(21) Smile On Your face

26 6 11
                                    

~Kalau memang gue gak bisa miliki lo, setidaknya gue masih bisa mencintai lo. Karena mencintai tak harus memiliki~

Semenjak hari itu, Adara langsung terbesit pikiran untuk menjauhi sosok Reza secepat mungkin. kenapa? supaya rasa suka yang ia miliki untuk Reza tidak bertambah. Namun ada orang yang bilang kalau semakin kita paksa untuk melupakan, rasa yang ada dihati akan semakin bertambah. Dan mungkin ada benarnya juga, bahwa Melupakan tak semudah membalikan telapak tangan. Ya, melupakan memang sulit. Sangat. Bagi kebanyakan orang mungkin mudah untuk melupakan, namun sebagian beranggapan bahwa melupakan itu sangatlah sulit.

Begitupun yang dialami Dara. Ia memang berniat untuk melupakan, namun masih dalam proses. Belum sepenuhnya, mungkin memerlukan waktu yang cukup lama. Terlebih lagi kelasnya dan kelas Reza bersebelahan. Reza sang ketua OSIS, mustahil Dara jarang melihat Reza. Kemanapun dan dimanapun pasti ia akan melihatnya.

"Lo serius Ra mau keluar dari ekskul?" Tanya Sela dengan tatapan serius.

Dara menghela napas sejenak, "Masih gue pertimbangin."

Sela hanya berdehem pelan sembari memasukan buku-bukunya kedalam tas. Bel pulang memang sudah berbunyi 10 menit yang lalu, namun jam pulangnya sedikit terpotong karena pelajaran IPA yang setiap detik-detik bel pulang akan diberikan sebuah pertanyaan, dan jika tidak ada yang bisa menjawab maka satu kelas akan pulang terlambat.

"Gue pulang duluan, ya?" Dara mengangguk pelan.

Tak lama setelahnya, Dara pun keluar dari kelasnya menuju gerbang sekolah. Hari ini ia terpaksa harus berjalan kaki karena uang saku yang diberikan oleh papanya habis untuk membayar tunggakkan uang kas kelasnya. Terlebih lagi papanya tidak bisa menjemputnya karena urusan pekerjaan.

Tiiinn...!!

Dara terlonjak kaget, mendapati sebuah motor scoopy putih berhenti tepat disampingnya. Ternyata itu adalah Risya. Seorang siswi dari kelas X IPA 3 yang beberapa waktu tak sengaja bertabrakan dengan Dara.

"Lo jalan kaki?" Tanya Risya.

"Iya. Kenapa?"

"Bareng gue yok?" Tawarnya.

Dara mengernyitkan dahinya sejenak, "Gak usah, ngerepotin. Rumah gue gak terlalu jauh kok."

"Udah gapapa, kasian lo jalan kaki. solo lagi." Ledek Risya.

"Memangnya gak ngerepotin?memangnya rumah lo searah sama rumah gue? memangnya-"

"Tinggal naik apa susahnya sih elah." Potong Risya sembari memutar kedua bola matanya malas. Malas menanggapi pertanyaan Dara.

Dara hanya menyengir, "Iya-iya."

Risya pun menjalankan motornya sesuai petunjuk arah yang ditunjukan oleh Dara. Beberapa menit setelahnya, mereka pun sampai didepan halaman rumah Dara.

"Thanks, ya."

Risya tersenyum, "Iya, gue langsung balik ya?"

"Eh tunggu, ID-line lo dong." Ucap Dara sambil mengeluarkan cengiran khasnya.

Setelah memberikan ID linenya, Risya pun segera pulang kerumah. Dirumah, hanya ada mamanya saja yang tengah menonton TV diruang keluarga.

Love in Silence[REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang