Sejak bangun dari tidur Pluto malu bukan main, selain dia tidur di kamar Devan dia juga bangun di jam tujuh pagi. Ya, walau pun itu hari minggu tapi dia sebagai gadis malu bangun sesiang itu.
Kini secara diam-diam gadis itu turun ke lantai bawah, mencari orang-orang rumah ini. Dari arah tangga ia sudah mendengar suara spatula dan wajan bergesekan. Ada yang memasak.
Dari balik pintu dapur Pluto mengintip, melihat punggung seorang wanita tengah memasak. Ia ingin keluar dari persembunyian tapi malu juga. Akhirnya Pluto bersuara juga walau pelan.
"Tante?"
Wanita itu tampak celingukan kanan kiri, kemudian membalikkan tubuhnya. Bibirnya tersenyum melihat Pluto masih bersembunyi.
"Pluto, udah bangun ternyata."
Pluto keluar dari persembunyian dan menghampiri Prisila menawarkan diri. "Eu ... tante mau Pluto bantuin?"
"Boleh kalo bisa." Prisila memberikan nampan dan beberapa bawang merah.
"Irisin ya, tante mau goreng ikannya."
Pluto mengangguk patuh, tangannya mulai mengiris bawang tipis-tipis.
"Devan kok gak bangunin Pluto sih, Tante? Kan Pluto jadi gak enak."
"Katanya kasian, kamu capek seharian ajarin dia," balas Prisila lembut. Ia jarang berbicara dengan wanita jadi merasa sangat nyaman jika ada Pluto di sana.
"Yang ada dia yang capek aku omelin terus kali." Gadis itu terkekeh bersama Prisila.
"Kata Devan kamu dingin, mana ada? Cantik gini." Prisila mengusak kepala Pluto sebelum pergi mengambil piring.
Pluto terdiam di tempatnya, kebingungan. Sejak kapan Devan menceritakan dirinya?
"Devan sering ceritain aku, Tante?"
"Huum, katanya sifat dia yang berisik beda banget sama kamu yang diem." Prisila mengambil potongan bawang sebelum melanjutkan ucapannya.
"Terus yah, waktu dia pertama kali kenal sama kamu juga dia cerita."
Alis Pluto menaut, mencoba mengingat perkenalan yang dimaksud Prisila. Dia tidak merasa pernah berkenalan.
"Yang kapan?"
"Tuh, 'kan? Kamunya aja lupa. Menurut Devan kamu itu dingin banget sampe gak inget dia pernah kenalan sama kamu di koridor."
"Hehe, aku emang gak inget." Pluto menggaruk rambutnya canggung.
"Sifat Devan itu sama kayak kamu waktu dulu, gak pernah peduli sekitar." Prisila tiba-tiba bercerita.
"Waktu dulu? Emang Devan petakilan baru-baru ini, Tante?"
"Huum, udah lama sih. Sejak sepupunya gak ada. Dari kecil Devan itu dingin, judes, tapi kalo bareng sama sepupunya yang ceria itu dia ketawa terus."
Pluto terdiam lagi, tersenyum penuh arti. Kasus Devan sama dengan dirinya, berubah karena satu hal.
"Aku juga dulu gak dingin," gumam gadis itu tapi masih terdengar oleh Prisila.
"He? Gimana?" tanya Prisila.
Pluto tertawa pelan dan menggeleng kecil. Dia memotong wortel pemberian Prisila sambil bercerita.
"Sifat dingin Pluto ada sejak Pluto dapat transplantasi jantung."
"Transplantasi? Emang kamu kenapa?" tanya Prisila sedikit terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, PLUTO!
HumorDisarankan follow sebelum baca. |Complete| Pluto, cewek yang pintar Biologi harus terjebak dengan situasi dimana ia menjadi partner belajar seorang cowok. Cowok yang berwatak petakilan, bertolak belakang dengan dirinya yang dingin. Sayangnya, seirin...