1. Boss

6.1K 320 0
                                    

Bunyi alaram ponsel milik gadis berusia dua puluh dua tahun ini berbunyi keras di kamarnya. Dengan malasnya ia mengambil ponselnya dan mematikan alaram itu cepat, wajah malas itu terlihat jelas. (Namakamu) Fiona Anjani, nama gadis itu.

(Namakamu) terpaksa harus bangun sesuai jam yang sudah jelas membuat alaramnya berbunyi. Lebih pagi dari kemarin, ia bangkit dari kasurnya dan langsung mengambil handuk.
Setelah bersemedi didalam kamar mandi, ia mulai mengganti pakaiannya dengan pakaian kantor, merias wajahnya sedikit natural tak lupa juga rambutnya yang tentu saja harus ia rapikan.

Ponselnya kembali berdering, rekan kerjanya sudah menelfon. Tentu saja ia langsung menjawab telfon itu dengan nada suara malasnya.

"Hmm" Jawab (Namakamu) sambil memperbaiki anak rambutnya yang sedikit menganggu.

"Jangan sampai telat, nanti lo dipecat! Gue udah dijalan mau ke rumah lo, pokoknya gue tahu lo udah rapih"

"Emang udah rapi, cepetan jemput gue sebelum gue tidur lagi"

(Namakamu) langsung mengakhiri panggilan itu dan meletakkan ponselnya lagi. Karena kemarin ia terlambat benar-benar sangat terlambat, dirinya terpaksa harus bangun lebih pagi lagi. Ini kesempatan terakhirnya jika tidak dipergunakan dengan baik, maka dirinya akan menganggur selamanya.

(Namakamu) bekerja disalah satu kantor ternama dan terkenal, apalagi atasan yang begitu populer dan tampan. (Namakamu) memang mengakui bahwa boss atau atasannya itu tampan sangat tampan, tapi sangat disayangkan karena laki-laki itu bersikap dingin dan tidak pernah terlihat tersenyum sama sekali.

***
Langkah kaki seorang laki-laki tampan dengan rahangnya yang mengeras itu mulai disambut dengan ramah oleh para karyawan. Bukan membalasnya dengan senyuman sebagai sapaan kecil, ia malah diam dan masuk kedalam ruangannya.

(Namakamu) yang juga sudah datang tepat waktu itu menghela napas pelan menoleh kearah rekan kerjanya yang juga menatapnya.

"Kayaknya Pak Iqbaal harus cepet-cepet nikah deh supaya bisa senyum" Ujar Nita rekan kerja (Namakamu) dikantor.

"Ya memang harus. Bisa tahan gitu ya nggak senyum dikantor sendiri?" Balas (Namakamu) kembali duduk dikursi kerjanya.

"Makan siang nanti ditempat biasa yah, kali ini gue yang traktir. Gue ulang tahun" Sahut Nita menggulum senyumnya.

"Oh ulang tahun, happy birthday kalau gitu. Tapi jangan ditempat biasa dong, KFC kek atau--"

"Jauh, kena macet terus lambat mau dipecat lo?" Potong Nita cepat.

"Yaudah, gue juga takut dipecat. Secara ini kerjaan gue satu-satunya, sumber keuangan gue" Jawab (Namakamu) tertawa kecil.

"Haha iya bener"

"(Namakamu), dipanggil boss" Sahut Raka yang menghampiri meja (Namakamu).

"Iya" Jawab (Namakamu) langsung bangkit berdiri.

Sesampainya didalam ruangan, (Namakamu) hanya berdiri tak jauh dari meja Iqbaal sang atasan yang tengah membaca artikel diipadnya. Apa laki-laki itu tidak melihatnya yang sudah berdiri ini?

"Maaf, kalau boleh tahu ada apa yah pak?" Tanya (Namakamu) masih memantau Iqbaal yang mengabaikannya.

(Namakamu) menghela napas panjang, bahkan pertanyaannya saja tidak gubris sama sekali jadi untuk apa ia berdiri seperti patung dan melihat atasannya ini yang sibuk dengan ipadnya.

"Mana jadwal yang saya suruh?" Tanya Iqbaal tanpa menatap (Namakamu).

Menanggapi pertanyaan Iqbaal, (Namakamu) langsung ingat seketika. Ceroboh sekali, kenapa dirinya masih bertanya ?

With You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang