Alasan.

11 0 0
                                    

Vote+comen gaes, karena mereka itu gratis selama kalian gak mager:v

__


Caca sibuk mencorat-coret buku latihan matematikanya, bukanya menyelesaikan soal dia malah melamun tak jelas. Entah melamunkan apa.

Sejak seminggu yang lalu dia diselimuti kesepian, karena sohib gilanya tidak datang ke sekolah hingga hari ini.

"Emang kenapa harus pergi ke Bandung sih?" Caca mengetuk-ngetuk ujung pulpenya kesal. Perempuan itu tak ulam menjatuhkan kepalanya juga di atas meja.

"Udah selesai Ca?" tanya Elen yang duduk sebangku denganya.

"Lagi galau dia El."

Plak!

"Aduh sakit Ca." pekik Widya ditempatnya.

"Masih aja lo jual mahal sama si Era Ca, kurang apa sih dia? Baik iya..ganteng alamiah." papar Widya mengenai sikap Era selama ini ke Caca. Siapa saja bisa tahu bukan kalau cowok itu suka dengannya.

"Era anak kelas sebelah kan? tanya Elen.

"Bukannya dia tadi di hukum ya? Karena telat?" timpalnya lagi.

"Serius lo El?" pekik girang Caca, dan dia langsung menutup mulutnya yang gak tau situasi ini. Udah jelas-jelas guru lagi di depan dia teriak-teriak kayak dihutan.

"Caca kamu udah selesai?" tanya Pak Kodim-guru matematika yang sedari tadi sibuk lihatin hape. Terus terkejut karena teriakan Caca.

"Belom, belom Pak." kelit Caca.

Sementara dua orang yang tadi sempat diajak Caca bicara hanya menunduk. Mungkin mereka takut kena getahnya.

"Makanya kalau disuruh ngerjain soal, kerjain pake tangan jangan pake mulut!" perintah sang guru.

Kata-kata legend setiap guru kembali di suarakan di kelas XII AK 1 oleh Pak Kodim.

Caca hanya mengangguk paham.

Setelah bel istirahat berbunyi, Caca udah siap-siap nyamperin Era dikelasnya. Minta penjelasan sejelas-jelasnya. Maksud dia ke Bandung tanpa kabar dan gak sekolah selama hampir seminggu.

"Eraaa.." panggil gadis bermabut panjang yang kini sudah ia ikat. Caca celingak-celinguk di pintu kelas XII AK 2. Tapi yang dicarinya tak ketemu. Apa iya Elen bohong sama Caca?

"Yudi, Era udah sekolah kan?" orang yang ditanyai Caca sejenak berfikir.

"Udah."

"Terus dia dimana?" tanya Caca tak sabaran.

"Ke kantin kali."

Oh iya. Kenapa juga Caca harus pertumpu pada satu tempat. Era bukan hanya bisa berada di kelas saja, tapi mengapa ia tidak berpikir tentang kantin.

"Oke, makasih Yud."

Di kantin.

Suasana ramai bak pasar, hiruk pikuk terdengar di setiap penjuru kantin. Tapi hanya satu orang yang menjadi fokus Caca kali ini. Era Saputra, tu anak dimana sih?

Sampai pada akhirnya pencahariannya berakhir dan menemukan sekelompok pria berbaju seragam praktik, tengah bersenda gurau.

"Eh..Caca!" Caca hanya menatap dingin ke Era, sedangkan dua orang lainnya di meja itu seakan menerka-nerka siapa yang kini Era sapa.

"Lo utang penjelasan ama gue!" sergahnya.

"Eh Er, dia Caca yang waktu entu blokir wa gue!" seloroh pemuda bermata sipit yang juga semeja dengan Era.

Sekolah Sebelah? *Revisi*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang