Vote+comen gaes, karena mereka gratis selama kalian gak mager:v
—
Tumben sekali Dandi senyum-senyum sambil menatap layar ponselnya. Dulu hanya mantan yang bisa begitu, udahlah mantan harus di buang pada tempatnya. Itu sampah hati.
"Tumben banget ngajak nongkrong diluar." ucap Dandi yang cukup heran dengan teman sepermainannya yang dengan mendadak mengajak Dandi bertemu. Setelah setahun berpisah.
Cafe di depan taman kota ini emang sering jadi tempat tongkrongan anak-anak muda. Dandi juga sudah 3 kali kesini, walau dia bukan tipe anak yang suka nongkrong.
Dia sudah duduk di salah satu bangku tak jauh dari etalase Cafe. Niatnya untuk mempermudah nantinya ia melihat teman yang memiliki peran penting sampai ia berada di titik ini.
Kalau dibilang teman yang begitu berharga juga iya, dia sudah seperti kakak sendiri. Selalu menasehati dan memberi support saat Dandi ikut seleksi Calon Ketgas.
"Hallo Mar, gimana kabar lo?" Dandi dan temannya itu bertos ria dan saling memeluk setelah lama tidak berjumpa.
"Yaa..seperti yang lo liat Ta."
Oh..iya ada satu orang selain Zara yang memanggil Dandi dengan sebutan Mara, dia adalah kakak tingkat Dandi yaitu Yuta-mantan ketua Satgas Semanja masa bhakti 2016.
"Gimana kabar lo Ta?"
"Yahh gua fine-fine aja selama ini."
Mereka menarik kursi untuk duduk dan memesan minuman pada waiter.
"Gimana rasanya jadi ketua Satgas? Enak?" tanya Yuta yang memulai pembicaraan ringan.
"Umm, susah-susah gampang. Banyak tanggung jawabnya, apa lagi kalau ngurus anggota."
Yuta terlihat tertawa kecil, lalu berucap "Jadi Ketgas emang gak segampang yang dilihat. Mungkin orang bilang: Ah..asal nyuruh doang. Tapi itu memberi kebanggaan diri sendiri saat sukses mencapai sesuatu bukan?"
Dandi terkekeh pelan "Lo emang gak berubah, masih Yuta yang dulu," kata Dandi tak percaya dengan sifat Yuta yang tetap.
Yuta jadi kembali tertawa mendengar ocehan Dandi yang mengatakan ia tak pernah berubah. Memangnya ia harus bertransformasi bentuk atau semacamnya?
"Umm, soal Zara lo masih sama dia?" tanya Yuta, dan itu sontak mengingatkan kembali kejadian waktu silam.
"Gue udah putus Ta, dia yang mutusin."
"Serius kan lo?"
Dandi mengangguk, tapi Dandi kan sudah janji move on dalam waktu dekat dengan tempo sesingkat-singkatnya. Duhh...udah kayak proklamasi tuh.
"Terus kalau lo gimana?" tanya balik Dandi.
"Hah? Gue tetep memengang status Presiden Jomblo Semanja dong." katanya dengan penuh jumawa, diikuti Dandi yang tertawa akibat kerecehan mereka.
Jomblo kok bangga?😂
"Elo kan udah lulus dari Semanja," ungkap Dandi yang cukup tak terima.
Selesai berkabar-kabar dengan Yuta, dan melepas rindu tentunya. Bagaimana pun Dandi tetap menghormati Yuta sebagai seniornya walau mereka suka mengila bareng.
Bukannya Dandi tidak sopan memanggil orang yang lebih tua dengan menggunakan kata "elo". Tapi karena yang bersangkutan memberi ijin dan menurutnya itu merupakan simbol keakraban mereka. Kenapa kacang? Eh...maksudnya Why not?.
Dua kopi expreso sudah habis mereka teguk setelah lama berbincang. Maunya Dandi mengajak yang lainnya juga, tapi masalahnya Yuta hanya ingin menjumpai Dandi saja, sekedar membicarakan tugas terakhir Dandi menjabat sebagai Ketua Satgas. Karena Yuta tahu sebentar lagi juniornya yang lebih disiplin darinya itu akan lulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Sebelah? *Revisi*
Fanfiction(Fanfiction) - fiksi penggemar Mereka berbeda, tak sama, beda pemikiran, beda tujuan dan beda juga taraf hidupnya. Orang bilang mereka kayak langit dengan bumi, yang gak mungkin bertemu. Mereka juga sudah seperti layaknya air dan minyak sampai kapan...