Vote+comment gaes, karena mereka gratis selama kalian gak mager:v
—
Suasana di kelas XII AK 1 tidak bisa tenang. Mereka sedang ulangan Akuntansi Perusahaan Manufaktur yang materinya mereka dapatkan hanya di kelas 12.
"Duh berisik banget sih di sebelah." Caca udah misuh-misuh dari tadi, apa lagi soal perhitungan di depannya ini bikin rambut Caca bisa rontok.
Suara drum dan terompet saling bersahutan, kelas Caca memang sangat berdekatan dengan Semanja. Yang misahin tu bangunan kelas cuma parkiran berlantai tiga yang gak seberapa panjangnya.
"Maklum saja sekolah kita bersebelahan dengan SMAN Jaya Diudara, jadi suara apapun pasti terdengar sampai di sekolah kita," ucap Bu Endang yang tengah mengawasi ulangan pada hari ini.
Bagaimana bisa konsentrasi dengan semua kegaduhan yang diciptakan sekolah itu? Sementara Caca harus menyelesaikan jurnalnya sebelum jam istirahat berbunyi. Dan itu 15 menit lagi.
Kalau Caca bisa mendemo sekolah, udah Caca lakuin dari dulu. Kenapa harus Semkita? Kenapa harus sekolah Caca yang sebelahan sama Semanja? Kenapa? Kenapa?
Banyak sekali kata kenapa yang Caca rapalkan di pikirannya, terus buat apa lagi Caca meratapinya. Nasib yang sudah membuat Caca seperti ini.
Lalu tentang tawaran Tata dua tahun lalu untuk bersekolah di Semanja? Mengapa Caca tidak menerima saja ya? Pasti dia tidak semenyiksa ini kalau Caca sekolah disebelah.
Sudah dipastikan Caca akan mendapat nilai merah kalau terus seperti ini. Belum lagi kelas yang panas membuat sebagian siswa-siswi dikelas lebih sibuk mengipasi tubuhnya dibanding tekun mengerjakan soal.
"Gue gerah banget sumpah." ujar Caca ketika ia baru keluar dari toilet siswi dengan wajah yang basah. Bisa dilihat Caca habis membasuh wajahnya.
Siang begini memang sangat panas, kelas yang Caca dan teman-teman Caca tempati juga lumayan sempit. Coba fikirkan, udara yang masuk melalui pintu dan beberapa celah kaca dihirup untuk 35 murid. Gak kebayang gimana sumpeknya anak-anak kelas XII AK 1.
Padahal kelas Akuntansi harus diberi fasilitas yang memadai, otak kami sudah panas akan deretan angka-angka yang akan lebih panas lagi kalau ruangannya tidak mendukung seperti ini.
"Yaelah Ca, katanya lu mau ngedemo kepala sekolah karena kelas panas." ucap Widya yang ikut-ikutan cuci muka diwashtafel toilet bersama Caca.
"Lo tau lah Wid, gue cuma seorang siswi. Harus digaris bawahi tuh...siswi." Caca menekankan kalimatnya pada kata siswi, agar Widya mengerti bahwa dia pun tak bisa berbuat apa-apa.
Ini semua tidak adil bagi Caca.
"Kenapa lo cengar-cengir ndiri gitu?" tegur Caca ketika ia melihat Widya sedang tersenyum sendiri.
"Lo liat cowok itu gak?"
"Manaa?" Caca mencoba memanjangkan lehernya untuk melihat seorang yang ditunjuk oleh Widya.
"Ah..elo, giliran cogan aja mata lo kinclong." Widya melipat tangannya merajuk dengan Caca.
"Marah mulu, iya gue liat kok. Cowok tinggi yang pakek kaca mata itu kan?"
Widya mengagguk, tapi ia masih kesal dengan Caca.
"Lo suka sama dia?" Caca menatap Widya. Perempuan berbadan lebih besar darinya itu terlihat kelimpungan.
Tuh...kan ketahuan sama Caca si Widya ih...
"Apaan sih lo? Udahlah balik kekelas aja yuk." Widya langsung melenggang pergi dengan gelagapan. Sementara Caca tak henti menggodanya dengan mengatakan "Cie-cie"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Sebelah? *Revisi*
Fanfiction(Fanfiction) - fiksi penggemar Mereka berbeda, tak sama, beda pemikiran, beda tujuan dan beda juga taraf hidupnya. Orang bilang mereka kayak langit dengan bumi, yang gak mungkin bertemu. Mereka juga sudah seperti layaknya air dan minyak sampai kapan...