Jangan lupa pencet bintangnya, komen next, dan berburu typo, oke 👌
Selamat membaca 💜
___________
"Ini nih yang abis bolos," celetuk Nichol ketika Devan baru duduk di kursi kantin. Ridho hanya mengangguk singkat, menatap sahabatnya penuh curiga.
"Baru juga dateng udah dihardik, dosa kalian!" pekik Devan dengan raut merasa terdzolimi.
Nichol langsung menyahut ngakak, "Lo tuh emang pantes dihardik, Van. Whaha!"
Devan pura-pura marah dengan bangkit dari kursi. Padahal dia memang ingin bangkit untuk memesan makanan yang paling dia rindukan. Kaki jenjangnya mendekati gerobak bakso di ujung kantin.
"Bang, bakso ekstra micin satu mangkok!" ucap Devan memesan tanpa memikirkan antrian yang panjang. Semua yang mengantri langsung menoleh, menatap Devan di antrian paling belakang.
"Eh, gue boleh serobot antrian, 'kan?" tanya Devan pada antrian yang hampir semuanya siswi SMA Adikarya. Semuanya mulai mengangguk kompak dengan senyum yang berseri. Dan, hanya dalam waktu 5 menit dia sudah mendapat semangkuk bakso tanpa pegal mengantri, sungguh biadab.
"Jangan ada yang minta, gak gue kasih." Larangan Devan membuat kedua temannya menekuk alis.
"Siapa yang mau bakso penuh micin kayak gitu? Gue sih ogah," Nichol mengerlingkan matanya malas, dia sudah lelah melarang Devan untuk tidak mengkonsumsi bahan kimia itu terlalu banyak. Nichol hanya takut temannya itu akan gila.
"Devanlah," balas Ridho. Cowok itu membuka sebuah permen karet baru kemudian menempelkan permen karet yang sudah tak ada rasanya ke bawah meja kantin. Jorok? Memang.
"Gak usah pandang sebelah mata bakso ekstra micin, pas lo nyoba pasti ketagihan."
Ridho mengendikkan bahunya engan. "Ketagihan bego kayak lo."
Nichol terkikik geli, bisa-bisanya ia memiliki teman seperti mereka. Mereka kembali hikmat menikmati makanan masing-masing. Lebih tepatnya hanya Nichol yang asik dengan ponsel, bermain game pastinya.
"Devan?"
Ketiga cowok itu menoleh secara bersamaan padahal hanya Devan yang dipanggil. Kedua teman Devan merengut bingung sedangkan Devan nyengir lebar seraya menepuk kursi kosong di sebelahnya.
"Duduk sini bentar, To."
Pluto bergeming di tempat, tidak menggeleng menolak ataupun mengangguk. Tak lama kemudian gadis itu memberikan selembar kertas.
"Pulang sekolah temuin gue di perpus," ucap Pluto.
Devan menatap selembar kertas itu kemudian mengambilnya meski kebingungan. "Loh, biasanya juga kita lakuinnya di kamar gue," ujarnya bingung.
Ridho langsung tersedak permen karetnya karena kaget. Cowok itu bahkan hampir terjengkang dari kursinya. Ia menatap Devan dan Pluto secara bergantian dengan tatapan tak percaya.
"Astagfirullah, Devan. Jadi selama seminggu lebih ini lo gak main PS di rumah gue karena nganu sama ni cewek dalam kamar lo? Dan sekarang maunya di perpus! Ngeling, Devan!" pekik Ridho lantang membuat seisi kantin menatap ke arah mereka.
Devan melongo mendengar ucapan Ridho, ia mencolokkan garpu ke satu bakso kemudian menjejalkan ke dalam mulut Ridho seraya mendelik sebal. "Pikiran lo, mesum mulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, PLUTO!
HumorDisarankan follow sebelum baca. |Complete| Pluto, cewek yang pintar Biologi harus terjebak dengan situasi dimana ia menjadi partner belajar seorang cowok. Cowok yang berwatak petakilan, bertolak belakang dengan dirinya yang dingin. Sayangnya, seirin...