10.0 : Mistake💊

132 21 3
                                    

I'm sorry, and I love you.

•••

"Gue serius."

"Sejak kapan?"

"Sejak hari itu, lo hibur gue di warteg. Tapi gue gak pernah yakin karena Ela."

"Kenapa?"

"Lo yakin perasaan lo buat dia. Tapi yang selalu ada buat lo itu orang lain. Paham?"

"Nggak, gue gak paham. Gue mau sendiri."

Gue gak pernah nyangka, Rafa punya perasaan itu buat gue. Harusnya gua senang, tapi kali ini, rasanya aneh. Rasanya gue gak pengen Rafa mengucapkan kalimat-kalimat itu.

Gak sekarang.

Gak sekarang.

Sehabis kejadian itu, gue jalan ke kamar. Meninggalkan Rafa dan Iki yang gue gak tau jelas gimana respon mereka setelah gue memutuskan buat ninggalin mereka.

Iki gak menjelaskan apa-apa.

Gue gak paham gimana sekarang perasaan gue. Senengkah, sedihkah, atau apa?

Gue merasa, itu terlalu cepat.

"Eh sorry, gue gak sengaja. Nih ambil aja lo deluan,"

"Gak papa emang?"

"Santai, lo megangin perut lo, magh ya? Cepet-cepet makan,"

"Ma-makasih,"

"Eh bentar,"

"Kenapa?"

"Nama lo siapa? Kenalin, gue Rafa,"

"Oh? Ah, Zethaya. Tapi biasa di panggilnya Atha,"

Itu pertama kali gue kenal Rafa. Akhir semester kelas sepuluh. Dia masih culun, tapi tetep ganteng. Dari situ semua berawal, ketika awal masuk sekolah di kenaikan kelas sebelas, gue bertemu dia lagi. Sedang bersama Iki berdua makan telur gulung karena itu jajanan favorite Iki.

Iki memperkenalkan Rafa ke gue, tapi dia bilang udah tau gue. Semenjak kejadian makanan di kantin, Rafa sering liat gue tapi gue nggak. Awal-awal memang sifat malu gue masih kebentuk, makanya jarang keluar kelas. Sekarang aja udah bar-bar.

Lalu ternyata, kita satu eskul.

Bertemu lagi dengan jadwal yang kebetulan selalu bareng. Karena rajin dan jadi sering berdua kalau eskul, pemilihan ketua dan wakil jadi berpihak ke kita. Gue ketua dia wakil. Kita makin sering berdua.

Eglantine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang