11. Maaf ya, To

3.5K 287 9
                                    

"Assalamualaikum."

Prisila terpaksa meninggalkan majalahnya di sofa saat mendengar salam dari pintu utama. Ketika pintu dibuka, suara hujan dan angin berhembus masuk. Prisila sedikit terkejut melihat dua orang berdiri di depan pintu dalam keadaan basah kuyup.

"Waalaikumsalam, loh Devan, Pluto."

Devan nyengir kuda sambil menggosok kedua telapak tangannya yang dingin. "He, sore Bun."

"Ya ampun kok pada basah begini? Kan Devan bawa mobil." Prisila membuka pintunya lebih lebar agar kedua remaja itu bisa masuk.

"Ini yang abis bolos, ya?" tanya wanita itu berkacak pinggang.

Devan menggaruk lehernya gusar, pasti guru di sekolahnya memberi tahu Prisila jika dirinya tak masuk sekolah hari ini.

"Devan emang bolos Bun, tapi ...."

"Pluto yang ajak, tante." Gadis yang sedari tadi diam menahan dingin memotong ucapan Devan. Bibir membiru itu tersenyum lebar.

"Tadi pagi Pluto minta Devan temenin ke suatu tempat, tapi kita gak sempat bikin surat izin jadi keitung bolos."

Kacakan pinggang Prisila menurun, dia menatap Pluto senang berbeda dari tatapan tajam ke Devan.

"Oh, jadi Pluto yang ajak. Ya udah gak papa."

Devan seketika melotot kaget. Gak papa? Sedangkan jika ia bolos sekali saja itu pun karena terlambat bangun diceramahi hingga malam hari. Luar biasa sekali.

"Lagian ya Bun, bolos sama Pluto tuh gak enak. Seharian bahas Biologi terus, entah itu tumbuhanlah, hewanlah, sampe tata surya aja dia bahas," delik Devan yang langsung dibalas tendangan di tulang keringnya oleh Pluto.

"Bagus dong," sahut Prisila bersidekap dada, "itu artinya kamu gak bolos sia-sia, sering-sering kamu belajar sama Pluto."

Pluto hanya mengangguk kecil, ia sudah kedinginan dengan suhu AC yang tinggi di ruangan itu. Menyadarinya keadaan Pluto, Devan segera menyuruh gadis itu naik ke lantai atas.

"To, lo naik ke lantai dua terus masuk ke pintu coklat yang ada frame 'welcome'nya. Ganti baju sana."

Gadis itu mengerti, dia akan berbalik tapi kembali lagi menghadap Devan. "Eu ... Van, bajunya?"

Prisila seketika tertawa melihat keluguan Pluto. "Sini, biar Bunda yang siapin."

Devan menatap kedua wanita itu menaiki tangga. Tatapannya beralih ke jaket yang Pluto pake. Jaket itu dia berikan saat di mobil dalam perjalanan pulang, ketika Pluto sempat menolaknya dan berucap, "gue udah biasa bersikap dingin, dinginya hujan gak sebeku hati gue."

Devan tiba-tiba terkekeh mengingat perkataan Pluto. Gadis itu bukan namanya saja yang unik, tapi juga kata-katanya.

---Dear, Pluto.---

Di malam yang masih dingin Devan dan Pluto berada di sebuah kamar, dengan pemilik kamar mengerjakan beberapa soal Kimia sedangkan Pluto tiduran penuh nikmat di permadani beludru.

"To, yang ini nyetarain redoks pake cara apa?" tanya Devan memecah keheningan.

"Pake cara bilangan oksidasi atau setengah reaksi," jawab Pluto tanpa melirik, setia tiduran.

Devan hanya mengangguk singkat. Ia kembali berkutat dengan balpoin dan buku paketnya. Tak lama kemudian ia kembali bertanya.

"Eh, hukum Faraday gimana?"

Hei, PLUTO! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang