Ketika mobil mereka sudah meninggal kan jalan raya antraprovinsi dan memasuki jalan yang lebih sepi dan kecil, Han Sinha tidak tahan untuk tidak membuka kaca jendela mobil.
Angin sejuk pengunungan langsung berdesir kencang menerpa wajahnya , membuat mata Sinha menyipit. Tampa melihat, tangannya menggapai ke arah dasbor, mengambil kacamata hitam lalu memakainya.
Sinhe menarik napas lega
Sinhe melirik ke arah pria di bangku kemudi. Pria itu menyetir tenang dengan tatapan lurus ke depan, sama sekali tidak merasa tersentuh dengan keindahan sekitarnya.
Tentu saja sinhe tidak heran. Han Seungwoo sudah tinggal di sini sejak setengah tahun yang lalu. Mungkin sinhe juga akan bersikap sedingin Seungwoo jika sudah terlalu terbiasa dengan pemandangan seindah ini. Atau malah tidak.
Walaupun akan berada di sini berbulan bulan, sinhe yakin akan tetap mematap semua yang di lihat nya sekarang ini dengan antusiasme yang sama seperti hari ini.
Mungkin suaminya diam saja dan menyetir dengan tatapan kosong karena sedang memikirkan sesuatu
Suami.
Aneh rasanya menyadari sekarang Seungwoo adalah suami nya .
Seminggu lalu ketika mereka bertemu lagi di acara tunangan mereka, sinhe mengagumi bagaimana waktu dapat mengubah seorang anak lelaki yang dulu pernah dia temui menjadi seorang lelaki yang begitu dewasa.Seungwoo jelas tidak mengenalinya, tapi sinhe dapat melihat jejak yang pernah dia lihat belasan tahun lalu di wajah Seungwoo.
Kedewasaan dan mungkin kelelahan menggurat di wajahnya, membuatnya terlihat dingin dah lebih jarang tersenyum daripada yang di ingat sinhe.
Namun, saat Seungwoo memakaikan kalung bermata berlian di leher sinhe, dan tanganya yang canggung saat ujung jemarinya menyentuh pelan leher yang terbuka , sinhe merasakan getaran yang sama yang penah di rasakannya saat Seungwoo menggenggam tangan nya dulu.
Satu hal yang di sadari sinhe, seberapa pun waktu mengubah mereka, secara fisik Seungwoo masih pria dalam kenangannya.
Pelan pelan, senyum sinhe terkembang melihat rambut Seungwoo tertiup angin yang masuk dari jendela yang di buka sinhe. Rambutnya jadi berantakan mencuat ke segala arah. Dan seungwoo tidak berkata apa apa sejak mereka berangkat dari seoul.
Seungwoo bukan lah lelaki paling tampan yang pernah dilihat sinhe. Tapi dia memempunyai hal yang menarik dalam dirinya membuat mulut perempuan kering atau lutut mereka bergetar saat melihatnya.
Seungwoo memiliki pesona lelaki dewasa yang mapan , yang bisa membuat wanita seusia sinhe meleleh dan langsung membayang kan kemungkinan hidup bersamanya.
Tak terdapat kerutan sedikit pun Di sudut mata seungwoo . Kening nya pun tampak halus , menunjukan bahwa pemiliknya sering merawat diri.
Bibir atas nya lebih tipis daripada bibir bawah nya, dan dari cara nya mengatupkan bibir, memberikan kesan dinhin bagi keseluruhan penampilannya. Sinhe penasaran bagaimana rasa nya dicium seungwoo .
Mendadak , wajah sinhe langsung memerah.
"Chagia.... " panggil sinhe pelan, berusaha membuka percakapan . Keheningan membuat pikiran nya mengembara ke mana mana, dan sinhe tidak mau kedatapatan tersipu tanpa alasan.
Seungwoo menjawab dengan di awali suara decakan. "Aku sudah bilang jangan panggil chagia. Nama saja cukup".
Sinhe menghela napas. Seungwoo memang sering berkali kali meminta sinhe untuk memanggil dia dengan nama saja . Tanpa embel embel. Tapi sinhe tidak pernah menggubris permintan ganjil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple With You | END
Romantizm"bersamamu cinta menjadi sangat sederhana" Mereka menikah bukan karena cinta. Baik Seungwoo maupun Sinhe punya rahasia yang mereka pendam. Kesepian, amarah, dan penyesalan tercampur aduk dengan rasa rindu dan kata cinta yang tak pernah terucapk...