6. Cih, Iya iya!

4.1K 326 6
                                    

Tak

Kening Pluto mengernyit heran, seperti ada yang melempari jendela kamarnya. Mencoba tak peduli, dia kembali membaca buku novelnya.

Tak

Pluto lagi-lagi menoleh, benar itu dari jendela. Merasa penasaran dia segera berdiri dan membuka pintu balkon. Dia semakin bingung mendapati dua batu krikil di lantai. Baru akan melihat ke bawah balkon, sebuah krikil menyentak ke jidatnya begitu keras.

"Akhh!" pekiknya kesakitan.

Dengan perasaan kesal luar biasa Pluto mendekati pembatas balkon, mengecek ke lantai bawah. Matanya melotot kaget melihat Devan melambai semangat dari bawah.

Ia mendesah kasar. Apa tidak cukup cowok ini menganggunya seharian? Iya, hari damai Pluto kacau karena ulah cowok ini. Mulai dari merecoki makan siang Pluto di kantin, mengikutinya ke perpustakaan, sampai ke toilet pun dia diikuti. Pluto merasa sudah gila sekarang.

"Lo mau apa, hah!" teriak Pluto. Kedua tangannya melipat di depan dada, menatap penuh permusuhan pada Devan.

Devan yang ada di bawah tersenyum lebar. Dia mengambil sesuatu di balik jaketnya kemudian mengangkatnya ke atas. Sebuket mawar merah.

"GUE MAU LO JADI PACAR GUE!" teriak Devan tanpa malu.

Mulut Pluto menganga tak habis pikir, dia sampai melepas lipatan tangannya, merasa perlu mencerna ucapan Devan barusan.

"Bodoh ya?" desis Pluto sengit.

Pluto berniat akan kembali masuk ke dalam kamar, tapi Devan kembali berteriak, "Eeh! Pluto! Bukan itu, aish! Maksud gue jadi partner gue!"

Mau tak mau Pluto kembali berbalik, menurunkan tatapannya ke arah Devan. Tangannya menyangga santai ke pipir balkon.

"Gak!" tolaknya mentah-mentah.

"Arrgh, ayo dong bantuin gue!" teriak Devan frustasi.

"Dapat apa gue kalo bantuin lo? Capek iya!"

Pluto akan berbalik masuk lagi, membuat Devan yang ada di lantai dasar was-was seketika. Ia menggigit bibirnya mencari ide.

"Ayolah otak, berpikir!" Seringai evil tercetak di bibir tipis Devan.

"AHHK! PLUTO!" pekik Devan kencang.

Mendengar suara Devan, Pluto kembali melihat ke bawah. Devan sedang memegangi kepalanya, bahkan sekarang tubuhnya hampir limbung. Kening Pluto mengerut bingung.

"Van?" panggil Pluto, "gak usah becanda, gak lucu!"

Bruk!

Tubuh Devan benar-benar tersungkur, cowok itu terkulai pingsan. Refleks Pluto melotot kaget.

"Devan!"

Pluto buru-buru masuk ke dalam kamar dan berlari menuruni tangga. Dia sampai hampir menabrak dinding saking paniknya. Sampai di luar paniknya semakin menjadi, Devan sudah tergeletak lemas di sana.

"Devan!" Pluto berjongkok membawa kepala Devan ke atas pangkuannya, menepuk wajah cowok itu harap-harap cemas.

"Van? Devan? Ck!"

Tidak ada cara lain yang ada di kepala Pluto, mau tak mau dia membawa Devan dengan cara memapahnya. Meski ia menggerutu bahwa cowok tinggi itu sungguh berat.

"Mamah!" teriak Pluto saat masuk ke dalam rumah.

Pluto merebahkan Devan di sofa begitu saja, kemudian berkacak pinggang. Semua sendinya terasa akan lepas.

Hei, PLUTO! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang