15. Bos jatuh cinta

2.1K 234 5
                                    

Iqbaal kembali kedalam acara, ia bahkan berdiri disamping Billa menemani adik tersayangnya untuk meniup lilin. Putra tak berhenti menatap Billa yang tersenyum bahagia, gadis itu pembawa sial! Hana ikut berdiri disamping Putra bertepuk tangan sembari menunggu Billa untuk meniup lilin, Putra tahu keberadaan Hana ia bahkan menatap Hana. 

"Billa lebih bahagia tinggal dirumah Iqbaal daripada lo si kakak tertua yang dia benci" Tutur Hana tersenyum miris.

"Bahkan gue lebih kasihan sama Iqbaal karena ngerawat adik yang buta" Balas Putra.

Hana menoleh Putra merasa speechles mendengar itu. 

"Lo yang buat dia buta Putra, jangan pura-pura lupa" Bisik Hana pada Putra.

Berbeda dengan Iqbaal, ia tersenyum bahagia saat Billa meniup lilin. Iqbaal sepintas melihat Hana dan Putra yang berdiri berdampingan menatapnya terlebih pada Billa, tatapan ejek yang jelas terlihat diraut wajah mereka berdua.

Setelah acara itu, Roger membawa Billa kekamar agar (Namakamu) bisa membantu Billa. 

"Kak (Namakamu) darimana aja?" Tutur Billa saat menggenggam tangan (Namakamu).

"Perut aku sakit, Billa. Makanya aku nggak sempet lihat acara selanjutnya, maaf yah" Jawab (Namakamu).

"Tapi sekarang udah nggak sakit lagi kan?" Balas Billa terlihat khawatir.

"Udah baik-baik aja sekarang, Billa tenang aja yah" Jawab (Namakamu) tersenyum tipis.

***
"Ayah sudah menetapkan tanggal kalian untuk bertunangan, dua minggu lagi kalian akan bertunangan" Ucap ayah pada Iqbaal ditepi kolam renang.

Iqbaal menghela napas berat mendengar ucapan ayahnya. Ini bukan urusan ayahnya, wanita yang ia cintai itu urusannya, urusan hatinya memilih siapa bukan diatur seperti ini.

"Aku nggak suka dengan Hana. Dia bukan tipikal gadis yang aku cintai, Ayah" Iqbaal menoleh ayahnya, menatap nanar ayahnya.

"Tidak bisa begitu, itu sudah perjanjian dari awal. Jangan lupa, Hana yang juga ikut campur dengan usaha kamu dulu" Jawab Ayah.

"Tapi ini masalah hati, masalah aku sendiri. Itu urusan aku bukan urusan ayah, siapa yang berhak jadi istri aku, aku yang bakal tentuin" Iqbaal tetap tak setuju dengan tanggapan ayahnya.

"Iqbaal!" Bentak ayah.

Iqbaal sempat diam beberapa detik, kemudian mengusap wajahnya kasar dan rasa frustasi.
Tanpa Iqbaal sadari, (Namakamu) bisa melihat mereka dari kamar rahasia itu. Walaupun (Namakamu) tidak mendengar obrolan mereka karena jendela yang sengaja tidak dibuka.

"Bagaimanapun juga, aku tetap nggak mau tunangan dengan Hana. Nggak perduli itu sudah perjanjian atau tidak, perasaan tetap tidak boleh dipaksakan, walaupun ayah selalu bilang ke aku kalau perasaan aku ke Hana bakal ada. Tapi aku rasa itu mustahil dan aku juga nggak mau, maaf lancang tapi aku rasa ini urusan aku tentang perasaan aku sendiri, bukan diatur dan tertulis ataupun perjanjian. Lebih baik ayah pulang dan istirahat, ini sudah terlalu malam. Kalau ayah tidur disini, pekerjaan ayah akan tertumpuk di perusahaan ayah, sekali lagi maaf" Ucap Iqbaal lalu melangkah pergi.

Sang ayah merespon tak percaya, Iqbaal tetap anak yang keras kepala sejak kecil maklumi saja jika sifat itu terbawa sampai dewasa seperti ini.

Sementara (Namakamu).
Ia keluar dari kamar Billa, menghampiri Iqbaal yang berada didapur meneguk air mineral. Ia berani muncul dihadapan Iqbaal karena ayah dari pria itu sudah pulang.

"Kenapa? Ada perlu?" Tutur Iqbaal menyadari keberadaan (Namakamu).

"Jadi tadi aku disuruh masuk kekamar karna mereka datang?" Balas (Namakamu) menatap Iqbaal dari jauh.

With You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang