17. Hancur

2.4K 249 2
                                    

"Kak, makan sini. Jangan duduk disitu" Ucap adik (Namakamu), Fajar.

(Namakamu) mengabaikan ajakan Fajar, ia memilih tetap duduk di balkon yang tidak jauh dari tempat mereka berkumpul untuk menikmati makanan.
Ia seakan kenyang dan tidak ingin melakukan apapun, hanya ingin berdiam diri menatap langit biru diatas sana.

(Namakamu) berpikir tentang apa yang telah terjadi padanya semenjak hari itu. Hari yang mengubah semuanya, hari yang membuatnya begitu berat untuk menjalaninya. Kenapa harus dirinya yang terlibat dalam skenario ini? Kenapa bukan orang lain saja?

Sang ayah datang langsung duduk disamping anak perempuannya ini. Bagaimanapun, anaknya ini tentu ingin bercerita menjadi suatu alasan dirinya yang terus diam.

"Kamu kenapa sayang? Udah nggak masuk kantor, merenung diri disini, nggak makan pula. Ada apa?" Ujar Ayah yang menatap (Namakamu).

(Namakamu) menghela napas berat. Ia menggulum bibirnya tersenyum pada ayahnya, bukan apa-apa. Ini masalahnya setidaknya ia harus segera selesaikan.

"Bukan apa-apa" Jawab (Namakamu).

"Jangan sembunyikan sesuatu dari papa, apa yang kamu simpan itu?" Balas ayah kini mulai serius.

Sempat diam sejenak, (Namakamu) kembali menghela napas berat.

"Maaf, selama ini aku bohongin papa, mama sama Fajar" Ungkap (Namakamu) sedikit menunduk.

"Apa yang membuat kamu bisa bilang kayak gitu?"

"Aku tahu, kalian udah tahu soal foto itu. Aku juga tahu kalian pasti dukung aku dengan bos dikantor, kalian juga tahu aku dibilang calon istrinya. Tapi..." Awalnya (Namakamu) lancar berbicara tapi diakhir ia malah diam sejenak.

"Itu semua bohong pa. Aku sengaja nggak pernah bawa dia ke rumah, aku sengaja nggak kenalin dia ke kalian, karna aku tahu itu semua cuma hayalan. Dalam arti itu semua nggak beneran, aku cuma pura-pura jadi calon istrinya supaya bos aku itu bisa ngehindarin calon istrinya yang asli" Lanjut (Namakamu) tanpa menatap ayahnya.

"Jadi semua itu bohong ?"

(Namakamu) mengangguk pasrah. Ia merasa sudah membuat keluarganya kecewa, (Namakamu) juga berusaha untuk berterus terang apa yang ia katakan tadi. Dari awal dirinya sudah memikirkan untuk tidak memperkenalkan Iqbaal kepada keluarganya karena ini hanya pura-pura tidak perlu untuk memperkenalkan atau membawanya ke rumah kan?

Suasana hening datang diantara ayah dan anak. Sang ayah melihat anak gadisnya ini tengah merenung diri, ekspresi wajah yang murung bahkan terlihat seolah menahan tangis.

"Menurut papa, kamu nggak perlu minta maaf. Kejadian itu pasti tidak sengaja bukan? Tapi karena keadaan itu kamu terpaksa mengikuti perintah bos kamu, apa kamu beneran jatuh hati dengan bos kamu?" Ujar ayah (Namakamu) yang tak pernah lepas menatap anak gadisnya ini.

"Percuma jatuh cinta sama bos, pa. Calon yang beneran itu udah ada jadi sia-sia aja kalau jatuh cinta sendirian" Jawab (Namakamu).

"Kalau ada perjuangan, nggak bakal sia-sia sayang. Kamu tahu, dulu mama pernah nyatain perasaannya ke papa lewat surat, mama nggak pernah menyerah buat bikin hati papa luluh, segala usaha apapun itu mama kamu terus mencari perhatian. Awalnya papa nggak suka dengan kehadiran mama kamu yang seakan menganggu papa tiap disekolah, tapi lama kelamaan papa jatuh cinta" Ungkap Ayah tersenyum.

"Terus apa yang papa lakuin?"

"Memulai pendekatan, setelah itu papa langsung nyatain perasaan papa ke mama. Kenapa bisa begitu, karena papa nggak mau perjuangan mama itu sia-sia, sama kayak kamu. Kalau kamu memang mencintai seseorang coba beranikan diri tapi kalau memang kamu nggak bisa karena malu, berhenti dan cari cara lain" Lanjut Ayah.

(Namakamu) menatap ayahnya yang tersenyum. Setelah itu ia membiarkan ayahnya pergi meninggalkannya sendiri dibalkon, (Namakamu) kembali dengan helaan napas pelan menatap langit biru nan cerah.

"Aku ngerti pa, tapi... Waktunya nggak bisa kalau sekarang. Bakal percuma kalau aku lakuin hal yang mama lakuin dulu, aku beda dan.... Dia juga beda" Gumam (Namakamu) yang terus menatap langit biru diatas sana.

***
"Iqbaal!" Bentak Hana menatap Iqbaal.

"Apa!?" Jawab Iqbaal lebih besar dari bentakan Hana.

Hana mencoba tetap tenang walaupun sebenarnya ia gemetar. Waktu pertunangan mereka semakin dekat, tapi Iqbaal mencoba untuk menghentikannya dan itu membuat Hana marah besar.

"Gue udah bilang kan sama lo, gue bakal lakuin apapun itu supaya pertunangan itu batal! Kalau lo tetap maksa, gue bakal buat lebih parah lagi selain ini!" Lanjut Iqbaal bersuara besar.

"Tapi ini perjanjian Iqbaal, lo nggak bisa hindarin itu! Apa lo lakuin ini cuma karna lo mau (Namakamu) tetap disamping lo gitu!? Dia beda! Dia nggak sama kayak kita, mau taro dimana muka bokap lo!" Balas Hana dengan suara lantang.

"Gue nggak perduli dengan bokap gue! Dia telantarin nyokap gue dan bawa gue dan dia buat gue jadi kayak robot sampai sekarang! Dan lo cuma pendatang baru dengan bawa perjanjian!" Jawab Iqbaal menunjuk Hana.

Hana tak pernah melihat Iqbaal yang semarah ini padanya. Hana gemetar hebat, ia tidak tahu harus berkata apa. Iqbaal menjauhkan dirinya berusaha untuk tenang.

"Tapi tetap aja pertunangan itu bakal terjadi. Apapun itu gue harus ketemu (Namakamu) supaya dia nggak deket sama lo lagi" Lanjut Hana.

Iqbaal menunduk frustasi baru saja ia ingin menenangkan diri, Hana membuat amarahnya kembali datang. Iqbaal membanting vas bunga yang tertata rapi diruangan kerjanya, Hana kaget bukan main dengan Iqbaal.

"Lagian bokap lo juga udah tahu soal perempuan itu ! Jadi gue disuruh supaya dia nggak deket sama lo" Hana kembali berucap dengan berani lalu pergi.

Iqbaal menatap tangannya yang sedikit terluka karena pecahan itu, ia benar-benar frustasi. Apa yang ia pikirkan dan rencanakan tidak sesuai dengan harapannya, ia berusaha agar (Namakamu) tetap aman, ia berusaha agar supaya ayahnya tidak mengetahui siapa (Namakamu), berusaha mencari pelaku dari foto itu, berusaha menghentikan Putra, berusaha menghentikan Hana. Tapi semua itu sia-sia, ia kalah cepat dengan dua orang itu.

Lalu bagaimana sekarang? Menunggu artikel terbaru tentang nya? Ya, benar.
Iqbaal mengepalkan tangannya, ia sangat membenci orang-orang itu.
Terlebih pada Putra dan Hana, Iqbaal sudah tahu bahwa mereka berdua pernah menjalin hubungan sebelumnya.
Kini ayahnya menyeret Hana untuk menjadi istrinya, lelucon macam apa ini?

Sebelum Iqbaal meraih kesuksesan seperti ini, ia harus merelakan seseorang untuk pergi. Orang itu adalah ibunya, ayahnya yang memisahkan Iqbaal dan ibunya. Membawa Iqbaal untuk menjadi orang yang paling sukses dan terkenal di kalangan kantor ataupun perusahaan, bukan tidak mau berterimakasih pada sang ayah. Tapi semua itu hanyalah alur yang dibuat sang ayah, membuat Iqbaal sebagai robot. Hanya menuruti perkataan sang tuan dan melakukannya.

Mengenal (Namakamu) adalah hal yang paling istimewa menurut Iqbaal, walaupun sikapnya begitu dingin pada gadis itu tapi hati Iqbaal perlahan menghangat saat dekat dengan (Namakamu).
Tapi disisi lain ia telah membawa gadis itu begitu jauh sampai bisa mengenal Hana, Jeni bahkan adiknya. Mengenal sikap yang sebenarnya saat diluar kantor, Iqbaal membuat (Namakamu) merasa tertekan karena harus melakukan apa yang ia perintahkan.

Seharusnya (Namakamu) hanya di kenal sebagai calon istri dan melakukan hal yang romantis sesuai dengan perjanjian mereka, tapi Iqbaal membawanya sangat jauh sekali. Senjata makan tuan, Iqbaal jatuh cinta pada gadis itu. Hal yang belum pernah ia dapati, (Namakamu) gadis pertama yang membuat terasa istimewa.

***
Hayoloh...
Gimana sama bagian yang ini?
Sorry ya baru up, biasa anak sekolah banyak ulangan, banyak tugas, mau up tapi masih belum bisa kemarin-kemarin. Jadi baru hari ini...

Vote dan komen nya jangan dilupa.
Gue selalu membaca komentar dari kalian apapun itu, btw terimakasih 600 followers💕
Semoga akun ini lebih dikenal oleh penduduk kehaluan disini.

Terimakasih💓

With You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang