4.0 : Vlog💊

127 24 1
                                    




I wish I could explain your eyes, and how the sound of your voice gives me butterflies. How your smile makes heart skip a beat my time and how every I'm with you, I feel so complete


°°°


"Rafa?"

"Hm?"

"Kenapa pegangan.... kayak gini?"

Kita berhenti saat sampai di gedung belakang. Gue gak tahu ya bakal ada gosip apa setelah ini. Daerah belakang sini memang sepi, jarang ada yang kesini. Deket gudang yang memang banyak cerita horror ala sekolahan. Biasa lah, palingan cerita bekas kuburan atau rumah sakit. Rafa melepas genggamannya, dia menggigit bibirnya, mungkin grogi atau apalah.

Yang jelas gue lagi gak kenapa-kenapa.

INI GUE DEG-DEGAN BANGET, GOBLOK.

"Gue... gak enak lah sama Ela... lo apa sih?" kata gue. Rafa menarik gue agar duduk, kita berdua senderan ke tembok nikmatin angin yang lewat. Ini memang tempat mabal paling enak.

"Tangan lo gemeter, lo pucet Tha, lo keliatan cemas gitu, gue nenangin lo,"

Bener, gue cemas. Sekarang aja masih gemetar, gue mencemaskan sesuatu yang gue gak tau apa. Rasanya bener-bener gak enak, gue kepingin nangis sambil teriak-teriak.

"Kok tau sih?" gue malahan tambah cemas karena Rafa sadar ada yang beda dari gue. Gue panik juga, serius dah.

"Lo pikir gue gak seperduli itu apa sama temen sendiri?"

JEDER!

Hebat, kayak ada yang geledek dan petir yang menyambar tubuh gue. Gue bengong, langsung kosong tatapannya dan gue nunduk. Gue memainkan kedua tangan gue, tangan gue basah karena keringet.

"Tha?"

Gue menggigit bibir bawah, entah kenapa gue semakin cemas. Gue menatap Rafa, dia nunjukin wajah paniknya. Rafa meraih tangan gue, mencoba menenangkan tapi gue menepis itu.

"Lo apa sih?!"

"Kenapa lagi? Gue salah?"

"Iya lah! Udah lah Raf, gue cabut. Thanks ya lo baik banget, dah sorry ya gue gak bermaksud ngebentak tadi," gue tersenyum ramah, bangkit dan berlari tak tentu arah.

Teman.

Iya sih dia temen gue, tapi gimana sih elah kenapa coba. Baru aja seneng sedikit, udah di jatuhin lagi. POKOKNYA INI SEMUA GARA-GARA IKI! KESEL GUE SAMA IKI! Gue mendengus keras, kayaknya gue ke kantin aja deh. Gue laper tiba-tiba. Oke gue ke kantin.

Tapi...

Ngeselin banget gak sih gue malah ketemu Dino disana? Gue muter balik, tapi dia ngejar gue dengan tangan kanannya memegang sebotol minuman. Dino manggil-manggil, ah gue gak mood banget. Gue memutuskan lari ke tangga menuju rooftop. Bodoamat gak perduli, lapernya hilang.

Dino berhasil meraih tangan gue, gue berbalik dan melotot tajam. "APA?!" Kata gue sewot, menghampas tangan Dino.

"Drama banget anjir, napa lu? Yaelah Tha galau banget apa dah? Ikut dong gue bolosnya, sepet banget kelas," Dino berjalan santai melewati gue, sambil minum dan gayanya tengil banget. Kenapa bukan Iki aja sih? Kan kalau Iki bisa sekalian gue marahin tuh.

Eglantine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang