🎵Play now : Love Scenario-- iKON🎵
_________
Pluto mulai menggeser pintu yang terbuat dari kayu ke samping, menampakkan isi kamar yang sudah lama tak ditinggali. Kaki yanga masih berbalut kaus kaki hitam putih itu mulai masuk, menyalakan saklar lampu dan seketika lampu berbagai warna menyala terang. Bibir Pluto seketika tersenyum melihat keadaan kamar yang masih sama, penuh dengan berbagai perabotan berbau K-Pop.
Pluto mendekati satu-per satu barang seperti melihat sebuah pameran. Tepat di samping tempat tidur tertulis jelas lukisan nama yang indah berwarna biru dan ungu. Venus, tertera begitu indah. Sesuai niatnya, ia ingin berkunjung ke rumah itu setelah pulang sekolah.
"Hai, Venus," sapa Pluto lembut kepada hening. Benar, kepada hening, karena nyatanya tak ada lagi orang selain dirinya. Ia meletakkan tasnya di kasur kecil yang cukup satu orang, mulai mendekati meja diisi tumpukan buku dan pajangan berbau K-Pop.
Berteman dengan air mata, Pluto mulai menyalakan sebuah ponsel yang tergeletak rapih bersama buku lainnya. Menyambungkan dengan bluetooth speaker yang tentunya sering Venus pakai. Tak lama kemudian lagu Love Scenario dari iKON menjadi musik latar Pluto menjelajahi isi kamar Venus.
Dimulai dari pigura foto, banyak sekali potret waktu yang menjadi abadi di sana antara dirinya dan lelaki itu. Entah itu pose saling rangkul bahkan Venus yang diam-diam mencium pipi polos Pluto. Semuanya tercetak di sana begitu rapih.
Di sampingnya banyak sekali panjangan dan album girlband maupun boyband yang tertata rapih. Ia tersenyum tipis, tau bagaimana perjuangan Venus meraih itu semua. Ia sampai harus meminjamkan tabungannya untuk membeli novel karena Venus ingin membeli album iKON tapi uangnya kurang 100 ribu.
Di antara deretan album, ada sebuah buku terselip. Karena penasaran Pluto mengambilnya, membawanya menuju kasur. Sebuah diary yang terlihat usang dan lepek seperti terkena air namun sudah kering. Di cover tertulis judul yang juga mulai luntur, My love story with Pluto.
Pluto sudah tak sanggup lagi menahan buliran air matanya. Ia tak sanggup membaca itu. Nyatanya ia pernah melihat Venus membawa buku itu, memperlihatkan pada dirinya saat pertama dibeli. Ia sudah memperingatkan bahwa apapun yang terjadi, momen dirinya bersama lelaki itu akan ditulis rapih di sana. Ketika ditanya alasannya lelaki itu menjawab cukup simple, agar kenangan kita tetap terjaga utuh. Memang simple, tapi menyakitkan bagi Pluto ketika mengingatnya.
"Venus." Pluto terus menyebut nama itu di sela isakkan tangisnya. Menghiraukan rasa sesak yang mulai menghimpit dadanya. Isakkan itu berubah menjadi tarikan napas yang begitu sulit dan membekap dada.
"Venus, argh!" Gadis itu meringis keras. Melepaskan diary tadi hingga jatuh di lantai bersama tubuhnya. Pluto mengepalkan tangan dan memukul dadanya keras, berusaha menghilangkan sesak itu. Tapi itu hanya usaha nihil.
"Ka--Rega!" teriak Pluto tertahan. Ia sudah pasrah di lantai dengan tangannya meremas bagian dada. Keringatnya sudah bercampuran dengan air mata yang tak kunjung berhenti.
Brak
"Pluto!" teriak Rega kaget. Ia segera membawa Pluto ke dekapannya, menatap wajah pucat adik kekasihnya itu. "Ya Tuhan."
Tak lama Kenya muncul, dengan ponsel yang menempel di kuping kirinya. "Kirim ambulan, ke jalan Segi nomor 12. Eu ... adikku perempuan, dia menjalani operasi jantung setaun lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, PLUTO!
HumorDisarankan follow sebelum baca. |Complete| Pluto, cewek yang pintar Biologi harus terjebak dengan situasi dimana ia menjadi partner belajar seorang cowok. Cowok yang berwatak petakilan, bertolak belakang dengan dirinya yang dingin. Sayangnya, seirin...