar dari kelas XI IPA 4. Banyak siswa yang langsung berlari keluar menuju kantin, berjaga-jaga agar masih kebagian gorengan dikantin. Tidak bagi Dara, ia langsung menenggelamkan kepalanya didalam tas yang ia letakkan diatas mejanya. Itulah kebiasaannya ketika mendapat nilai kecil. Ada yang sama?

"Kantin yok, Ra?" Ajak Sela.

"Duluan aja, gue gak kekantin." Uca Dara terdengar lemas. Sangat mendramatis memang.

"Yakin nih? minuman kesukaan lo itu udah ready stok tuh dikoperasi. Yakin gak mau beli? entar kehabisan loh." Tanya Tania memancing

Spontan, Dara langsung mengangkat kepalanya dan langsung beranjak berdiri dari tempat duduknya.

"Ayo!"

Tanpa mendengar jawaban dari kdua temannya, Dara langsung berlari begitu saja menuju koperasi. 

"Temen lo kok ngeselin, Tan?-_"

"Temen lo juga." Ketus Tania lalu menyusul Dara yang sudah berlari jauh.

Benar saja, Dara sudah berada dikoperasi sambil mengantri untuk mengambil sebotol minuman incerannya.

"Cepetan dong! lama banget." Dumel Dara tak sabaran.

"Sabaran dong! udah kaya ngejer doi aja cepet-cepet." Sahut siswi yang ada didepan Dara.

Dara berdecak kesal, tak lama siswi tersebut pun melangkah pergi setelah membeli minuman yang ada didalam kulkas.

Dengan kecepatan kilat, Dara langsung membuka pintu kulkas untuk mengambil sebotol minuman sejenis teh dengan rasa blackcurrant. Minuman kesukaannya semenjak berada diSMA ini. Ada yang tau minuman apa itu? kenapa ya kira-kira?

Saat Dara hendak mengambil minuman tersebut, sebuah tangan ikut masuk kedalam kulkas yang secara refleks membuat tubuh sang pemilik tangan berjarak sangat dekat dengan Dara. Dara bisa merasakan siapa yang tengah berdiri tepat dibelakangnya. Bahkan Dara bisa tahu hanya dari bau parfum seseorang yang ada dibelakangnya itu. Ya, Dara sangat kenal bau parfum ini.

Deg

Bersamaan dengan itu, jantungnya pun kini mulai berdetak tak karuan. Bahkan bisa terdengar jelas, ia hanya berharap semoga orang yang ada dibelakangnya ini tidak mendengarnya. Dara berkali kali menelan salivanya sambil berusaha mengatur napasnya yang mulai terasa sesak karena sudah agak lama ia tahan tanpa sadar.

Dengan keberanian ekstra, Dara pun membalikkan tubuhnya hingga tepat berada didepan orang itu. Seorang siswa berbadan tegap, tinggi dan kulitnya yang sedikit sawo matang. Ya, Dara sangat kenal siswa itu.

"Dara?"

Reza Prasetyo, ya, dialah seseorang yang sudah membuat Dara mati kutu seketika. Reza tak kalah kagetnya saat melihat Dara yang tiba-tiba saja membalikkan badannya hingga menghadap tepat didepannya.

"K-kak reza? gu-gue mau le-wat." Ucap Dara terbata-bata.

Seperti kurang fokus, Reza pun sedikit lama untuk bisa mencerna ucapan Dara.

"Ha?a-apa?" Reza benar-benar kehilangan fokus sekarang.

"Gue mau lewat." Gumam Dara pelan. Sangat pelan.

"Oh!"

Reza langsung menyingkir memberikan jalan untuk Dara. Dara pun langsung berlalu begitu saja untuk membayar minumanya lalu pergi dari sana secepatnya. Cari aman katanya.

"Astagaaaa... Ada apa dengan jantung gue? jarak sedekat itu," Dara memotong ucapannya sembari menentralkan detak jantungnya, seketika kejadian yang barusan terjadi terlintas kembali.

"AAGGHH!!! GUE GAK KUAATT!!!" Teriak Dara seraya berlari menuju kelasnya. Ia tak mau dikira orang gila karena berteriak seperti itu. Siang-siang begini sudah olahraga jantung saja batinnya.



Yeay! akhirnya up🎉
Gimana ceritanya? jangan lupa vote komen nya yaa:) happy reading❤



Love in Silence[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang